Rasulullah SAW bersabda dengan maksud: Semua dosa akan ditangguhkan
Allah, yakni balasan menurut kehendakNya, hingga ke hari Qiamat, kecuali
balasan menderhakai kedua ibu bapa. Maka sesungguhnya Allah
menyegerakan balasan kepada pelakunya pada masa hidupnya sebelum mati -
Diriwayatkan oleh Al-Hakim
Suatu hari seorang alim berniat
untuk pergi ke Tanah Suci mengerjakan ibadah haji. Waktu dia meminta
izin kepada ibunya, ternyata ibunya yang sudah tua itu sangat keberatan.
Menurut
ibunya, “Tunda dahulu keberangkatanmu sampai tahun depan”. Ia merasa
bimbang terhadap keselamatan anaknya, kerana orang alim itu adalah
satu-satunya anak yang hidup dari hasil perkahwinan dengan almarhum
suaminya.
Rupanya orang alim yang soleh itu sudah tidak
dapat menahan keinginannya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.
Maka, walaupun tidak mendapat restu dari ibunya, dia berkemas-kemas lalu
berangkat menuju ke Tanah Haram.
Jelas keputusannya ini
bertentangan dengan ajaran Nabi kerana redho Allah bergantung kepada
redho orang tua, begitu pula murka Allah terletak dalam murka orang tua.
Ketika
menyaksikan anaknya yang pergi juga, ibu yang sudah tua itu
tergopoh-gapah mengejar anaknya. Akan tetapi anaknya itu sudah telalu
jauh. Dia tidak mendengar suara ibunya yang memanggil-manggil sambil
berlari-lari itu.
Dalam marahnya ibu yang sangat cinta
kepada anaknya tersebut menadahkan kedua tangannya lalu berdoa: “Ya
Allah, anakku satu-satunya telah membakar diriku dengan panasnya api
perpisahan. Ku mohon pada-Mu, balaslah dia dengan seksaan yang setimpal.
Sebagai ibunya, aku merasa sakit hati, ya Allah.”
Doa ini
jelas tidak pada tempatnya bagi seorang ibu yang seharusnya bijaksana.
Sebab di antara doa-doa yang dikabulkan adalah doa seorang ibu terhadap
anaknya. Bumi seolah-olah bergoyang mendengar doa ini.
Namun
orang alim tadi terus juga berjalan. Dekat sebuah kota kecil sebelum
sampai tempat tujuannya, orang alim itu berhenti melepaskan lelah.
Menjelang
Maghrib dia berangkat ke masjid dan solat sampai Isyak. Sesudah itu ia
terus mengerjakan solat-solat sunat dan wirid hingga jauh malam.Secara
kebetulan di sudut kota yang lain, pada malam itu terjadi peristiwa yang
menggemparkan.
Ada seorang pencuri yang masuk ke dalam
rumah salah seorang penduduk. Orang yang punya rumah terjaga dan
bersuara. Tiba-tiba pencuri itu terjatuh kerana terlanggar suatu benda
di kakinya.
Ketika terdengar bunyi sesuatu yang jatuh itu, maka orang yang punya rumah pun memekik-mekik sambil berkata: “pencuri! pencuri.”
Seisi
kampung terbangun semuanya. Dengan ketakutan pencuri itu lari sekuat
tenaga. Orang-orang kampung terus mengejarnya. Pencuri itu lari ke arah
masjid dan masuk ke halaman masjid tersebut. Orang-orang pun mengejar ke
sana. Ternyata pencuri itu tidak ditemukan di dalam rumah Allah itu.
Salah
seorang di antara mereka memberitahu kepada pemimpinnya: “Kita sudah
mencari di sekeliling masjid, namun tidak ada bekas-bekasnya
sedikitpun.”
Yang lainnya pula berkata: “Tidak mungkin dia
ditelan bumi, aku yakin dia belum lari dari sini. Kalau di luar masjid
tidak ada, mari kita cari ke dalam masjid. Berkemungkinan dia
bersembunyi di situ.”
Maka orang-orang pun masuk ke dalam
masjid. Ternyata betul, di dekat mimbar ada seorang asing sedang duduk
membaca tasbih. Tanpa bertanya-tanya lagi orang itu ditarik keluar.
Tiba
di halaman masjid, orang tadi sudah terkulai dan pengsan kerana dipukul
beramai-ramai. Penguasa hukum di kota tersebut malam itu juga
memutuskan suatu hukuman yang berat kepadanya atas desakan masyarakat
yang marah. Maka orang tersebut diikat pada tiang dan dicambuk badannya.
Keputusan
dari hakim ini jelas menyalahi ajaran Nabi, bahawa seorang hakim
seharusnya menyelidiki hingga hujung suatu perkara, dan tidak boleh
menjatuhkan keputusan berdasarkan hawa nafsu.
Begitu juga
walaupun lelaki itu dituduh menodai kesucian masjid kerana bersembunyi
di dalamnya, dengan berpura-pura bersembahyang dan membaca wirid,
padahal dia adalah pencuri.
Pagi-pagi lagi seluruh
penduduk kota itu sudah berkumpul di pasar menyaksikan jalannya hukumam
qisas itu. Selain algojo melaksanakan tugasnya, orang-orang pun
bersorak-sorak melihat si alim dicambuk hingga pengsan.
Mereka
tidak lagi mematuhi ajaran Islam untuk berbuat adil terhadap siapa
saja, termasuk kepada pencuri yang jahat sekalipun. Darah memercik ke
sana ke mari, orang-orang kelihatan semakin puas.
Semakin
siang semakin ramai orang yang berkumpul menonton dan meludahi pencuri
yang terkutuk itu. Dalam kesakitannya, orang alim yang dihukum sebagai
pencuri itu mendengar salah seorang penduduk yang berkata: “Inilah
hukuman yang setimpal bagi pencuri yang bersembunyi di dalam masjid!”
Sambil meludah muka orang alim tersebut.
Orang yang
dihukum yang dianggap pencuri ini dengan suara yang tersendat-sendat
membuka mulutnya berkata: “Tolong jangan katakan demikian. Lebih baik
beritahukanlah kepada orang ramai bahawa saya ini adalah hamba Allah
yang ingin mengerjakan ibadah haji, tapi tidak mendapat restu dari orang
tua.”
Mendengar ucapan ini, orang yang mendengar jadi
terkejut dan menanyakan siapakah dia sebenarnya. Orang alim tadi membuka
rahsianya, dan masyarakat jadi serba salah. Akhirnya mereka terpaksa
memberitahukan hal itu kepada hakim.
Setelah hakim itu
datang dan tahu duduk perkara yang sebenarnya, maka semua mereka
menyesal. Mereka kenal nama orang alim itu, iaitu orang yang soleh dan
ahli ibadah.
Cuma belum pernah tahu rupanya. Ibu-ibu yang
hadir serta orang tua lainnya ramai yang merasa sedih tidak dapat
menahan diri, tapi sudah tidak ada gunanya.
Malamnya, atas permintaan orang alim itu setelah dibebaskan dari seksaannya, dihantarkan ke rumah ibunya.
Pada
waktu orang alim tersebut akan dihantar, ibunya telah berdoa: “Ya
Allah, jika anakku itu telah mendapatkan balasannya, maka kembalikanlah
dia kepadaku agar aku dapat melihatnya.”
Begitu selesai
doa si ibu, orang yang membawa anaknya pun sampai. Orang alim itu minta
didudukkan di depan pintu rumah ibunya, dan mempersilakan orang yang
mengantarnya itu pergi. Sesudah keadaan sunyi kembali, tidak ada orang
lain, maka orang alim itupun berseru dengan suara yang pilu:
“Assalamualaikum.”
Maka terdengarlah suara oang tua yang
menjawab salamnya dari dalam. Bergetar hati si alim mendangar suara itu:
“Saya adalah musafir yang terlantar. Tolonglah beri saya roti dan air
sejuk,” kata orang alim itu menyamar diri.
“Mendekatlah engkau ke pintu. Hulurkan tanganmu melalui celah pintu,” jawab suara tadi dari dalam.
“Maaf,
saya tidak boleh mendekati pintu kerana kedua kaki saya sangat kaku.
Saya juga tidak dapat menghulurkan tangan melalui celah pintu, kerana
tangan saya terasa letih.”
“Jadi bagaimana caranya?” Si
ibu mengeluh kehilangan akal. “Antara kita ada pemisah yang tidak boleh
dilanggar. Engkau lelaki yang tidak saya kenal, dan saya, walaupun sudah
tua, adalah seorang perempuan.”
“Jangan bimbang wahai
puan,” kata orang alim tersebut. “Saya tidak akan membuka mata kerana
kedua mata saya sangat pedih, jadi saya tidak akan melihat ke arah
puan.”
Mendengar jawapan itu, tidak beberapa lama kemudian
perempuan itu pun keluar membawa sepotong roti dan segelas air sejuk.
Orang alim itu begitu saja merasakan kehadiran ibunya, sudah tidak mampu
lagi menahan diri.
Ia memeluk kaki ibunya dan menjerit
sambil menangis: “Ibu, saya adalah anak ibu yang derhaka.” Ibunya pun
merasa sedih. Dipandangnya orang cacat di mukanya itu lalu ia menjerit
ternyata adalah anaknya. Mereka berdua saling berpelukan dalam tangisan.
Ketika
itu juga perempuan tersebut menadahkan tangannya memohon ampun kepada
Allah: “Ya Allah, kerana telah jadi begini sungguh saya menyesal atas
kemarahan saya kepada anak sendiri, saya bertaubat untuk tidak
mengulangi lagi perkara ini, ampunilah saya ya Allah, serta ampunilah
dosa orang-orang yang menyeksanya kerana kami semua telah disesatkan
oleh godaan iblis dengan nafsu marah.
Pengembangan program KRR melalui jalur Pramuka sangatlah strategi, hal ini mengingat Gerakan Pramuka adalah suatu Gerakan Pendidikan untuk kaum muda (peserta didik 7 s.d 25 tahun) yang bersifat sukarela, non politik, terbuka untuk semua, tanpa membedakan asal usul, ras, suku dan agama yang menyelenggarakan kepramukaan melalui sistem nilai yang didasarkan pada Satya dan Darma Pramuka.
Rabu, 18 Desember 2013
Rabu, 27 November 2013
Cerita Elang
Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang
didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur
sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat
berat pada umurnya yang ke 40.
Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat menyulitkan waktu terbang.
Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu kematian, atau Mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan - suatuproses transformasi yang panjang selama 150 hari.
Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang keatas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang ditepi jurang , berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.
Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru.
Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang barusudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!
...
Sahabat, Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan melenakan.
Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatanuntuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.
Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan andalah sang penguasa atas diri anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita.Karena Anda adalah elang-elang itu.
Perubahan pasti terjadi. Maka itu, kita harus berubah! Salam Motivasi...!
Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat menyulitkan waktu terbang.
Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu kematian, atau Mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan - suatuproses transformasi yang panjang selama 150 hari.
Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang keatas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang ditepi jurang , berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.
Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru.
Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang barusudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!
...
Sahabat, Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan melenakan.
Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatanuntuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.
Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan andalah sang penguasa atas diri anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita.Karena Anda adalah elang-elang itu.
Perubahan pasti terjadi. Maka itu, kita harus berubah! Salam Motivasi...!
Cerita Kapak, Gergaji, Palu, dan Api
Alkisah suatau ketika kapak, gergaji, palu dan nyala api sedang
melakukan perjalanan bersama2. Disuatu tempat perjalanan mereka terhenti
karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalan.
Mereka berusaha menyingkirkan baja tersebut dengan kekuatan mereka
masing2.
"Itu bisa aku singkirkan" kata kapak. Pukulan2nya keras sekali menghantam baja yang kuat & keras juga itu. Tapi tiap bacokan hanya membuat kapak itu semakin tumpul sendiri sehingga sampai ia berhenti.
"Sini biar aku yg urus" kata gergaji. Dengan gigi2 yang tajam tanpa perasaan, iapun mulai menggergaji. Tapi alangkah kaget & kecewa ia, semua giginya jadi tumpul dan rontok.
"Apa kubilang" kata palu. Kan aku dah ngomong, kalian takan bisa. Sini, sini kutunjukan caranya" Tapi baru sekali ia memukul, kepalanya terpental sendiri, dan baja tetap tak berubah."Boleh aku coba?" tanya nyala api. Dan iapun melingkarkan diri, dengan lembut menggeluti, memeluk dan mendekapnya erat2 tanpa mau melepaskannya. Baja yang keras itupun meleleh dan cair.
...
Sahabat,Ada banyak hati cukup keras untuk melawan kemurkaan dan amukan kemarahan demi harga diri. Tapi jarang ada hati yang tahan melawan api cinta kasih yang hangat.
Betapa arif dan bijak ada dalam sebuah kelembutan dan kehangatan, seperti api mencairkan hati yang dingin. Ah.... tak ada yang tahan menampik cinta dan kasih sayang...
Mengutip kata-kata Pak Mario Teguh :
Hatimu yang mudah merasa kasihan itutidak lemah,
tetapi justru tandabahwa engkau adalah jiwa yang disiapkanbagi peran pelayanan yang besar.
Hati yang kasar dan kejamtidak akan mampu mengemban tugas untuk membahagiakan sesama.
Hatimu yang mudah pedih melihat penderitaan sesama itua dalah rahmat Tuhan.
Bersyukurlah,dan segeralah gunakan rahmat itudalam pekerjaan yang membaikkanhidup banyak orang.
Salam Super dan Motivasi...! ^_^
"Itu bisa aku singkirkan" kata kapak. Pukulan2nya keras sekali menghantam baja yang kuat & keras juga itu. Tapi tiap bacokan hanya membuat kapak itu semakin tumpul sendiri sehingga sampai ia berhenti.
"Sini biar aku yg urus" kata gergaji. Dengan gigi2 yang tajam tanpa perasaan, iapun mulai menggergaji. Tapi alangkah kaget & kecewa ia, semua giginya jadi tumpul dan rontok.
"Apa kubilang" kata palu. Kan aku dah ngomong, kalian takan bisa. Sini, sini kutunjukan caranya" Tapi baru sekali ia memukul, kepalanya terpental sendiri, dan baja tetap tak berubah."Boleh aku coba?" tanya nyala api. Dan iapun melingkarkan diri, dengan lembut menggeluti, memeluk dan mendekapnya erat2 tanpa mau melepaskannya. Baja yang keras itupun meleleh dan cair.
...
Sahabat,Ada banyak hati cukup keras untuk melawan kemurkaan dan amukan kemarahan demi harga diri. Tapi jarang ada hati yang tahan melawan api cinta kasih yang hangat.
Betapa arif dan bijak ada dalam sebuah kelembutan dan kehangatan, seperti api mencairkan hati yang dingin. Ah.... tak ada yang tahan menampik cinta dan kasih sayang...
Mengutip kata-kata Pak Mario Teguh :
Hatimu yang mudah merasa kasihan itutidak lemah,
tetapi justru tandabahwa engkau adalah jiwa yang disiapkanbagi peran pelayanan yang besar.
Hati yang kasar dan kejamtidak akan mampu mengemban tugas untuk membahagiakan sesama.
Hatimu yang mudah pedih melihat penderitaan sesama itua dalah rahmat Tuhan.
Bersyukurlah,dan segeralah gunakan rahmat itudalam pekerjaan yang membaikkanhidup banyak orang.
Salam Super dan Motivasi...! ^_^
Papan dan Rayap
Dikisahkan dua orang laki-laki bekerja keras membuat sebuah perahu.
Ketika sedang sibuk bekerja mereka berdua menemukan rayap disebuah
papan. Salah seorang dari mereka kemudian ingin membuang papan itu tapi
temannya melarang. Dia berkata, ”kenapa papan ini dibuang? Kan sayang.
Lagipula tidak ada masalah. Cuma kena rayap sedikit saja.”
Karena tidak ingin mengecewakan temannya, papan yang ada rayapnya pun digunakan untuk membuat perahu. Selang beberapa hari, perahu pun selesai dan sudah bisa digunakan untuk melayari lautan.
Tapi beberapa tahun kemudian, rayap-rayap itu ternyata bertelur dan menetas. Rayap-rayap itu kemudian menggerogoti kayu kapal. Bahkan rayap-rayap itu menyebar kemana-mana hingga memakan kayu yang ada di lambung kapal.
Kapal terus digunakan dan tak seorang pun sadar hingga akhirnya, kayu-kayu perahu itu pun mulai keropos. Dan, ketika dihantam oleh ombak besar, air berhasil menembus masuk dari celah-celah dan lubang-lubang kayu.
Karena hujan juga sering turun dengan deras, para awak perahu tidak mampu lagi menguras air yang masuk ke dalam perahu sehingga akhirnya perahu itu karam. Di dalamnya terdapat barang-barang berharga dan nyawa manusia.
....
Sahabatku, Kalau saja kita sadar bahwa malapetaka besar ini sebenarnya berasal dari hal yang remeh dan tidak berharga seperti papan yang sudah kena rayap. Kalau saja ketika membuat perahu dahulu papan itu dibuang, tentu saja malapetaka ini bisa dicegah.
Dan, begitulah kalau pada kenyataannya kita sering tidak sadar kalau perbuatan-perbuatan kesalahan kecil dan remeh yang kita lakukan kadang-kadang justru malah menimbulkan malapetaka besar.
orang arif bijak pernah berkata :"Berhati-hatilah dan berhematlah atas pengeluaran-pengeluaran kecil. kebocoran kecil bisa mengaramkan kapal."
Semoga bermanfaat... Salam Motivasi...!
Karena tidak ingin mengecewakan temannya, papan yang ada rayapnya pun digunakan untuk membuat perahu. Selang beberapa hari, perahu pun selesai dan sudah bisa digunakan untuk melayari lautan.
Tapi beberapa tahun kemudian, rayap-rayap itu ternyata bertelur dan menetas. Rayap-rayap itu kemudian menggerogoti kayu kapal. Bahkan rayap-rayap itu menyebar kemana-mana hingga memakan kayu yang ada di lambung kapal.
Kapal terus digunakan dan tak seorang pun sadar hingga akhirnya, kayu-kayu perahu itu pun mulai keropos. Dan, ketika dihantam oleh ombak besar, air berhasil menembus masuk dari celah-celah dan lubang-lubang kayu.
Karena hujan juga sering turun dengan deras, para awak perahu tidak mampu lagi menguras air yang masuk ke dalam perahu sehingga akhirnya perahu itu karam. Di dalamnya terdapat barang-barang berharga dan nyawa manusia.
....
Sahabatku, Kalau saja kita sadar bahwa malapetaka besar ini sebenarnya berasal dari hal yang remeh dan tidak berharga seperti papan yang sudah kena rayap. Kalau saja ketika membuat perahu dahulu papan itu dibuang, tentu saja malapetaka ini bisa dicegah.
Dan, begitulah kalau pada kenyataannya kita sering tidak sadar kalau perbuatan-perbuatan kesalahan kecil dan remeh yang kita lakukan kadang-kadang justru malah menimbulkan malapetaka besar.
orang arif bijak pernah berkata :"Berhati-hatilah dan berhematlah atas pengeluaran-pengeluaran kecil. kebocoran kecil bisa mengaramkan kapal."
Semoga bermanfaat... Salam Motivasi...!
Falsafah Lima Jari
Sahabat, ada falsafah tentang lima jari kita...
1.. Ada si gendut jempol yang selalu berkata baik dan menyanjung.
2.. Ada telunjuk yang suka menunjuk dan memerintah.
3.. Ada si jangkung jari tengah yang sombong dan suka menghasut jari telunjuk.
4.. Ada jari manis yang selalu menjadi teladan, baik, dan sabar sehingga diberi hadiah cincin.
5.. Dan ada kelingking yang lemah dan penurut serta pemaaf (ingatkah anda waktu kecil kalau kita berbaikan dengan musuh kita pasti saling sentuh jari kelingking?).
Dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki masing-masing jari, mereka bersatu untuk mencapai tujuan (menulis, memegang, menolong anggota tubuh yg lain, melakukan pekerjaan, dll).
Sahabat, Pernahkah kita bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua?
Falsafah ini sederhana namun sangat berarti. Kita diciptakan dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu, saling menyayangi,saling menolong, saling membantu, saling mengisi, bukan untuk saling menuduh, menunjuk, merusak, dan bahkan membunuh. Sudahkah kasih sayang anda hari ini bertambah? Semoga bermanfaat.
Terima kasih telah membaca... Salam MOTIVASI...!
1.. Ada si gendut jempol yang selalu berkata baik dan menyanjung.
2.. Ada telunjuk yang suka menunjuk dan memerintah.
3.. Ada si jangkung jari tengah yang sombong dan suka menghasut jari telunjuk.
4.. Ada jari manis yang selalu menjadi teladan, baik, dan sabar sehingga diberi hadiah cincin.
5.. Dan ada kelingking yang lemah dan penurut serta pemaaf (ingatkah anda waktu kecil kalau kita berbaikan dengan musuh kita pasti saling sentuh jari kelingking?).
Dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki masing-masing jari, mereka bersatu untuk mencapai tujuan (menulis, memegang, menolong anggota tubuh yg lain, melakukan pekerjaan, dll).
Sahabat, Pernahkah kita bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua?
Falsafah ini sederhana namun sangat berarti. Kita diciptakan dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu, saling menyayangi,saling menolong, saling membantu, saling mengisi, bukan untuk saling menuduh, menunjuk, merusak, dan bahkan membunuh. Sudahkah kasih sayang anda hari ini bertambah? Semoga bermanfaat.
Terima kasih telah membaca... Salam MOTIVASI...!
Cerita Anak Kerang
Pada suatu hari ....seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan
mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang
merah dan lembek.
Anakku, kata sang Ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan kita bangsa kerang sebuah tangan pun sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa pedih dan sakit yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat, kata Ibunya dengan sendu namun lembut.
Maka si anak kerang pun melakukan nasihat ibundanya.Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan bertahun-tahun. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara
mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Makin lama mutiaranya makin besar. Rasa sakit menjadi terasa wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada seribu ekor kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
(Resonansi)
~~~
Sahabat, Kekecewaan dan penderitaan akan selalu ada dalam hidup kita. Seakan-akan Tuhan selalu mengambil kebahagiaan yang ada pada kita. Tidak...tidak seperti itu. Kita hanya harus bersabar terhadap segala sesuatu yang menimpa kita dan menanti ketetapan Tuhan. Dan semuanya akan berakhir dengan indah.Karena segala sesuatu yang baik akan selalu mengarah pada kebaikan.Kekecewaan dan penderitaan telah membuat seekor kerang biasa menjadi kerang luar biasa.Kekecewaan dan penderitaan pun akan dapat mengubah orang biasa menjadi orang luar biasa.
Terimakasih telah membaca cerita ini.. semoga bermanfaat...
Salam Motivasi...!
Anakku, kata sang Ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan kita bangsa kerang sebuah tangan pun sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa pedih dan sakit yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat, kata Ibunya dengan sendu namun lembut.
Maka si anak kerang pun melakukan nasihat ibundanya.Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan bertahun-tahun. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara
mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Makin lama mutiaranya makin besar. Rasa sakit menjadi terasa wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada seribu ekor kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
(Resonansi)
~~~
Sahabat, Kekecewaan dan penderitaan akan selalu ada dalam hidup kita. Seakan-akan Tuhan selalu mengambil kebahagiaan yang ada pada kita. Tidak...tidak seperti itu. Kita hanya harus bersabar terhadap segala sesuatu yang menimpa kita dan menanti ketetapan Tuhan. Dan semuanya akan berakhir dengan indah.Karena segala sesuatu yang baik akan selalu mengarah pada kebaikan.Kekecewaan dan penderitaan telah membuat seekor kerang biasa menjadi kerang luar biasa.Kekecewaan dan penderitaan pun akan dapat mengubah orang biasa menjadi orang luar biasa.
Terimakasih telah membaca cerita ini.. semoga bermanfaat...
Salam Motivasi...!
Sifat Kepiting
Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat
kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki.
kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki.
Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan
kepiting sawah.
kepiting sawah.
Kepiting
itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu
dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam
baskom/wadah, tanpa diikat.
Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap
untuk lauk selama beberapa hari. Yang paling menarik dari kebiasaan
ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom,
sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.
untuk lauk selama beberapa hari. Yang paling menarik dari kebiasaan
ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom,
sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.
Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil
buruannya selalu berusaha meloloskan diri.
buruannya selalu berusaha meloloskan diri.
Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting.
Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom,
teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar.
teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar.
Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya
akan menariknya turun… dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar.
akan menariknya turun… dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar.
Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah
sekawanan kepiting yang dengki itu.
sekawanan kepiting yang dengki itu.
Begitu pula dalam kehidupan ini…
tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu.
tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu.
Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami
kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih
dengan jalan yang nggak bener.
kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih
dengan jalan yang nggak bener.
Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi,
sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera
kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.
sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera
kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.
Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau
persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting
dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.
persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting
dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.
Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam
suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.
suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.
Pertanda seseorang adalah ‘kepiting’:
1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi)
yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam
bertindak
yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam
bertindak
2. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan
3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan
dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang
akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri.
dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang
akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri.
..Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom,
namun yah… dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya…
namun yah… dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya…
Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara
menjadi pemenang. Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama.
Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda
menjadi pribadi yang sehat dan sukses.
menjadi pemenang. Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama.
Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda
menjadi pribadi yang sehat dan sukses.
Sumber : motivation-live.blogspot.com
Hidup Adalah Sebuah Pilihan
Jerry adalah seorang manager restoran
di Amerika. Dia selalu dalam semangat yang baik dan selalu punya hal
positif untuk dikatakan. Jika seseorang bertanya kepadanya tentang apa
yang sedang dia kerjakan, dia akan selalu menjawab, " Jika aku dapat
yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar!"
Banyak
pelayan di restorannya keluar jika Jerry pindah kerja, sehingga mereka
dapat tetap mengikutinya dari satu restoran ke restoran yang lain.
Alasan mengapa para pelayan restoran tersebut keluar mengikuti Jerry
adalah karena sikapnya.
Jerry adalah seorang motivator alami. jika karyawannya sedang mengalami hari yang buruk, dia selalu ada di sana, memberitahu karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang tengah dialami.
Melihat
gaya tersebut benar-benar membuat aku penasaran, jadi suatu hari aku
temui Jerry dan bertanya padanya, "Aku tidak mengerti! Tidak mungkin
seseorang menjadi orang yang berpikiran positif sepanjang waktu.
Bagaimana
kamu dapat melakukannya?" Jerry menjawab, "Tiap pagi aku bangun dan
berkata pada diriku, aku punya dua pilihan hari ini. Aku dapat memilih
untuk ada di dalam suasana yang baik atau memilih dalam suasana yang
jelek. Aku selalu memilih dalam suasana yang baik. Tiap kali sesuatu
terjadi, aku dapat memilih untuk menjadi korban atau aku belajar dari
kejadian itu. Aku selalu memilih belajar dari hal itu. Setiap ada
sesorang menyampaikan keluhan, aku dapat memilih untuk menerima keluhan
mereka atau aku dapat mengambil sisi positifnya.. Aku selalu memilih
sisi positifnya."
"Tetapi
tidak selalu semudah itu," protesku. "Ya, memang begitu," kata Jerry,
"Hidup adalah sebuah pilihan. Saat kamu membuang seluruh masalah, setiap
keadaan adalah sebuah pilihan. Kamu memilih bagaimana bereaksi terhadap
semua keadaan. Kamu memilih bagaimana orang-orang disekelilingmu
terpengaruh oleh keadaanmu. Kamu memilih untuk ada dalam keadaan yang
baik atau buruk. Itu adalah pilihanmu, bagaimana kamu hidup."
Beberapa
tahun kemudian, aku dengar Jerry mengalami musibah yang tak pernah
terpikirkan terjadi dalam bisnis restoran: membiarkan pintu belakang
tidak terkunci pada suatu pagi dan dirampok oleh tiga orang bersenjata.
Saat mencoba membuka brankas, tangannya gemetaran karena gugup dan salah
memutar nomor kombinasi. Para perampok panik dan menembaknya.
Untungnya, Jerry cepat ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit.
Setelah
menjalani operasi selama 18 jam dan seminggu perawatan intensif, Jerry
dapat meninggalkan rumah sakit dengan beberapa bagian peluru masih
berada di dalam tubuhnya. Aku melihat Jerry enam bulan setelah musibah
tersebut.
Saat aku tanya Jerry bagaimana keadaannya, dia menjawab, "Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar. Mau melihat bekas luka-lukaku?" Aku menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi aku masih juga bertanya apa yang dia pikirkan saat terjadinya perampokan.
"Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah bahwa aku harus mengunci pintu belakang," jawab Jerry. "Kemudian setelah mereka menembak dan aku tergeletak di lantai, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan: aku dapat memilih untuk hidup atau mati. Aku memilih untuk hidup."
"Apakah kamu tidak takut?" tanyaku. Jerry melanjutkan, " Para ahli medisnya hebat. Mereka terus berkata bahwa aku akan sembuh. Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan melihat ekspresi wajah para dokter dan suster aku jadi takut. Mata mereka berkata 'Orang ini akan mati'. Aku tahu aku harus mengambil tindakan."
"Apa yang kamu lakukan?" tanya saya. "Disana ada suster gemuk yang bertanya padaku," kata Jerry. "Dia bertanya apakah aku punya alergi. 'Ya' jawabku..
Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, 'Peluru!' Ditengah tertawa mereka aku katakan, ' Aku memilih untuk hidup. Tolong aku dioperasi sebagai orang hidup, bukan orang mati'."
Jerry dapat hidup karena keahlian para dokter, tetapi juga karena sikapnya hidupnya yang mengagumkan. Aku belajar dari dia bahwa tiap hari kamu dapat memilih apakah kamu akan menikmati hidupmu atau membencinya.
Satu hal yang
benar-benar milikmu yang tidak bisa dikontrol oleh orang lain adalah
sikap hidupmu, sehingga jika kamu bisa mengendalikannya dan segala hal
dalam hidup akan jadi lebih mudah.Saat aku tanya Jerry bagaimana keadaannya, dia menjawab, "Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar. Mau melihat bekas luka-lukaku?" Aku menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi aku masih juga bertanya apa yang dia pikirkan saat terjadinya perampokan.
"Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah bahwa aku harus mengunci pintu belakang," jawab Jerry. "Kemudian setelah mereka menembak dan aku tergeletak di lantai, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan: aku dapat memilih untuk hidup atau mati. Aku memilih untuk hidup."
"Apakah kamu tidak takut?" tanyaku. Jerry melanjutkan, " Para ahli medisnya hebat. Mereka terus berkata bahwa aku akan sembuh. Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan melihat ekspresi wajah para dokter dan suster aku jadi takut. Mata mereka berkata 'Orang ini akan mati'. Aku tahu aku harus mengambil tindakan."
"Apa yang kamu lakukan?" tanya saya. "Disana ada suster gemuk yang bertanya padaku," kata Jerry. "Dia bertanya apakah aku punya alergi. 'Ya' jawabku..
Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, 'Peluru!' Ditengah tertawa mereka aku katakan, ' Aku memilih untuk hidup. Tolong aku dioperasi sebagai orang hidup, bukan orang mati'."
Jerry dapat hidup karena keahlian para dokter, tetapi juga karena sikapnya hidupnya yang mengagumkan. Aku belajar dari dia bahwa tiap hari kamu dapat memilih apakah kamu akan menikmati hidupmu atau membencinya.
Sumber : motivasi.net
Percaya Kemampuan Diri Sendiri
WAKTU masih kecil, Anda mungkin pernah
mendengar kisah adaptasi ‘The Little Engine That Could’? Buku itu
bercerita tentang kereta api yang bergerak ke bukit dengan perlahan dan
tersendat. Lokomotifnya berkata pada diri sendiri, “Aku bisa, aku bisa,
aku bisa.” Kereta pun terus bergerak perlahan naik hingga tiba di bukit
dengan selamat.
Pelajaran
sederhana yang dapat diberikan ialah: percayalah pada kemampuan diri
sendiri. Seandainya lokomotif itu tidak percaya akan kemampuannya tiba
di atas bukit, bisa jadi kisah dalam buku itu berakhir menyedihkan.
Bukan
hanya lokomotif itu saja yang dapat mengatakan, “Aku bisa, aku bisa,
aku bisa”, tetapi Anda pun dapat melakukan yang sama. William Arthur
Ward, penulis kondang asal Amerika mengatakan, ”Saya adalah pemenang
karena saya berpikir seperti pemenang, bersiap jadi pemenang, dan
bekerja serupa pemenang.” Ward betul, jika Anda berpikir menjadi seorang
pemenang, maka memang benar Anda seorang pemenang.
Kisah
heroik lokomotif itu dalam dunia nyata dibuktikan sendiri oleh
Hendrawan, atlet bulutangkis Indonesia. Tahun 1997, Hendrawan dinyatakan
sudah habis oleh PBSI. Karena faktor usia dan prestasinya yang menurun,
PBSI bermaksud mengeluarkan Hendrawan dari Tim Pelatnas. Tapi Hendrawan
punya keyakinan sendiri, bahwa ia percaya kemampuannya dan belumlah
habis. Hendrawan masih percaya bahwa ia dapat meraih prestasi yang lebih
baik lagi. Dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi, dan
diiringi kerja keras yang tidak lelah, Hendrawan menunjukkan kepada
dunia bahwa ia memang mampu meraih prestasi luar biasa.
Hendrawan
membuktikan kemampuannya telah sempat dinyatakan sudah habis. Tahun
1998, Hendrawan menjadi penentu kemenangan Tim Thomas Indonesia. Juga ia
menjuarai Singapura Terbuka. Kemudian di tahun 2000, Hendrawan kembali
menjadi penentu kemenangan Tim Thomas Indonesia. Di tahun itu pula ia
mengukir namanya dengan meraih medali perak dalam Olimpiade Sydney.
Masih di tahun yang sama, ia menjadi runner up Jepang Terbuka. Dan pada
tahun 2001, ia menjadi Juara Dunia Tunggal Putra, sebuah gelar yang
menjadi idaman pebulutangkis manapun di dunia. Tahun 2002, ia kembali
membawa Indonesia mempertahankan Piala Thomas ke Tanah Air.
Percaya
kemampuan diri sendiri tak harus ditunjukkan oleh mereka yang
berprofesi sebagai atlet, yang bekerja di kantoran, yang mempunyai
stamina fisik yang prima, atau mereka yang masih muda dan memiliki
semangat menggebu-gebu. Percaya pada diri sendiri, percaya akan
kemampuannya, dapat ditunjukkan oleh siapa pun. Tanpa mengenal
pekerjaan, status, umur, dan jenis kelamin.
Tahun
1988, nama Mak Eroh sempat menyedot publik nasional. Saat itu, semua
orang ramai memperbincangkannya . Mak Eroh, waktu itu berumur 50 tahun,
perempuan dari Kampung Pasirkadu, Desa Santana Mekar, Kecamatan
Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat memang telah mengukir
prestasi besar.
Apa
yang membuat nama Mak Eroh melambung? Mak Eroh, bergelantungan seorang
diri di lereng yang tegak di tebing cadas, di lereng timur laut Gunung
Galunggung. Mak Eroh berhasil berjuang sendirian membuat saluran air
sepanjang 47 hari. Ketika pertama kali Mak Eroh melakukannya, banyak
masyarakat sekitar yang mencibir tindakannya. Tapi hal itu tidak
menyurutkan langkahnya untuk terus bekerja. Mak Eroh percaya akan
kemampuan nya, walau saat itu usianya boleh dibilang tidak muda. Seorang
wanita yang mustinya menikmati hari tuanya dengan menimang atau bermain
dengan cucu.
Mak
Eroh yang hanya mengecap pendidikan hingga kelas III SD dan memiliki
tiga orang anak, dalam aksinya menggunakan tali areuy, tali sejenis
rotan sebagai penahan ketika bergelantungan. Sedangkan alat yang dipakai
untuk ‘mengebor’ tebing cadas hanyalah cangkul dan balincong, serupa
linggis pendek.
Saluran
untuk mengalirkan air dari Sungai Cilutung akhirnya berhasil
diselesaikan. Berhentikah tindakan Mak Eroh mengebor tebing cadas?
Belum. Dengan semangat yang tak kenal menyerah, Mak Eroh melanjutkan
membuat saluran air berikutnya sepanjang 4,5 kilometer mengitari 8 bukit
dengan kemiringan 60-90 derajat. Bukan main! Pengerjaannya kali ini
dibantu oleh warga desa yang mau membantunya, setelah melihat dengan
mata kepala sendiri hasil yang telah dilakukan Mak Eroh. Dalam waktu 2,5
tahun, pekerjaan lanjutan itu terselesaikan dengan baik. Hasilnya?
Bukan hanya lahan pertanian sawah Desa Santana Mekar yang terairi
sepanjang tahun. Tapi juga dua desa tetangga yang ikut menikmati kucuran
air hasil kerja keras Mak Eroh setelah warganya membuat saluran
penerus, yaitu Desa Indrajaya dan Sukaratu.
Aksi
Mak Eroh akhirnya sampai juga ketelinga Presiden Suharto. Atas aksinya
yang tergolong berani dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
sekitar, Mak Eroh mendapat penghargaan Upakarti Lingkungan Hidup pada
tahun 1988. Setahun kemudian, dia juga meraih penghargaan lingkungan
dari PBB.
Dua
kisah di atas memberi hikmah bahwa sebenarnya kita memiliki kepercayaan
diri yang tinggi atas kemampuan yang dimiliki. Seperti yang dikatakan
oleh Mary Kay Ash, pengusaha kosmetik sukses asal Amerika, ”Anda bisa
melakukannya jika Anda berpikir demikian, dan jika Anda kira tidak dapat
melakukannya, Anda benar.” Percaya akan kemampuan diri sendiri. Jadilah
lokomotif, dan teruslah bergerak untuk maju.
“Jika ada keyakinan yang dapat menggerakkan gunung, itu adalah keyakinan dalam diri Anda.”
– Marie von Ebner-Eschenbach, penulis, 1830-1916
Sumber : resensi.net
– Marie von Ebner-Eschenbach, penulis, 1830-1916
Pesan Ibu
Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah
restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan
makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om,
masih hangat dan enak rasanya!"
"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.
Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."
Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om."
Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."
Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.
Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?"
"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."
Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.
Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."
Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."
===================================================
Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.
Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.
Sumber : andriewongso.com
"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.
Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."
Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om."
Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."
Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.
Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?"
"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."
Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.
Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."
Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."
===================================================
Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.
Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.
Sumber : andriewongso.com
Sekantong Bibit Kacang Tanah
Dikisahkan, ada seorang gadis muda yang bertekad membantu desa
asalnya yang miskin dan terbelakang. Dia rajin mengusahakan segala daya
upaya untuk bisa menghasilkan uang guna membeli buku dan perlengkapan
sekolah anak-anak di sana. Tetapi, sehebat apapun usahanya, terasa masih
saja serba kekurangan.
Hingga suatu hari, dia mendapatkan janji bertemu dengan seorang kaya di kota, dengan harapan si tuan kaya mau memberi sumbangan uang. Setelah bertemu, si gadis muda menceritakan keadaan desanya dan sarana pendidikan yang jauh dari memadai serta memohonkan bantuan untuk mereka.
Dengan nada bosan dan tidak bersahabat, tuan kaya berkomentar santai, "Gadis muda. Kamu salah alamat. Di sini bukan badan amal yang memberi sumbangan cuma-cuma. Kalau memang anak-anak desamu tidak bisa sekolah, ya itu nasib mereka. Kenapa aku yang harus membantu?"
Tampak dia tidak mempercayai sedikitpun ketulusan gadis muda di hadapannya. Dengan pandangan tidak berdaya dan putus asa, si gadis tahu, usahanya telah gagal.
Tetapi sebelum pergi, dia mencoba berusaha yang terakhir, "Tuan, kalau boleh, apakah saya bisa meminjam sekantong bibit unggul biji kacang yang tuan hasilkan selama ini? Anggaplah hari ini tuan telah membantu kami dan saya berjanji tidak akan mengganggu tuan lagi."
Dengan heran dan karena ingin segera mengusir si gadis, tanpa banyak cakap, segera diberinya sekantong bibit kacang tanah yang diminta. Sepulang dari sana, si gadis memulai gerakan menanam biji kacang tanah di atas tanah penduduk miskin, dengan tekad sebanyak satu kantong biji kacang tanah, akan menghasilkan kacang sebanyak yang bisa tumbuh di sana.
Usahanya berhasil. Dan beberapa saat setelah panen, si gadis kembali mendatangi si hartawan, "Tuan, saya datang kemari dengan tujuan untuk mengembalikan sekantong biji kacang tanah yang saya pinjam waktu itu."
Lalu si gadis menceritakan keberhasilan mereka menanam hingga memanen, dari sekantong biji kacang menjadi sebanyak itu. Si tuan kaya terkesan dengan hasil usaha dan ketulusan si gadis muda dan berkenan datang ke desa meninjau.
Dia sangat terkesan dan kemudian malahan menyumbangkan alat-alat pertanian, mengajarkan cara bertani yang baik, dan membeli semua hasil panen yang dihasilkan desa tersebut. Tiba-tiba kehidupan di desa itu berubah total. Mereka mampu menghasilkan uang, hidup lebih sejahtera, dan mampu membangun sekolah untuk pendidikan anak-anaknya. Sungguh perjuangan seorang gadis muda yang membanggakan dan nyata! Tidak ada usaha yang sia-sia! Seluruh penduduk desa selalu bersyukur dan berterima kasih atas jasa si gadis muda.
Para pembaca yang luar biasa,
Kehidupan di dunia ini sangat realistis. Saat kita dalam keadaan lemah, mundur, gagal, banyak orang mencemooh kita. Saat kita ingin memulai usaha atau ada ide-ide baru yang mau kita kerjakan, ada saja orang yang tidak mau membantu tetapi meremehkan, menghina dan memandang sebelah mata. Ya, tidak usah marah, dendam ataupun membenci. Lebih baik siapkan segalanya secara maksimal dan perjuangkan sampai berhasil. Setelah ada bukti sukses baru orang akan percaya dan lambat atau cepat akan memberi pengakuan pada kita.
Tapi jangan heran, saat kita sukses ada pula orang yg menunggu kapan kita jatuh. Maka yang paling utama adalah sikap kita. Sewaktu kita gagal dan diremehkan tidak marah. Sewaktu kita sukses, tidak lupa diri. Walaupun sukses tetap rendah hati dan bersahaja. Dan, tetap optimis menciptakan kesuksesan yang lebih besar.
Sumber : andriewongso.com
Hingga suatu hari, dia mendapatkan janji bertemu dengan seorang kaya di kota, dengan harapan si tuan kaya mau memberi sumbangan uang. Setelah bertemu, si gadis muda menceritakan keadaan desanya dan sarana pendidikan yang jauh dari memadai serta memohonkan bantuan untuk mereka.
Dengan nada bosan dan tidak bersahabat, tuan kaya berkomentar santai, "Gadis muda. Kamu salah alamat. Di sini bukan badan amal yang memberi sumbangan cuma-cuma. Kalau memang anak-anak desamu tidak bisa sekolah, ya itu nasib mereka. Kenapa aku yang harus membantu?"
Tampak dia tidak mempercayai sedikitpun ketulusan gadis muda di hadapannya. Dengan pandangan tidak berdaya dan putus asa, si gadis tahu, usahanya telah gagal.
Tetapi sebelum pergi, dia mencoba berusaha yang terakhir, "Tuan, kalau boleh, apakah saya bisa meminjam sekantong bibit unggul biji kacang yang tuan hasilkan selama ini? Anggaplah hari ini tuan telah membantu kami dan saya berjanji tidak akan mengganggu tuan lagi."
Dengan heran dan karena ingin segera mengusir si gadis, tanpa banyak cakap, segera diberinya sekantong bibit kacang tanah yang diminta. Sepulang dari sana, si gadis memulai gerakan menanam biji kacang tanah di atas tanah penduduk miskin, dengan tekad sebanyak satu kantong biji kacang tanah, akan menghasilkan kacang sebanyak yang bisa tumbuh di sana.
Usahanya berhasil. Dan beberapa saat setelah panen, si gadis kembali mendatangi si hartawan, "Tuan, saya datang kemari dengan tujuan untuk mengembalikan sekantong biji kacang tanah yang saya pinjam waktu itu."
Lalu si gadis menceritakan keberhasilan mereka menanam hingga memanen, dari sekantong biji kacang menjadi sebanyak itu. Si tuan kaya terkesan dengan hasil usaha dan ketulusan si gadis muda dan berkenan datang ke desa meninjau.
Dia sangat terkesan dan kemudian malahan menyumbangkan alat-alat pertanian, mengajarkan cara bertani yang baik, dan membeli semua hasil panen yang dihasilkan desa tersebut. Tiba-tiba kehidupan di desa itu berubah total. Mereka mampu menghasilkan uang, hidup lebih sejahtera, dan mampu membangun sekolah untuk pendidikan anak-anaknya. Sungguh perjuangan seorang gadis muda yang membanggakan dan nyata! Tidak ada usaha yang sia-sia! Seluruh penduduk desa selalu bersyukur dan berterima kasih atas jasa si gadis muda.
Para pembaca yang luar biasa,
Kehidupan di dunia ini sangat realistis. Saat kita dalam keadaan lemah, mundur, gagal, banyak orang mencemooh kita. Saat kita ingin memulai usaha atau ada ide-ide baru yang mau kita kerjakan, ada saja orang yang tidak mau membantu tetapi meremehkan, menghina dan memandang sebelah mata. Ya, tidak usah marah, dendam ataupun membenci. Lebih baik siapkan segalanya secara maksimal dan perjuangkan sampai berhasil. Setelah ada bukti sukses baru orang akan percaya dan lambat atau cepat akan memberi pengakuan pada kita.
Tapi jangan heran, saat kita sukses ada pula orang yg menunggu kapan kita jatuh. Maka yang paling utama adalah sikap kita. Sewaktu kita gagal dan diremehkan tidak marah. Sewaktu kita sukses, tidak lupa diri. Walaupun sukses tetap rendah hati dan bersahaja. Dan, tetap optimis menciptakan kesuksesan yang lebih besar.
Sumber : andriewongso.com
Sukses Berkat Kekuatan Imajinasi
Pembaca, jangan meremehkan imajinasi.
Imajinasi bukanlah gambaran kosong atau angan-angan tanpa isi. Sejarah
telah membuktikan banyak tokoh terkenal menjadi besar berkat
imajinasinya yang luar biasa. Imajinasi ternyata mempunyai kekuatan.
Albert Einstein pernah mengatakan, “Energi mengikuti imajinasi”. Tentu
saja, Einstein serius dengan ucapannya. Apalagi Einstein mengamini hukum
kekekalan energi. Dia sendiri mengaku telah membuktikannya saat dia
ditanya bagaimana dia mampu menghasilkan begitu banyak teori
spektakuler, dia menjawab imajinasinyalah yang menjadi salah satu bahan
bakar dari idenya itu.
Lantas,
bagaimanakah imajinasi yang dihasilkan pikiran kita bekerja?Pada
prinsipnya, perlu Anda sadari, pikiran kita adalah sebuah
magnet yang luar biasa. Pikiran kita mampu menjadi otopilot atas apa yang ingin kita wujudkan, yang kita cita-citakan bahkan yang sekadar kita imajinasikan.
magnet yang luar biasa. Pikiran kita mampu menjadi otopilot atas apa yang ingin kita wujudkan, yang kita cita-citakan bahkan yang sekadar kita imajinasikan.
Setiap
orang boleh mempunyai mimpi akan masa depan. Mimpi menjadi seorang
penulis hebat, misalnya, atau menjadi sastrawan, insinyur, dokter, dan
sebagainya. Dalam perwujudan mimpi inilah kekuatan imajinasi berperan.
Sekali kita merencanakan dan mematrikan imajinasi dalam pikiran kita,
fisik kita pun mulai mencari jalan bagaimana merealisasikan apa yang
sudah kita pikirkan.
Untuk mudahnya, pembaca, ada dua kisah tentang kekuatan imajinasi yang ingin saya ceritakan di sini. Pertama, kisah hidup Mayor James Nesmeth, seorang tentara yang doyan main golf. Dia begitu tergila-gila dengan golf. Tapi sayang sekali, sebelum menikmati kesempatan itu, dia ditugaskan ke Vietnam Utara.
Untuk mudahnya, pembaca, ada dua kisah tentang kekuatan imajinasi yang ingin saya ceritakan di sini. Pertama, kisah hidup Mayor James Nesmeth, seorang tentara yang doyan main golf. Dia begitu tergila-gila dengan golf. Tapi sayang sekali, sebelum menikmati kesempatan itu, dia ditugaskan ke Vietnam Utara.
Sungguh
sial, saat di Vietnam dia ditangkap oleh tentara musuh dan dijebloskan
ke penjara yang pengap dan sempit. Dia tidak diberi kesempatan untuk
berinteraksi dengan siapa pun. Situasi pengap, kosong, dan beku itu
sungguh menjadi siksaan fisik dan mental yang meletihkan baginya.
Untungnya, Nesmeth sadar dirinya harus menjaga pikirannya agar tidak sinting. Dia mulai berlatih mental. Setiap hari, dengan
imajinasinya, dia membayangkan dirinya berada di padang golf yang indah dan memainkan golf 18 hole. Dia berimajinasi secara detail. Dia melakukannya rata-rata empat jam sehari selama tujuh tahun.
imajinasinya, dia membayangkan dirinya berada di padang golf yang indah dan memainkan golf 18 hole. Dia berimajinasi secara detail. Dia melakukannya rata-rata empat jam sehari selama tujuh tahun.
Lantas, tujuh tahun kemudian, dia pun dibebaskan dari penjara. Namun, ada yang menarik saat dia mulai bermain golf kembali untuk
pertama kalinya. Ternyata, Mayor James Nesmeth mampu mengurangi rata-rata 20 pukulan dari permainannya dulu. Orang-orang pun bertanya kepada siapa dia berlatih. Tentu saja, tidak dengan siapa pun. Yang jelas, dia hanya bermain dengan imajinasinya. Tetapi, ternyata itu berdampak pada hasil kemampuannya. Nah, inilah kekuatan imajinasi itu.
pertama kalinya. Ternyata, Mayor James Nesmeth mampu mengurangi rata-rata 20 pukulan dari permainannya dulu. Orang-orang pun bertanya kepada siapa dia berlatih. Tentu saja, tidak dengan siapa pun. Yang jelas, dia hanya bermain dengan imajinasinya. Tetapi, ternyata itu berdampak pada hasil kemampuannya. Nah, inilah kekuatan imajinasi itu.
Kisah
kedua adalah cerita tentang Tara Holland, seorang gadis yang bermimpi
menjadi Miss America sejak kecil. Pada 1994, dia berusaha menjajaki
menjadi Miss Florida. Sayangnya, dia hanya menyabet runner-up pertama.
Tahun berikutnya dia mencoba, tapi lagi-lagi hanya di posisi yang sama.
Hati kecilnya mulai membisikkan dirinya untuk berhenti.
Bulatkan tekad
Tapi, dia bangkit dan membulatkan tekadnya lagi. Dia pindah ke negara bagian lain, Kansas. Pada 1997, dia terpilih menjadi Miss
Kansas. Dan di tahun yang sama, dia berhasil menjadi Miss America! Yang menarik, adalah saat Tara diwawancarai setelah kemenangannya, Tara menceritakan bagaimana dia sudah ingin menyerah setelah dua kali kalah di Florida.
Kansas. Dan di tahun yang sama, dia berhasil menjadi Miss America! Yang menarik, adalah saat Tara diwawancarai setelah kemenangannya, Tara menceritakan bagaimana dia sudah ingin menyerah setelah dua kali kalah di Florida.
Tapi,
tekadnya sudah bulat. Selama beberapa tahun kemudian, dia membeli video
dan semua bahan yang bisa dipelajari tentang Miss Pagent, Miss
Universe, Miss America, dan sebagainya. Dia melihatnya berkali-kali.
Setiap kali melihat para diva meraih penghargaan tertinggi, Tara
membayangkan dirinyalah yang menjadi pemenangnya.
Satu
lagi yang menarik dari wawancaranya adalah saat dia ditanya apakah dia
merasa canggung saat berjalan di atas karpet merah. Dengan mantap, Tara
Holland menjawab, “Tidak sama sekali. Anda mesti tahu saya sudah ribuan
kali berjalan di atas panggung itu.”
Seorang
reporter menyela dan bertanya bagaimana mungkin dia sudah berjalan
ribuan kali di panggung, sementara dia baru pertama kalinya mengikuti
kontes. Tara menjawab, “Saya sudah berjalan ribuan kali di panggung
itu…dalam pikiran saya.”
Pembaca,
dua kisah nyata di atas menceritakan tentang kekuatan imajinasi. Kita
memujudkan apa yang kita lihat dalam pikiran kita.
Imajinasi adalah energi. Energi yang kalau diolah terus-menerus akan mewujud dalam apa yang kita imajinasikan itu.
Imajinasi adalah energi. Energi yang kalau diolah terus-menerus akan mewujud dalam apa yang kita imajinasikan itu.
Kekuasaan boleh memenjarakan fisik, membungkam mulut, tetapi sama sekali tidak bisa memasung imajinasi kita. Dengan kekuatan
imajinasi, masa depan akan menjadi milik kita sesuai yang kita cita-citakan.
imajinasi, masa depan akan menjadi milik kita sesuai yang kita cita-citakan.
Dengan
imajinasi, kita bisa menjadi tuan atas takdir kita, I am the master of
my fate. Stephen Covey dalam 7 Habits mengatakan kita membuat kreasi
mental lebih dulu sebelum kreasi fisiknya.
Semakin
kuat gambaran mental yang kita miliki, semakin besar energi yang kita
miliki untuk mewujudkannya. Sebaliknya, jika kita terlalu banyak
membayangkan yang buruk dan negatif, kita menarik energi negatif dan
kita semakin ter-demotivasi untuk meraihnya.
Pepatah
Latin mengatakan, Fortis imaginatio generat casum, artinya imajinasi
yang jelas menghasilkan kenyataan. Dengan demikian, jangan sia-siakan
kekuatan imajinasi dalam diri kita. Imajinasi mampu menjadi kendaraan
kita menuju apa saja yang kita mimpi dan cita-citakan.
Imajinasi
akan mengumpulkan seluruh energi kita untuk mewujudkannya. Dalam
aplikasi sehari-hari, dengan imajinasi, kita membayangkan hal-hal
positif yang akan kita lakukan dan membayangkan hal-hal positif yang
akan terjadi. Betapa kita akan melihat langkah dan tindakan kita mulai
mengarah pada apa yang kita bayangkan. Dan…the dreams will come true!
Sumber : motivation-live.blogspot.com
Nilai Kehidupan
Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah,
hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya.
Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati
kesehariannya dengan baik.
Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.
"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.
Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."
Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."
Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".
Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".
Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.
=================================================
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.
Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!
Sumber : andriewongso.com
Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.
"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.
Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."
Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."
Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".
Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".
Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.
=================================================
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.
Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!
Sumber : andriewongso.com
Semangkok Bakso
Dikisahkan, biasanya di hari ulang tahun Putri, ibu pasti sibuk di
dapur memasak dan menghidangkan makanan kesukaannya. Tepat saat yang
ditunggu, betapa kecewa hati si Putri, meja makan kosong, tidak tampak
sedikit pun bayangan makanan kesukaannya tersedia di sana. Putri kesal,
marah, dan jengkel.
"Huh, ibu sudah
tidak sayang lagi padaku. Sudah tidak ingat hari ulang tahun anaknya
sendiri, sungguh keterlaluan," gerutunya dalam hati. "Ini semua pasti
gara-gara adinda sakit semalam sehingga ibu lupa pada ulang tahun dan
makanan kesukaanku. Dasar anak manja!"
Ditunggu sampai siang, tampaknya orang serumah tidak peduli lagi
kepadanya. Tidak ada yang memberi selamat, ciuman, atau mungkin memberi
kado untuknya.
Dengan
perasaan marah dan sedih, Putri pergi meninggalkan rumah begitu saja.
Perut kosong dan pikiran yang dipenuhi kejengkelan membuatnya berjalan
sembarangan. Saat melewati sebuah gerobak penjual bakso dan mencium
aroma nikmat, tiba-tiba Putri sadar, betapa lapar perutnya! Dia menatap
nanar kepulan asap di atas semangkuk bakso.
"Mau beli bakso, neng? Duduk saja di dalam," sapa si tukang bakso.
"Mau, bang. Tapi saya tidak punya uang," jawabnya tersipu malu.
"Bagaimana kalau hari ini abang traktir kamu? Duduklah, abang siapin mi bakso yang super enak."
Putri pun segera duduk di dalam.
Tiba-tiba, dia tidak kuasa menahan air matanya, "Lho, kenapa menangis, neng?" tanya si abang.
"Saya jadi ingat ibu saya, nang. Sebenarnya... hari ini ulang tahun
saya. Malah abang, yang tidak saya kenal, yang memberi saya makan. Ibuku
sendiri tidak ingat hari ulang tahunku apalagi memberi makanan
kesukaanku. Saya sedih dan kecewa, bang."
"Neng cantik, abang yang baru sekali aja memberi makanan bisa bikin
neng terharu sampai nangis. Lha, padahal ibu dan bapak neng, yang ngasih
makan tiap hari, dari neng bayi sampai segede ini, apa neng pernah
terharu begini? Jangan ngeremehin orangtua sendiri neng, ntar nyesel
lho."
Putri seketika tersadar, "Kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu?"
Setelah menghabiskan makanan dan berucap banyak terima kasih, Putri
bergegas pergi. Setiba di rumah, ibunya menyambut dengan pelukan hangat,
wajah cemas sekaligus lega,
"Putri, dari mana kamu seharian ini, ibu tidak tahu harus mencari kamu
ke mana. Putri, selamat ulang tahun ya. Ibu telah membuat semua makanan
kesukaan Putri. Putri pasti lapar kan? Ayo nikmati semua itu."
"Ibu,
maafkan Putri, Bu," Putri pun menangis dan menyesal di pelukan ibunya.
Dan yang membuat Putri semakin menyesal, ternyata di dalam rumah hadir
pula sahabat-sahabat baik dan paman serta bibinya. Ternyata ibu Putri
membuatkan pesta kejutan untuk putri kesayangannya.
=====================================================
Saat kita mendapat pertolongan atau menerima pemberian sekecil apapun
dari orang lain, sering kali kita begitu senang dan selalu berterima
kasih. Sayangnya, kadang kasih dan kepedulian tanpa syarat yang
diberikan oleh orangtua dan saudara tidak tampak di mata kita. Seolah
menjadi kewajiban orangtua untuk selalu berada di posisi siap membantu,
kapan pun.
Bahkan, jika hal itu tidak terpenuhi, segera kita memvonis, yang tidak
sayanglah, yang tidak mengerti anak sendirilah, atau dilanda perasaan
sedih, marah, dan kecewa yang hanya merugikan diri sendiri. Maka untuk
itu, kita butuh untuk belajar dan belajar mengendalikan diri,
agar kita mampu hidup secara harmonis dengan keluarga, orangtua,
saudara, dan dengan masyarakat lainnya.
Sumber : andriewongso.com
Keseimbangan Hidup
Dikisahkan, suatu hari ada seorang
anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak
bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi
mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan
keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli
kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu
untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya
sendiri.
Hingga suatu hari, karena
ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi
perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat
melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.
"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus
Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda
menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman
yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat
keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"
Tanpa
mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak
menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh
kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu
ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".
Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak
lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah
sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi
batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"
Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat
apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya
akan pergi melihatnya."
Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan
kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman."
tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si
Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di
dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".
"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di
mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika
rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama
seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu
tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi
waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana
membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan
bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".
Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak
diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini.
Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang
yang bijak dan baik hati".
==============================================
Dapat
membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan
kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang
tidak mudah.
Saya kira,
kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh
pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti,
untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan
urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita
butuh selama hidup. Selamat berjuang!
Sumber : andriewongso.com
Sumber : andriewongso.com
Strukturalisme Semiotik
Karya
sastra merupakan struktur yang kompleks sehingga untuk memahami sebuah
karya sastra diperlukan penganalisisan. Penganalisisan tersebut
merupakan usaha secara sadar untuk menangkap dan memberi muatan makna
kepada teks sastra yang memuat berbagai sistem tanda. Seperti yang
dikemukakan oleh Saussure bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda,
dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut
makna (Nurgiyantoro, 2002: 39). Bahasa tak lain adalah media dalam karya
sastra. Karena itu karya sastra merupakan sebuah struktur ketandaan
yang bermakna (Kaswadi, 2006: 123). Tidak terkecuali pada teks sastra
yang berbentuk puisi, maka untuk pemahaman makna pada puisi menggunakan
kajian struktural yang tidak dapat dipisahkan dengann kajian semiotik
yang mengkaji tanda-tanda. Hal ini sejalan dengan pendapat Pradopo
(1987: 108) yang mengemukakan bahwa analisis struktural tidak dapat
dipisahkan dengan analisis semiotik. Karena semiotik dan strukturalisme
adalah prosedur formalisasi dan klasifikasi bersama-sama. Keduanya
memahami keseluruhan kultur sebagai sistem komunikasi dan sistem tanda
dan berupaya kearah penyingkapan aturan-aturan yang mengikat. Analisis
tanda sebagai hasil proses-proses sosial menuju kepada sebuah
pembongkaran struktur-struktur dalam yang mengemudikan setiap komunikasi
(Stiegler, 2001). Hal ini menandakan bahwa sistem tanda dan konvensinya
merupakan jalan dalam pembongkaran makna, tanpa memperhatikan sistem
tanda maka struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara
keseluruhan.
Munculnya
kajian struktural semiotik ini sebagai akibat ketidakpuasan terhadap
kajian struktural yang hanya menitikberatkan pada aspek intrinsik,
semiotik memandang karya sastra memiliki sistem tersendiri. Karena itu,
muncul kajian struktural semiotik untuk mengkaji aspek-aspek struktur
dengan tanda-tanda (Endraswara, 2003: 64) sehingga dapat dikatakan bahwa
kajian semiotik ini merupakan lanjutan dari strukturalisme.
Menurut
Hawkes dalam Najid (2003: 42) Strukturalisme adalah cara berpikir
tentang dunia yang menekankan pada persepsi struktur dan deskripsi
struktur. Jadi, yang menjadi konsep dasar teori strukturalisme adalah
adanya anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan
suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan
yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan
(Pradopo dkk dalam Jabrohim, 2003: 54). Anggapan teori strukturalisme
yang memandang bahwa struktur itu harus lepas dari unsur lain
memunculkan adanya kajian semiotik. Karena kajian semiotik juga tidak
dapat sepenuhnya lepas dari struktur maka kajian ini akhirnya disebut
dengan kajian struktural semiotik.
Semiotik
sendiri berasal dari kata Yunani “semeion”, yang berarti tanda.
Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistam tanda dan
proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (van Zoest, 1993: 1). Lebih
lanjut Preminger (Pradopo, 2003: 19) semiotik itu mempelajari
sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan
tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Tanda adalah sesuatu yang mewakili
sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan,
gagasan, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 2002: 40).
Dengan
studi interdisipliner ini, teori strukturalisme dapat menggunakan
pendekatan ekstrinsik karena mengaitkan dengan teori feminisme. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Darma (2004: 85) strukturalisme dapat
menggunakan pendekatan ekstrinsik, jika strukturalisme digunakan sebagai
studi interdisipliner. Mengaitkan antara sastra dengan antropologi,
sosiologi, sejarah, psikologi, maupun bidang kajian sastra yang lainnya.
Seedangkan feminisme adalah bagian dari pendekatan sosiologi sastra.
Semiotik memiliki dua konsep yang dikemukakan oleh dua tokoh yang berbeda.
1. Konsep Saussure
Bahasa
merupakan sistem tanda yang mewakili sesuatu yang lain yang disebut
makna. Bahasa sebagai sistem tanda tersebut mewakili dua unsur (diadik)
yang tak terpisahkan: signifier dan signified, signifiant dan signifie,
atau penanda dan petanda.
Wujud
penanda dapat berupa bunyi-bunyi ujaran atau huruf-huruf tulisan,
sedangkan petanda adalah unsur konseptual, gagasan, atau makna yang
terkandung dalam penanda tersebut (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2002: 43).
Penanda
dan petanda merupakan konsep Saussure yang terpenting, sedangkan konsep
Saussure yang lain menurut Ratna (2004: 99) adalah:
a. Parole dan Langue
Perbedaan
antara ekspresi kebahasaan (parole, ppeech, utterance) dan sistem
pembedaan di antara tanda-tanda, sistem yang digunakan oleh semua orang
(langue, language). Parole bersifat konkret yang kemudian membentuk
sistem bahasa yang bersifat abstrak yaitu langue.
b. Paradigmatik dan Sintagmatik
Hubungan
sintagmatik bersifat linier, sedangkan hubungan paradigmatik merupakan
hubungan makna dan perlambangan, hubungan asosiatif, pertautan makna,
antara unsur yang hadir dengan yang tidak hadir. Menurut Nurgiyantoro
(2002: 47) kajian paradigmatik berupa konotasi, asosiasi-asosiasi yang
muncul dalam pikiran pembaca, dikaitkan dengan teori fungsi puitik.
Jadi, kata-kata yang mengandung unsur kesinoniman (hubungan
paradigmatik) – maupun kesejajaran sintaksis – hubungan linier, hubungan
sintagmatik – bentuk yang dipilih dalam puisi tersebut adalah bentuk
yang paling tepat.
Pilihan
bahasa yang berunsur puitik yang berupa kata-kata (paradigmatik),
biasanya berkaitan dengan ketepatan unsur-unsur bunyi (asosiasi),
aliterasi, asonansi, rima, ketepatan bentuk dan juga makna
(Nurgiyantoro, 2002: 49).
c. Diakroni dan Sinkroni
Diakronis
mengkaji bahasa dalam perkembangan sejarah, dari waktu ke waktu, studi
tentang evolusi bahasa, studi mengenai elemen-elemen individual pada
waktu yang berbeda. Adapun sinkroni mengkaji bahasa pada masa tertentu,
hubungan elemen-elemen bahasa yang saling berdampingan.
2. Konsep Peirce
Peirce (Ratna, 2004: 101) mengemukakan bahwa tanda memiliki tiga sisi/triadik:
a. Representamen, ground, tanda itu sendiri. Hubungan tanda dengan ground menurut van Zoest (1993: 18-19) adalah:
1) Qualisigns
Tanda-tanda
yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat. Contoh: sifat ‘merah’
dapat digunakan sebagai tanda, bagi kaum sosialisme merah dapat berarti
cinta (memberi mawar merah pada seseorang), bagi perasaan dapat berarti
menunjukkan sesuatu, dan sebagainya. Namun warna itu harus memeroleh
bentuk, misal pada bendera, pada mawar, pada papan lalu lintas, dan
sebagainya.
2) Sinsigns
Sinsigns
ialah tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilnya dalam kenyataan.
Sinsigns dapat berbentuk sebuah jeritan yang memberi arti kesakitan,
keheranan, atau kegembiraan. Kita dapat mengenali orang lain dari
dehemnya, langkah kakinya, tertawanya, nada dasar dalam suaranya, dan
lain-lain.
3) Legisigns
Legisigns
adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang
berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode. Misalnya: ‘mengangguk’
pertanda ya, mengerutkan alis pertanda bingung.
b. Objek (designatum, denotatum, referent) yaitu apa yang diacu. Hubungan antara tanda dengan denotatum, yaitu:
1) Ikon
Ikon adalah hubungan tanda dan objek karena serupa. Ikon dibagi tiga macam:
a) Ikon topografis, berdasarkan persamaan tata ruang
b) Ikon diagramatis, berdasarkan persamaan struktur
c) Ikon metaforis, berdasarkan persamaan dua kenyataan yang didenotasikan
Contoh ikon: gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda (petanda).
2) Indeks
Ikon adalah hubungan tanda dan objek karena sebab akibat. Misal: asap merupakan tanda adanya api.
3) Simbol
Simbol adalah hubungan tanda dan objek karena adanya kesepakatan, tidak bersifat alamiah. Misal: lampu merah pertanda berhenti.
c. Interpretant, tanda-tanda baru yang terjadi dalam batin penerima.
Hubungan antara tanda dan interpretan oleh Peirce dalm van Zoest (1993: 29) dibagi menjadi tiga macam:
1) Rheme, tanda sebagai kemungkinan: konsep
Contoh:
“Rien adalah X”. X merupakan tanda yang dapat diisi dengan ‘baik’ atau
‘cerdas’, tanda itu diberikan denotataum dan dapat diinterpretasikan.
2) Decisigns, dicent signs, tanda sebagai fakta: pernyataan deskriptif.
Contoh: “Rien manis”, sebagai kalimat dalam keseluruhan merupakan decisigns.
3) Argument, tanda sebagai nalar: proposisi.
Model Pembacaan Semiotik
Kajian semiotik menggunakan dua model pembacaan sebagai berikut.
1. Pembacaan Heuristik
Pembacaan
heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur kebahasaan atau secara
semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama.
Yang dilakukan dalam pembacaan ini antara lain menerjemahkan atau
memperjelas arti kata-kata dan sinonim-sinonim.
Pembacaan
heuristik pada puisi dapat dilakukan dengan parafrase dengan
menggunakan bahasa yang lebih logis (pemaknaan yang sesuai dengan
sintaksis/tata bahasa). Hal itu dapat dilakukan dengan cara memberikan
sisipan kata atau sinonim kata-katanya yang dapat diletakkan dalam tanda
kurung. Struktur kalimat dapat disesuaikan pula dengan kalimat baku.
2. Pembacaan Hermeneutik
Pembacaan
hermeneutik adalah pembacaan yang dilakukan secara berulang-ulang
(retroaktif) atau berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua (konvensi
sastra). Hal itu dilakukan untuk memperoleh daya interpretasi yang baik
dalam mengungkapkan bahasa puisi yang lebih luas menurut maksudnya.
Pembacaan hermeneutik ini berkaitan dengan konvensi sastra yang
memberikan makna itu di antaranya konvensi ketaklangsungan ekspresi
puisi (Riffaterre dalam Jabrohim, 2003: 97). Ketaklangsungan ekspresi
puisi mencakup tiga hal (Endraswara, 2003: 66), yaitu:
a. penggantian arti (displacing of meaning)
adanya
pemakaian bahasa kias, seperti metafora, personifikasi, alegori,
metonimia, dan sebagainya. Misal: “bumi ini perempuan jalang” (Dewa
Telah Mati karya Chairil Anwar) berupa metafora ini membandinngkan
antara bumi dengan perempuan jalang (liar), berarti penyair ingin
menyampaikan betapa “kejamnya” bumi ini.
b. penyimpangan arti (distorting of meaning)
penyimpangan arti muncul karena tiga hal, yaitu:
1) Ambiguitas,
muncul disebabkan oleh pemakaian bahasa sastra yang multimakna. Misal:
“mengembara di negeri asing” (Doa karya Chairil Anwar) jelas melukiskan
ambigu makna, yakni suasana bingung, tidak jelas, kabur, dan sunyi.
2) Kontradiksi, berupa perlawanan situasi. Misal: “serasa hidup dan mati, hidup di dunia seperti di neraka jahanam”
3) Nonsence,
kata-kata yang secara lingual tidak bermakna karena adanya permainan
bunyi. Misal: “pot pot pot” (Amuk karya Sutardji Calzoum Bachri)
c. penciptaan arti (creating of meaning)
penciptaan
arti disebabkan oleh pemanfaatan bentuk visual, misal: enjambemen,
persajakan, homologues (persejajaran bentuk maupun baris), dan
tipografi. Misal: puisi Tragedi Sihka dan Winka.
Hal
ini mengisyaratkan bahwa Sistem tanda pada puisi mempunyai makna
berdasarkan konvensi-konvensi sastra. Konvensi-konvensi puisi tersebut
antara lain: konvensi kebahasaan (bahasa kiasan, sarana retorika, dan
gaya bahasa), konvensi yang menunjukkan ketaklangsungan ekspresi puisi
(penyimpangan arti, penggantian arti, dan penciptaan arti), konvensi
visual (bait, baris sajak, enjambemen, rima, tipografi, dan homologue
(Jabrohim, 2003: 70).
Diksi dan Bahasa Kiasan
a. Diksi
Diksi
merupakan pemilihan kata yang tepat, padat, dan kaya akan nuansa makna
dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi
pembaca (Tjahjono, 1990: 59). Diksi dalam puisi dapat menggunakan makna
denotatif mupun makna konotatif.
Diksi
dan pola kalimat merupakan unsur-unsur struktur sintaktik. Penyair
harus cermat dalam memilih kata. . Kata-kata dipilih dengan
mempertimbangkan makna, komposisi bunyi rima dan iramanya, serta
kedudukan katanya di tengah kata lain dan keseluruhan tulisan. Tiap kata
jadi memiliki makna. Tiap kata menjadi konkrit dan khusus, atau abstrak
dan umum (Luxemburg dkk., 1989: 192). Diksi puitis, menurut Waluyo
dalam Kurnia (2000) mengalami penyimpangan bahasa yaitu dengan ciri-ciri
berikut.
1) Penyimpangan semantis
Makna
puitis berjumlah banyak, tidak hanya mewakili satu makna, tidak selalu
sama dengan makna kata sehari-hari, serta tidak dikonotasikan sama oleh
para penyair. Kata sungai akan berarti bencana bagi penyair
dari daerah banjir. Tapi jadi bermakna rejeki bagi penyair yang hidup di
wilayah penangkap ikan dan penambang sungai.
Goenawan Mohamad, dalam Sajak New York (Asmaradana, 1992) melihat “bulan”: . . . . dari hutan Manhattan/ ia lari / ke Central Park hitam / meluncur, / di arena es, / ketika daun mapel / memainkan orkes. Dalam
sajak ini, “bulan” bagai orang yang tengah melakukan kegiatan
jalan-jalan di suasana malam kota New York. “Bulan” menjadi “ia”,
seseorang yang tengah menikmati malam di kota besar, Amerika, sekaligus
suasana New York yang pada musim dingin yang hanya menampakkan
taman kota yang “hitam”, menjadi tempat berseluncur es, dalam keriuhan
angin memainkan “daun mapel”, menimbulkan musik seperti “orkes”:
penggambaran seorang penyair yang bertemu dengan suasana puitik dari
pranata sosial megapolis New York, di malam hari.
2) Register
Register
adalah ragam bahasa, dari sebuah kelompok atau sebuah kelas sosial.
Dialek register disebut juga dialek profesi. Dialek Register sering
tidak dikenali lagi walau kerap diambil (berasal) dari kosa kata daerah.
Kata lembu peteng, misalnya: yang sering diucapkan aristokrat Jawa, ketika menunjuk anak hasil hubungan gelap. Contoh lain, ialah: kumpul kebo, procotan, Paman Doblang, simbok, den mas, sungkem, bihten.
3) Kata-kata sugestif (memiliki daya sugesti)
Daya
sugesti dipertimbangkan penyair ketika memilih kata. Kekuatan sugesti
ditimbulkan oleh makna. Pilihan dan penempatannya seolah memancarkan
daya gaib hingga menyugesti pembaca untuk ikut sedih, terharu,
bersemangat, atau marah.
4) Kata imajis (menyiratkan imaji)
Kata
imajis ialah susunan kata yang mencitrakan pengalaman sensoris seperti
melihat, mendengar dan meraba. Pembaca seolah melihat benda (imaji visual), seolah mendengar suara (imaji auditif), atau seolah dapat merasa, meraba, dan menyentuhnya (imaji taktil) setelah penyair mencoba mengkonkritkan obyeknya menjadi mirip musik, gambar, atau citarasa tertentu.
Chairil Anwar mengimajikan rasa ngeri dan tercekam menghadapi maut ketika menulis: “Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru angin” (Yang Terempas dan Yang Terputus, 1949) Goenawan Mohamad melihat “….malam/tinggal separoh/ dan bulan/ pelan/ seperti pemain Noh”, dalam Hiroshima, Cintaku
(1989-90). Ia memvisualisasikan suasana malam yang memanjang dan
memberat melalui imaji “bulan” yang melambangkan waktu, yang bergerak
lambat seperti gerakan tarian Noh dari penari tradisionil Jepang.
5) Kata konkret (terasa konkret)
Kata
konkret untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata
harus diperkonkrit. Kata-kata jadi mengias ke realitas. Seperti
pengimajian, pengonkritan menggunakan kiasan dan lambang yang membuat
pembaca seolah melihat, mendengar, atau Chairil Anwar mengungkapkan
pertemuannya ke jalan Tuhan, dengan kata-kata: “Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling” (Doa, 1943). Sutardji Calzoum Bachri mengungkapkan kegelisahan mencari Tuhan, dengan: “semua orang membawa kapak/ semua orang bergerak pergi/” (Kapak, 1 Goenawan Mohamad, dalam Don Lopez de Cardenas di Grand Canyon, Amerika (1998) menulis: Di pagi hari / di tahun 1540 itu / Don Lopez de Cardenas tiba / dari dataran tinggi / yang membosankan. // Ia hentikan kudanya / di dekat / sebatang panderosa tua / yang tumbang, // dan ketika ia / lepaskan kaki / sebentar / dari sanggurdi, / untuk membetulkan taji pada lars sepatunya, / ada seorang Navajo / yang datang, / setengah telanjang, / berlari-lari, / menunjukkan arah / ke sebuah ngarai / yang kemudian/ disaksikannya sendiri / dengan kaki gemetar.” //
b. Bahasa Kiasan
Bahasa
kiasan adalah pemberian makna lain dari suatu ungkapan, atau memisalkan
sesuatu untuk menyatakan sesuatu yang lain (Semi, 1986: 50).
Bahasa kiasan dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
1) metafora
metafora
membandingkan antara objek yang memiliki titik-titik kesamaan, seperti
perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding, seperti
bagai, laksana, seperti, dan sebagainya (Pradopo, 1987: 66; Siswantoro,
2002: 27)
2) personifikasi
personifikasi
adalah pelukisan benda atau objek tak bernyawa atau bukan manusia
(inanimate) baik yang kasat mata atau abstrak yang diperlukan
seolah-olah sebagai manusia (Siswantoro, 2002: 29)
3) metonimia
metonimia
berupa penggunaan sebuah atribut/objek atau penggunaan sesuatu yang
sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut
(Altenbernd dalam Pradopo, 2002: 77)
4) hiperbola
hiperbola adalah suatru perbandingan atau perlambangan yang dilebih-lebihkan atau dibesar-besarkan (Semi, 1986: 51)
5) simile
simile
merupakan bahasa kiasan yang bersifat eksplisit, yakni secar langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal lain (Keraf dalam Kaswadi, 2006: 128)
6) alegori
alegori
yaitu pemakaian beberapa kiasan secara beruntun. Semua sifat yang ada
pada benda itu dikiaskan (Semi, 1986: 51), dan sebagainya.
STRUKTURALISME DAN SEMIOTIK
Sebuah penelitian atau sebuah tinjauan dalam desain selalu mencari metoda
penelitian atau tinjauan yang tepat, diharapkan hasilnya lebih efektif untuk desain,
designer maupun untuk penggunadesain.
Strukturalisme adalah sebuah pisau alternatif untuk membedah desain secara
langsung dengan melihat struktur atau susunan tanpa melihat historis atau penggalan
waktu pada desain. Sedangkan semiotik adalah ilmu tanda, jadi dengan kajian
strukturalisme dan semiotik, langsung bisa mengungkap secara denotatif dan konotatif
dalam sebuah desain.
1. Strukturalisme menurut Jeans Piaget
Jean Piaget berpendapat bahwa struktur mempunyai tiga sifat, yaitu;
a. Totalitas
Totalitas, Transformasi dan ot6oregulasi/ pengaturan diri. Sebuah Struktur harus
dilihat sebagai suatu totalitas. Meskipun terdiri dari sejumlah unsur yang saling bekaitan
satu sama lain dalam sebuah kesatuan. Dilihat secara hirarkis, sebuah struktur terdiri atas
sejumlah sub-struktur yang terikat oleh struktur yang lebih besar. Struktur merupakan
sesuatu yang dinamis karena di dalamnya ada kaidah transformasi. Jadi pengertian
struktur tidak terbatas pada kon6sep terstruktur, tetapi sekaligus mencakup pengertian
proses menstruktur.
b. Transformasi
Pengertian transformasi menjadikan sifat yang dinamis, hal ini berkaitan dengan
otoregulasi yang ada pada sebuah struktur. Struktur adalah sebuah bangunan yang terdiri
dari berbagai unsur yang satu sama lain saling berkaitan. Dalam setiap perubahan yang
terjadi pada sebuah unsur struktur akan mengakibatkan perubahan pada unsur lain, hal ini
akibat dari hubungan antar unsur menjadi berubah.
c. Otoregulasi
Otoregulasi adalah hubungan antar unsur akan mengatur diri sendiri, bila ada
unsur yang berubah atau hilang, inilah yang dimaksud dengan pengaturan diri atau
otoregulasi (Benny. 1995; ix).
Istilah struktur sering dikaitkan dengan sistem, seperti dua sisi sebuah mata uang.
Perbedaan dan kaitan antara struktur dengan sistem pada konsep Ferdinan de Sausure
tentang relasi sintagmatis dan asosiatif, hubungan sintagmatis adalah hubungan yang
tersusun dalam kombinasi/ gabungan. Hubungan sintagmatis membentuk struktur seperti
rumah beratap joglo (model Jawa Tengah) diberi tiang Romawi pada bagaian mukanya.
Antara unsur Jawa (atap) dan unsur Romawi (tiang) terdapat hubungan sitagmatis. Dalam
analisis bahasa, hubungan semacam ini disebut sebagai hubungan sintagmatis dan linier,
artinya urutan antar unsur bahasa sudah tertentu dan tidak dapat diubah, sebab bila
dirubah maknanyapun akan berubah.
Hubungan sintagmatis itu atau struktural itu terjadi menurut perspektif ruang
karena menyangkut kombinasi antar unsur yang masing-masing mengisi ruang tertentu.
Jadi Langue menurut Saussure adalah suatu pengetahuan dan kesadaran secara kolektif
dimiliki oleh suatu masyarakat mengenai sesuatu hal dalam wilayahnya, seperti sistem
arsitektur masyarakat Jawa menyatukan unsur-unsur atap joglo, tiang, pintu, dan jendela
dengan berbagai bentuk dan ukuran. Demikan pula dengan arsitektur Romawi Kuno
menyatukan unsur-unsur berbagai jenis tiang dan atap, sistem disadari oleh
masyarakatnya secara kolektif. Sistem itu diwujudkan dalan bentuk sesuatu yang
kongkrit oleh Saussure disebut parole, dan dalam kenyataannya disebut struktur.
Dalam pemahaman strukturalisme, sistem/langue dan struktur/parole adalah alat
untuk mengkaji dengan baik gejala adopsi unsur budaya asing. Adopsi dimulai dengan
peminjaman budaya asing, kalau masih dianggap janggal maka statusnya masih pinjaman
(masih dianggap sebagai anggota sistem yang lain). Jika sesuatu unsur dalam sebuah
struktur yang tadinya berasal dari luar sistem itu berada dalam suatu masyarakat maka
terjadilah proses tersebut. Contoh’ Jas (dari sitem pakaian Eropa) yang digunakan dalam
struktur pakaian untuk sholat Idul Fitri dengan sarung dan peci, pada suatu waktu unsur
dari sistem itu sudah menjadi bagian dari sisrtem kita setelah masuk ke dalam struk6tur
pakaian (Benny. 1995; 4).
2. Langue Parole
a.Langue
Langue menurut Saussure adalah suatu pengetahuan dan kesadaran yang dimiliki
secara kolektif oleh suatu masyarakat dalam wilayahnya. Kemudian Rolan Barthes
menegaskan “ it is essentially a collective contract which one must accept in its entirety
if one wishes to communicate moreover, this social product is autonomous”.
Karena merupakan kesepakatan sehingga tidak dapat dikreasikan atau direkayasa
oleh individu. Ini seperti permaianan dengan peraturannya yang disepakati bersamasama,
yang tidak mungkin dibuat atau dirubah oleh pemain secara sendiri-sendiri. Atau
seperti tanda pada mata uang yang resmi, untuk dipergunakan sebagai alat beli sesuai
kwantitasnya dan mempunyai hubungan dengan tanda pada mata uang yang lainnya.
Disini terlihat bahwa langue adalah sistem yang disepakati secara kolektif oleh
masyarkat, instuisi dan aspek sistematis yang menjadikan adanya suatu kesepakatan dan
terhindar dar arbitrary atau tanda yang sewenang-wenang, dan sekaligus menjadikan
suatu tanda yang pasti, ini menentang rekayasa yang datang dari perorangan. Hal ini
merupakan kode yang terjadi karena konvensi masyarakat.
b. Parole
Sedangkan Parole, Berbeda dengan langgue, parole adalah merupakan tindakan nyata
dari individu dengan menggunakan kode dari langue, hal ini dipertegas oleh Roland
Barthes: “parole is essentially an individual act of selection actualization; it is made in
the first place of the combination thanks to wich the speaking subject can use the code of
the language with a view to expressing his personal thought ”.
Jadi parole merupakan suatu tindakan nyata dalam mengungkapkan kode-kode yang
ada dimasyarakat, misalnya pakaian ada tanda, didalamnya ada sistem/ langue (ada
konvensi/ kesepakatan masyarakat) merupakan instuisi misalnya pakaian resmi (parole)
merupakan aksi/ event dari gaya atau pemakaian pakaian resmi tersebut, dan ada
paradigmatiknya atau kecocokannya.
Dalam penggunaan sistem secara nyata, terdapat suatu prinsif yang disebut
prinsif diperensi atau prinsif perbedaan yang diakibatkan oleh kode yang ada di
masyarakat terjadi pada proses pemaknaan dari sebuah tanda atau material yang bersifat
transenden atau melampaui realitas, contohnya;
Bunga Kasih sayang
Kenapa bunga, karena bukan Mobil
Atau karena bukan Piala
Kemudian terjadi pula pada penamaan suatu material, seperti;
Kenapa disebut PEN
Karena bukan PIN, atau
Karena bukan PAN
3. Sign dan Ideologi
Menurut Aart Van Zoest fungsi esensial dari tanda untuk membuat hubungan-hubungan
yang tidak 6efesien menjadi 6efesien, tidak untuk menyebabkan mereka bertindak, akan tetapi
hanya untuk menempatkan kebiasaan dalam satu aturan-aturan yang umum sehingga pada
waktunya hubungan-hubungan tersebut bisa menjadi operasional.
a. Sign
Berdasarkan relasi diantara tanda dan denotatumnya, Pierce membedakan tiga jenis tanda
yakni;
(1). Iconis, adalah suatu yang bisa ada sebagai suatu kemungkinan, terlepas dari adanya
denotatum, akan tetapi yang dapat dihubungkan dengan denotatum berdasarkan persamaan
potensial dengan sesuatu itu.
(2). Indeks, adalah tanda yang sifat tandanya tergantung dari keberadaannya suatu denotatum.
Dalam terminologi Pierce, merupakan suatu second, suatu tanda yang m6empunyai kaitan
kausal ataupun berdekatan dengan apa yang diwakilinya, contoh asap dengan api, tidak ada
asap kalau tidak ada api. Asap merupakan indeks.
(3). Simbol adalah suatu tanda, dimana relasi diantara tanda dengan denotatumnya ditentukan
oleh suatu peraturan yang berlaku umum; ditentukan oleh suatu 6kesepakatan bersama atau
konvensi (Aart Van Zoest. 1978;17).
Dalam tanada/ sign dikenal dengan trianggel yaitu antara tanada, penanda dan pertanda,
seperti bagan dibawah ini;
Sign
Penanda Pertanda
(Matrial)
Hubungan antara tanda/ sign, penanda/ signifier dan penanda/ signified merupakan suatu
kesepakatan atau sitem/ langue atau bisa dikatakan kode yang disepakati oleh masyarakat
menjadi suatu bahasa. Hal ini terjadi pada tanda tingkat pertama, juga pada penandan dan
pertanda tingkat pertama sedangkan pada tingkat kedua hal ini akan menjadi suatu ideologi.
Untuk itu perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan ideologi.
Ideologi bukan hanya sekedar tipe dari speech, melainkan pesan disampaikan kepada
masyarakat mungkin berbentuk objek, konsep, atau ide. Ini adalah gambaran pertama dari
ideologi yang dipertegas oleh Roland Barthes seperti berikut:
“…, it is not any type; language needs special conditions in order to become myth;
….established at the start is that myth is system of communication, that is message. This allows
one to perceive that myth can not possibly be an object, concept, or an idea; ….”
Dalam ideologi, akan ditemukan lagi istilah tri-dimensional patren, yaitu;
Sign, Signifier dan signified, namun pada ideologi ada tingkatan yang keduanya dimana petanda
akan memberikan petanda pada tingkatan ke dua atau bisa dikatakan sebagai makna ke dua. Dari
penanda kemudian penanda yang akan menjadi tanda yang6 menghasilkan penanda ke dua dan
petanda ke dua akan menhasillkan tanda.
Untuk lebih jelasnya kita simak apa yang diuraikan raland barthes, yaitu sebagai berikut;
“ myth is a peculiar system, in that it is constructed from a semiology chain which axisted before
it: it is second-order semiologycal system. That which is a sign (namely the associative total of a
concept and an image) in the first system, becomes a more signifier in the second.”.
Bila dilihat dari hirarkinya maka penjelasan diatas oleh Roland Barthes diskemakan seperti
berikut ini;
Langua
MIYTH
4. Syntagm dan System
Syntagm adalah kombinasi dari tanda pada ruang yang mendukungnya, dan dapat
dirubah berdasarkan pengertian yang sama, kesesuaian dari paradigmatiknya. Kecocokannya
contohnya dalam makan – nasi/ lauk/ sayur/ buah/ minum. Ini merupakan tahap pertama dari
syntagm seperti yang diungkapkan oleh Saussure, yaitu “ The syntagm is combination of sign,
wich has space as a support,”. Sedangkan tahap keduanya diterangkan “ the units wich have
something in common are associated in memory and thus form groups within which various
relation ships can be found;”. Pada tahap ke dua merupakan penggantian dengan pengertian
yang sama pada penggantinya, seperti; Saya melihat rumah, rumah disini bisa dikatakan atau
diganti dengan gubuk, villa dan seterusnya.
System merupakan konstitusi yang kedua dari language, Saussure melihat dari bentuk yang
berurutan dari asisiatif, yang ditentukan oleh persamaan bunyi, atau oleh persamaan arti /
meaning (Roland Barthes,133).
Kemudian Roland Barthes menuangkannya pada skema dibawah ini:
1. Signifier 2. signified
3. Sign
I. SIGNIFIER
II. SIGNIFIED
III. SIGN
Sedangkan pada penggatian yang kedua menunjukan adanya penggantian dengan pengertian
yang sama, adalah sebagai berikut:
Syntagm A B C etc
A’ B’ C’
A” B” C”
System
Saya Melihat
Gubuk
Rumah
Vila
System Syntagm
Garmen
System
Set of pi6eces, part of details which
cannot be worn at the same time on
the same part of the body, and whose
variations coresponds to change in the
meaning of clothing: toque – bonnethood.
Et6c
Juxtaposition in the same type
of dress of different elements:
Skrit – blouse – jacket.
Persamaan Arti
DAFTAR PUSTAKA
1. Aart Van Zoest, 1978, Semiotik, Basisbucen, ambo, Bearn.
2. Benny H. Pent.: 1995, Jean Piaget, Strukturalisme, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
3. Geoffri Broadbent, 1980, Sign.Simbol and architecture, John Wiley & Son, New york
4. John Fiske, 1991, Introduction to Communication Study, Jonathan Cape Ltd, london.
5. Roland Barthes, 1972, Mythologyes, Jonathan Cape Ltd, London.
6. Roland Barthes, 1972, Writing Degree Zero & Elemenmts Semiology, Jonathan Cape Ltd,
London.
7. Terence Hawk, 1988, Structuralism & Semiotics, Routledge, london.
8. Umberto Eco, 1976, A Theori of Semiology, Indiana University Press, London
Langganan:
Postingan (Atom)