Rabu, 27 November 2013

Poskolonialisme Dalam Cerpen “Apakah Dosa ? Kisah Mbak Wid” Karya Seno Gumira

Poskolonialisme didefinisikan sebagai teori yang lahir yang sudah kebanyakan negara-negara terjajah yang memperoleh kemerdekaannya, sedangkan kajian dalam bidang kolonialisme mencakup seluruh intelektual nasional. Poskolonialisme sering juga disebut pascakolonial merupakan intelektual modern yang merupakan reaksi dari dampak-dampak kolonialisme. Poskolonialisme merupakan bentuk penyadaran dan kritik atas kolonialisme.
            Teori poskolonialisme sangat relevan dalam kaitannya dengan kritik lintas budaya sekaligus wacana yang ditimbulkannya. Tema-tema yang dikaji sangat luas budaya meliputi hampir seluruh aspek kebudayaan, diantaranya politik, ideologi, agama, pendidikan, sejarah, antropologi, kesenian etnisitas, bahasa dan sastra, sekaligus dalam bentuk praktik di lapangan, seperti perbudakan, pendudukan, pemindahan penduduk, pemaksaan bahasa, dan berbagai bentuk invasi kultural yang lain.
            Dalam hal ini, penulis akan membahas teori poskolonialisme dalam judul cerita pendek “Apakah Dosa ? Kisah Mbak Wid”. Cerita pendek ini karya Seno Gumira dalam buku “Biola Tak Berdawai”. Cerita pendek “Apakah Dosa ? Kisah Mbak Wid” menceritakan tentang perjuangan seorang wanita dalam menjalani kehidupan untuk membiayai anaknya sampai bangku kuliah dengan cara terbaring di ranjang. Hal tersebut umumnya banyak terdapat di daerah dari kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Mbak Wid berbaring di Ruang Lilin seperti sengaja membenamkan diri dalam kemuraman. Seratus lilin memang memberi cahaya terang, namun cahayanya yang kekuningan menenggelamkan perasaan seseorang dalam kesenduan.
            Cerpen ini menimbulkan suatu teori poskolonialisme. Menurut Nyoman Kutha Ratna (2012: 205) menjelaskan bahwa poskolonialisme merupakan teori atau tradisi intelektual sekaligus kontinuitas ruang dan waktu dalam rentang sejarah. Sebagai teori ia menjadi relative dalam batas-batasnya, sementara sebagai zaman atau era ia memiliki batas-batas yang pasti. Sebagai teori poskolonilisme merupakan varian dari posstrukturalisme dimana ia sejajar dengan teori-teori lain seperti semiotika, resepsi, interteks, feminism, dan berbagai teori yang menolak narasi besar.
            Isi cerpen ini mengandung nilai kehidupan dalam kesalahan (dosa) yang telah diperbuatnya di masa lalu. Dimana dalam tokoh perempuan ingin melupakan masa lalu dengan ibunya, yang ia ceritakan kepada temannya.
“Bisakah kamu bayangkan Renjani, bagaimana kehidupanku berlangsung? Aku tidur di sebuah amben diluar kamar ibuku yang cuma dibatasi gorden renda tua. Aku bukan hanya tidak bisa tidur. Renjani – aku mendengar suara apapun dari kamar itu. Waktu kecil aku tidak mengerti. Semakin lama aku semakin terpaksa mengerti sendiri apa yang sedang belangsung di kamar itu dan siapakah ibuku itu.
            Dalam kutipan tersebut jelas bahwa seorang anak haruslah memahami apa yang sedang ibunya lakukan setiap malamnya. Namun, dari salah satu tamu memberikan komik Mahabharata. Mahabharata merupakan tokoh pewayangan yang memiliki seorang istri yang bersuami lima.
“Seorang tamu yang baru keluar kamar, sambil bergelayutan ditubuh ibuku suatu hari berkata ketika melihat aku membaca komik itu. ‘Hmm. Kamu sudah sampai bagian Pandawa dibuang ke hutan bersama Drupadi? Haha! Asal tahu saja ibumu juga seperti Drupadi lho!’.
“Ibuku mencubitnya, dan ia tertawa mesum, tapi hatiku sakit sekali. Aku tahu maksudnya, seperti Drupadi yang suaminya lima, maka sumber kehidupan ibuku juga dari banyak laki-laki.
Lalu, tokoh perempuan ini memiliki tekat yang kuat dan bersumpah kepada diri sendiri, ia akan menjadi dokter anak, yang menyelamatkan anak-anak tunadaksa. Ia ingin menebus dosa-dosa yang telah dilakukan oleh ibunya. Karena ibunya sering hamil dan menggugurkannya kembali.
Dua puluh bayi tunadaksa dalam kekelaman, mendengar meski tidak mendengar percakapan kedua perempuan itu di luar. Kami para bayi tunadaksa entah bagaimana caranya begitu saja saling mengerti seolah-olah mempunyai satu hati. Aku sering tersentak oleh kenyataan semacam ini – kenyataan-kenyataan ajaib, kenyataan-kenyataan tak terjelaskan. Kami yang dipandang dengan penuh belas memandang kembali dengan penuh belas.
            Dari kutipan tersebut, terjelas bahwa kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana seorang anak rela patuh terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh ibunya. Dan ia sampai memiliki keinginan untuk menebus kesalahan (dosa) yang telah dilakukan ibunya setiap malam. Ia berusaha keras melupakan masa lalu dan menjadi mahasiswa kedokteran. Ketika ia lulus, ibunya hadir dalam wisuda dan mengenakan kebaya yang membuatnya begitu indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar