Abad ke-19 adalah abad yang ruwet dibandingkan dengan abad-abad yang sebelumnya. Hal ini disebabkan karena beberapa hal :
1. Daerah tempat filsafat berkembang lebih luas. Amerika dan Rusia ikut memberikan sumbangan mereka. Juga india menjadi terkenal di Eropa.
2. Ilmu pengetahuan berkembang lebih cepat sekali, terlebih-lebih di bidang geologi, biologi dan kimia organis.
3. Produksi yang dihasilkan mesin-mesin sangat mengubah masyarakat dan memberikan kepada manusia suatu konsepsi baru tentang kuasa dalam hubungan dengan alam sekitar.
4. Suatu faktor baru yang tampak pada zaman ini ialah dominasi jerman secara intelektual, yang dimulai dengan kant. Idealisme jerman setelah zaman kant dan filsafat jerman yang lebih kemudian besar sekali pengaruhnya atas sejarah filsafat di jerman.
5. Masih ada hal yang lain lagi. Jikalau abad ke-17 dikuasai oleh pemikiran Galilei dan Newton, maka abad ke-19 dipengaruhi besar oleh Darwin.
A. IDEALISME DI JERMAN
Karena Kant filsafat di Jerman memperoleh sifatnya sendiri. Pada awal abad ke-19 Fichte, Schelling, Hegel menggangap dirinya sebagai orang-orang yang meneruskan tugas yang diberikan Kant. Mereka adalah filsuf-filsuf transendental, yang menjadikan akal pusat pembicaraan dalam menangani pengalaman. Ajaran kant tentang kategori, tentang penampakan dan tentang ide, tentang bentuk dan materi, dan lain-lainnya, semuanya memerlukan peninjauan kembali. Orang-orang yang nerusaha memenuhi tugas yang diberikan kant antara lain :
- J.G. FICHTE (1763-1814)
Beliau dilahirkan di Rammenau, Jerman. Beliau mengatakan bahwa, ajaran ilmu pengetahuan ini bukan suatu pemikiran teoritis tentang struktur dan hubungan tentang ilmu pengetahuan satu per satu, melainkan suatu penyadaran tentang pengenalan itu sendiri, yaitu suatu penyadaran yang metodis di bidang pengetahuan itu sendiri.
Filsafat sebagai ajaran tentang ilmu pengetahuan dibedakan antara :
- Ajaran tentang ilmu pengetahuan yang teoritis
- Ajaran tentang ilmu pengetahuan yang praktis
2. F.W.J. SCHELLING (1775-1854)
Beliau mengatakan bahwa filsafat itu mempunyai tiga tahap antara lain :
· Tahap filsafat alam
· Tahap filsafat identitas
· Tahap filsafat wahyu atau filsafat positif. Tetapi tahap yang satu tidak boleh dipisahkan dari tahap filsafat yang lain, bahkan dapat dikatakan bahwa yang satu berkembang dari persoalan yang ditimbulkan oleh yang lain.
- G.W.F. HEGEL (1770-1831)
Beliau termasuk salah satu dari filsuf barat yang paling menonjol. Pengaruhnya begitu besar sampai di luar jerman. Menurut Hegel, yang mutlak adalah Roh yang mengungkapkan diri di dalam alam, dengan maksud agar supaya dapat sadar akan dirinya sendiri. Hakekat Roh adalah idea atau pikiran. Seluruh proses dunia adalah suatu perkembangan Roh. Sesuai dengan hukum Dialektika Roh meningkatkan diri, menuju kepada yang mutlak. Sesuai dengan perkembangan Roh ini maka filsafat Hegel disusun dalam tiga tahap, yaitu :
- Tahap ketika Roh berada dalam keadaan “ada dalam dirinya sendiri”, ilmu filsafat yang membicarakan Roh berada dalam keadaan ini disebutnya Logika
- Tahap kedua Roh berada dalam keadaan “berbeda dengan dirinya sendiri”, ilmu filsafat yang membicarakan tahap ini disebutnya filsafat alam
- Tahap ketika Roh kembali pada dirinya sendiri, yaitu kembali daripada berada di luar dirinya, sehingga Roh dalam keadaan “dalam dirinya dan bagi dirinya sendiri”, Tahap ini menjadi sasaran Filsafat Roh
- ARTHUR SCHOPENHAUER (1788-1868)
Beliau adalah orang yang di dalam sejarah filsafat mengambil tempat yang khusus sekali. Yang di Danzig dari keluarga pedagang besar. Pangkal Pikirannya adalah Filsafat Kant yang mengajarkan, bahwa yang kita ketahui dari segala sesuatu hanyalah penampakan-penampakannya saja. Jasa Schopenhauer ialah bahwa ia membuka mata terhadap bagian dalam yang gelap dari manusia, yang ada didalam permukaan kesadaran. Di dunia barat Schopenhauer telah untuk pertama kali membuka jalan bagi suatu filsafat dan suatu psikologi dari hal yang tak sadar.
B. POSITIVISME
Pada abad ke-19 timbullah filsafat yang disebut Positivisme, yang diturunkan dari kata “Positif”. Filsafat ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Segala uraian dan persoalan yang diluar apa yang ada sebagai faktu atau kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu Metafisika ditolak.
1. AUGUS COMTE (1798-18557). Menurut Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap atau tiga zaman, yaitu : Zaman teologis, Zaman metafisis dan Zaman ilmiyah atau zaman positif.
· Pada Zaman Teologis orang mengarahkan rohnya pada hakikat “Batiniyah” segala sesuatu kepada “sebab pertama” dan “tujuan terakhir” segala sesuatu.
· Zaman Metafisika sebenarnya hanya mewujudkan suatu perubahan saja dari zaman teologi.
· Zaman Positif adalah Zaman ketika orang tahu, bahwa tiada gunanya untuk mencapai pengenalan atau pengetahuan yang mutlak, baik pengenalan teologis, maupun pengenalan metafisis.
2. JHON STUART MILL (1806-1873). Beliau mencoba memberikan suatu dasar psikologis dan logis kepada positivisme. Mill membedakan antara ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan rohani. Yang dimaksud ilmu pengetahuan rohani ialah Psikologi, ajaran tentang kesusilaan (etologi) dan Sosiologi.
3. HERBERT SPENCER (1820-1903). Beliau menyatukan secara sempurna gejala-gejala itu, untuk diperlukan adanya suatu asas pusat yang dinamis. Asas dinamis Kenyataan itu adalah “hukum perkembangan” (evolusi).
C. KEMUNDURAN FILSAFAT HEGEL DAN TIMBULNYA MATERIALISME DI JERMAN
Pada pertengahan kedua abad ke-19 ini timbul juga aliran materialisme di dalam filsafat jerman. Yang mendorong pertama kali ialah :
1. LUDWIG FEUERBECH (1804-1872). Salah seorang dari sayap kiri pengikut Hegel. Menurut ia hanya alamlah yang berada. Oleh karena itu manusia adalah makhluk alamiyah. Segala usahanya didorong oleh nafsu alamiyahnya, yaitu dorongan untuk hidup. Yang terpenting pada manusia bukan akalnya, tetapi usahanya, sebab pengetahuan hanyalah alat untuk menjadikan segala usaha manusia berhasil.
2. KARL MARK (1818-1883). Pangkal pemikiran Mark adalah ajaran Hegel. Pada waktu yang lebih kemudian kepada ajaran Hegel itu digabungkan dengan filsafat feuerbech, teori revolusioner perancis, yakni terutama gagasan-gagasan para sosialis utopis dan juga pandangan ekonomi negara inggris yang klasik. Antara mark dan feuerbech dapat dikatakan demikian, bahwa Mark mengambillalih dari feuerbech kecenderungan untuk menjelaskan hal-hal yang Rohani dari yang Jasmani, serta mencurahkan segala perhatian kepada manusia yang hidup di dalam masyarakat.
3. SOREN KIERKEGAARD (1813-1855). Beliau mengatakan pertama-tama yang penting bagi manusia adalah kenyataannya sendiri atau eksistensinya sendiri. Akan tetapi harus ditekankan, bahwa eksistensi manusia bukanlah suatu “ada” yang statis, melainkan suatu “menjadi”, yang mengandung di dalamnya suatu perpindahan, yaitu perpindahan dari “kemungkinan” ke “kenyataan”. Tiap-tiap eksistensi memiliki cirinya yang khas. Ia membedakan eksistensi menjadi 3 yaitu : Bentuk Estetis, Bentuk Etis dan Bentuk Religius.
4. FIREDRICH NIETZCSHE (1844-1900). Nietzsche adalah filsuf dari nafsu-nafsu yang vital. Nafsu olehnya dipandang sebagai daya kekuatan pendorong di dalam manusia. Berdasarkan pandangan tersebut mengajarkan adanya 2 moral, yaitu : Moral Tuan (Baik) dan Moral Budak (Jahat). Agama kristen adalah lambang pemutar balikkan nilai-nilai. Sebab yang dipandang sebagai jiwa kristiani ialah menolak segala yang alamiah sebagai hal yang tak layak, yang memusuhi segala yang nafsani.
Nietzsche adalah orang yang kesepian, yang berjuang mati-matian untuk menentang nilai-nilai lama yang telah berkuasa ribuan tahun. Ia ingin menciptakan hal-hal yang melebihi dirinya sendiri, sampai segala kekuatannya dihabiskan, dan hidupnya diakhiri dengan menderita penyakit gila.
PENCERAHAN DI INGGRIS
Di inggris filsafat pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang bermacam-macam keyakinan. Kebanyakan ahli pikir yang seorang lepas daripada yang lain. Kecuali tentunya beberapa aliran pokok.
Salah satu gejala pencerahan di inggris ialah yang disebut Deisme, suatu aliran dalam filsafat inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan gagasan EDUARD HERBERT dari Cherburry (1581-1648), yang dapat disebut pemberi alas ajaran alamiyah.
Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga agama kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu. Terhadap segala skiptisisme di bidang agama ia bermaksud sekuat munkin ia meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiyah dari agama.
Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga tersusunlah agama alamiah, yang berisi :
a. Bahwa ada tokoh yang tertinggi
b. Bahwa manusia harus berbakti kepada tokoh yang tertinggi itu
c. Bahwa bagian pokok kebaktian itu adalah kebajikan dan kesalehan
d. Bahwa manusia karena tabiatnya benci terhadap doa dan yakni bahwa tiap pelanggaran kesusilaan harus diselesaikan
e. Bahwa keadilan dan kebaikan allah memberikan pahala dan hukuman kepada manusia di dalam hidup ini dan akhirat. Menurut Herbert, di dalam segala agama yang positif terdapat kebenaran-kebenaran pokok dari agama alamiah ini.
Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini. Akan tetapi setelah dunia ini diciptakan, Allah menyerahkan dunia pada nasibnya sendiri.
2. GEORGE BERKELEY (1685-1753). Pangkal pikiran Berkeley terdapat pada pandangannya di bidang teori pengenalan. Menurut dia pengetahuan kita berdasarkan pengamatan. Pengamatan adalah identik dengan gagasan yang diamati. Bagaimana pengamatan terjadi ?
Pengamatan bukan terjadi karena hubungan subyek yang mengamati dan objek yang diamati, melainkan karena hubungan pengamatan indera yang satu dengan pengamatan indera yang lain.
3. Orang yang memperkembangkan Filsafat Empirisme Locke dan Berkeley secara konsekuen adalah DAVID HUME (1711-1776). Menurut Hume, tiada bukti yang dapat dipakai untuk membuktikan bahwa allah ada dan bahwa ia menyelenggarakan dunia. Juga tiada bukti bahwa jiwa tiada mati. Pada hakikatnya pemikiran Hume ini bersifat Analitis, Kritis dan Skeptis. Ia berpangakal pada keyakinan, bahwa hanya kesan-kesanlah yang pasti, jelas dan tidak dapat diragukan. Dari situ ia sampai pada keyakinan, bahwa “aku” termasuk alam khayalan. Dunia hanyalah terdiri dari kesan-kesan yang terpisah-pisah, yang tidak dapat disusun secara obyektif sistematis, karena tiada hubungan sebab-akibat diantara kesan-kesan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar