Minggu, 18 September 2011

ADAKAH MAKHLUK ASING......................?

ADAKAH MAKHLUK CERDAS Dl KOSMOS?
Apakah masuk akal kalau dikatakan bahwa kita penduduk dunia pada abad ke duapuluh ini bukanlah satusatunya
makhluk hidup jenis manusia yang ada di alam semesta ini
? Oleh karena
tidak ada musium yang
dapat
kita kunjungi, yang memamerkan manusia kerdil dari planet lain, maka jawaban atas pertanyaan itu:
“Dunia
kita ini adalah satu-satunya planet yang dihuni manusia”
agaknya masih merupakan jawaban yang
resmi
dan meyakinkan. Tetapi setelah kita menyelidiki hasil penemuan dan penelitian terakhir, maka perta
nyaan
seperti itu akan
semakin banyak jumlah dan ragamnya.
“Di malam hari yang cerah dengan mata telanjang, orang akan dapat melihat kira-kira 4.500 bintang”, demikian
dikatakan para astronom. Tetapi dengan menggunakan teleskop dari observatorium terkecil akan tampak
hampir 2.000.000 bintang, sedangkan teleskop pantul yang modern dapat menampakkan cahaya dari ribuan
juta
bin tang lebih kepada pengamat, yang berupa bintik-bintik cahaya dari bimasakti. Tetapi kalau dibandingkan
dengan besarnya dimensi alam semesta ini, susunan bintang-bintang yang kita lihat itu hanya merupakan
bagian terkecil dari susunan bintang-bintang lainnya yang luasnya tak terbandingkan lagi. Jadi dapat dikatakan
bahwa bima sakti kita itu hanya merupakan suatu kelompok kecil dari bima sakti yang terdiri dari kira-kira dua
pu luh galaksi atau lebih, yang tersebar dalam radius 1.500.000 tahun cahaya. (1 tahun cahaya = jarak yang di
tempuh cahaya dalam waktu satu tahun yakni: 60 x 60 x 24 x 365,25 x 300000 Km). Kelom pok bintang yang
besar inipun akan kecil pula adanya kalau dibandingkan dengan ribuan nebula, yaitu sekelompok bintang yang
nampak dengan mata telanjang seperti kabut bercahaya; yang berbentuk spiral, seperti yang dapat dilihat
dengan teleskop elektronik. Saya ingin menegaskan di sini, bahwa kalau pun dikemukakan pada zaman
sekarang, penelitian semacam ini barulah merupakan permulaan semata.
Menurut taksiran astronom Harlow Shapley, dalam daya jangkau fokus teleskop kita terdapat sekitar sepuluh
pangkat dua puluh bintang. Kalau Shapley menghubungkan suatu susunan planet hanya dengan satu dalam
seribu bintang, maka kita dapat menganggap taksiran itu sebagai suatu taksiran yang dibuat dengan sangat
hati-hati. Kalau kita teruskan spekulasi kita atas dasar taksiran ini, dan mencurigai bahwa kondisi yang tidak
memenuhi syarat untuk adanya kehidupan hanya pada sebuah bintang dalam tiap seribu bintang,
maka perhitungan itu masih akan memberikan bilangan sepuluh pangkat empat belas. Shapley bertanya:
“Berapa banyaknya bintang dari bilangan ‘ Astronomis” ini yang mempunyai udara memenuhi syarat bagi
kehidupan ? Satu dalam seribu?” Tokh masih luar biasa yakni sepuluh pangkat sebelas bintang mempunyai
persyaratan untuk kehidupan. Bahkan kalau misalnya saja hanya pada tiap planet yang keseribu dari jumlah itu
terdapat kehidupan, masih akan terdapat 100.000.000 planet di mana kita masih mengspekulasikan akan
adanya kehidupan. Perhitungan ini dibuat berdasarkan pengamatan dengan penggunaan teleskop yang
menggunakan tehnik mutakhir. Tetapi kita jangan lupa, bahwa teleskop-teleskop itu terus-menerus diperbaiki.
Jika kita ikuti hipotesa biokimiawan Dr. Stanley Miller, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan dan syaratsyaratnya
yang diperlukan; di mana pada sebagian dari sejumlah planet itu, te
lah dapat berkembang lebih
pesat
dari pada di atas bumi kita ini. Jika
kita terima asumsi yang amat berani ini, maka dapat disimpulkan
bahwa
peradaban pada 100.000 planet adalah jauh lebih maju dari pada di atas bumi kita ini.
Mendiang Willy Ley penulis ilmiah yang terkenal itu, dan teman dari Wernher Von Braun mengatakan kepada
saya di New York: “Banyaknya bintang di bima sakti kita saja di taksir ada 30 milyar buah. Assumsi bahwa bima
saksi kita berisi 16 milyar susunan planet masih dianggap dapat diterima oleh para astronom masa kini. Kalau
kita sekarang mencoba mengurangi jumlah itu sebanyak mungkin dan memisalkan jarak antara susunansusunan
planet itu diatur sedemikian rupa sehingga di antara seratus, hanya satu planet yang mengorbit di
sekitar
mataharinya masing-masing, maka masih akan terdapat 180 juta planet yang mampu mendukung
kehidupan.
Kalau kita misalkan lagi bahwa hanya satu planet di antara seratus yang memungkinkan adanya
kehidupan
itu benar-benar ada kehidupan di sana,
maka masih akan terdapat 1,8 juta planet di mana terdapat
kehidupan. Selanjutnya kita misalkan bahwa dari tiap seratus planet di mana terdapat kehidupan itu hanya
pada satu planet saja terdapat makhluk hidup yang tingkat kecerdasannya sama dengan “homo sapiens”,
maka bima sakti kita masih mempunyai sejumlah 18.000 planet yang dihuni makhluk hidup seperti kita.
Oleh karena menurut perhitungan terakhir, dalam bima saksi kita terdapat 100 ribu juta bintang yang tetap
tempatnya, maka angka yang di sebut Dr. Ley dengan hati-hati itu jauh di bawah kenyataan sekarang. Tanpa
menyebut bilangan-bilangan fantastis atau memperhitungkan galaksi-galaksi yang belum dikenal, kita masih
dapat menduga bahwa ada 18.000 planet yang terhitung dekat pada bumi kita di mana terdapat keadaan yang
memenuhi persyaratan kehidupan seperti pada planet yang kita huni ini. Namun demikian kita masih dapat
berspekulasi lebih lanjut, bila hanya satu persen saja dari 18.000 planet itu yang benar-benar dihuni oleh
makhluk hidup, maka masih akan terdapat 180 buah planet yang bermakhluk hidup.
Tiada keraguan tentang adanya planet-planet yang serupa dengan bumi kita dan mempunyai campuran gasgas
atmosfir, gravitasi, tetumbuhan bahkan mungkin margasatwa yang semuanya serupa dengan yang ada di
bumi
kita ini. Tetapi apakah perlu bagi planet-planet yang memungkinkan adanya kehidupan itu mempunyai
persyaratan
hidup yang segala-galanya sama
seperti yang ada di bumi ini? Anggapan bahwa
kehidupan hanya
dapat
tumbuh subur dalam keadaan seperti di bumi ini seka rang dengan adanya penelitian telah ketinggalan
zaman.
Salah sekali jika orang menduga bahwa ke hidupan tak mungkin tanpa air dan oksigen, sebab di bumi
kita
pun terdapat bentuk kehidupan yang tidak memerlukan oksigen, yakni yang di sebut bakteri-bakteri
anaerobik.
Oksigen
dalam jumlah tertentu dapat meracuni bakteri-bakteri semacam ini. Mengapa
tidak
mungkin
ada kehidupan yang lebih tinggi tingkatnya, yang tidak memerlukan oksigen?
Dengan adanya dorongan dari ilmu pengetahuan baru yang dicapai tiap hari, kita harus berusaha supaya alam
pikiran kita tetap uptodate. Penyelidikan-penyelidikan yang paling mutakhir menunjukkan bahwa bumi kita ini
adalah yang paing ideal, karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, airnya berlimpah-limpah; persediaan
oksigennya tak terbatas, alamnya senantiasa di remajakan kembali oleh proses-proses organis.
Assumsi bahwa kehidupan hanya dapat ada dan berkembang di atas planet seperti bumi ini, sudah tak dapat
dipertahankan lagi. Menurut tafsiran, di bumi kita ini terdapat 2.000.000 jenis makhluk hidup. Dari jumlah ini,
ditaksir (lagi-lagi ditaksir) hanya 1.200.000 yang telah dikenal secara ilmiah. Dari jumlah yang telah dikenal ini
terdapat beberapa ribu yang menurut alam pikiran sekarang, seharusnya tidak mampu untuk hidup. Dasar
pemikiran tentang kehidupan perlu dipertimbangkan kembali dan diuji lagi kebenarannya. Sebagai contoh
misalnya orang menduga bahwa air yang diradioaktif akan bebas hama. Tetapi kenyataan membuktikan
bahwa ada beberapa jenis kuman yang dapat menyesuaikan diri pada air maut yang ada di sekeliling reaktor
nuklir. Eksperimen yang dibuat oleh Dr. Sandford Siegel kedengarannya mengerikan. Di dalam
laboratoriumnya dia menciptakan keadaan atmosfir tiruan dari atmosfir sekitar planet Jupiter, dan membiarkan
bakteri dan tungau di dalamnya di mana sama sekali terasing dari segala syarat “kehidupan” yang sampai
sekarang masih menjadi pegangan. Amoniak, methan dan hidrogen tak dapat mematikan bakteri dan tungau
ini.
Eksperimen-eksperimen yang dibuat oleh Dr. Howard Hinton dan Dr. Blum dari Bristol University sama-sama
memberikan hasil yang mengejutkan. Kedua sarjana ini telah mengeringkan sejenis unggas beberapa jam
lamanya dalam suhu 100 C, yang segera setelah itu dicelupkan ke dalam helium cair, yang sebagaimana kita
ketahui dingin sekali sedingin ruang angkasa. Setelah diradiasi dengan kuat sekali, kemudian dikembalikan lagi
kepada keadaan kehidupan yang normal; serangga itu ternyata dapat meneruskan fungsi biologis vitalnya dan
sehat.
Kita juga pernah mendengar tentang adanya bakteri-bakteri yang hidup di dalam gunung berapi, bakteri yang
memakan batu-batuan, dan bakteri yang menghasilkan besi. Maka bertambah pulalah pertanyaan yang
menunggu jawaban.
Eksperimen masih terus diadakan di pusat-pusat penelitian. Bukti-bukti baru yang menunjukkan bahwa
kehidupan itu sama sekali tidak terikat ketat kepada persyaratan kehidupan yang ada di planet kita ini terusmenerus
bertambah. Berabad-abad
sudah dunia kita ini berputar di sekitar hukum dan kondisi yang mengatur
kehidupan
di permukaan bumi. Keyakinan
ini mengubah dan mengaburkan cara kita melihat keadaan.
Keyakinan
ini menghalangi penglihatan para penyelidik ilmiah yang tanpa ragu-ragu telah menerima cara dan
standar
cara berpikir dalam memandang alam semesta ini.
Teilhard de Chardin akhli pikir yang membuka zaman baru itu berpendapat bahwa hanya yang fantastis saja
yang dapat menjadi kenyataan di dalam kosmos. Kalau jalan pikiran kita berjalan lain dari pada yang biasa, ini
berarti bahwa intelegensi di planet lain menggunakan kondisi kehidupan mereka sebagai patokan, dan sebagai
norma. Kalau mereka hidup pada suhu 150-200 C, mereka akan mengira bahwa suhu di bawah 0 yang bagi
kita dapat merusak kehidupan itu di planet lain malah disyaratkan untuk dapat hidup. Dan ini justru akan cocok
dengan logika yang kita gunakan untuk membuat kegelapan masa lampau kita menjadi terang. Logika itu
semata-mata berkat rasa harga diri kita dan berkat sifat kita yang serba rasionil dan serba obyektif.
Pada suatu waktu setiap teorl yang mengandung keberanian kadang-kadang dianggap khayalan ataupun
suatu utopi. Betapa banyak khayalan yang sekarang sudah menjadi kenyataan sehari-hari.
Memang contoh-contoh yang dikemukakan di sini dimaksudkan untuk menunjukkan kemungkinankemungkinan
yang masuk akal. Namun
demikian, sekali kemungkinan yang sebelumnya tak masuk akal itu
terbukti
nyata, dan memang akan menjadi kenyataan, maka segala rintangan akan roboh; dan kita akan
sampai
kepada suatu keadaan di mana tabir ketidak mungkinan itu oleh kosmos akan menjadi kenyataan,
maka
segala rintangan akan roboh; dan kita akan sampai kepada suatu keadaan di mana tabir ketidak
mungkinan
itu oleh kosmos akan dibuka lebar-lebar. Generasi mendatang akan
menemukan segala jenis
kehidupan
yang sebelumnya tak pernah terimpikan dalam alam semesta ini. Sekalipun kita tidak akan
mengalami
semua itu, mereka harus menerima kenyataan bahwa mereka bukanlah satu-satunya intelegensi
dan
sudah tentu bukan intelegensi tertua dalam kosmos.
Alam semesta ini ditaksir telah berusia dua belas ribu juta tahun. Di bawah mikroskop, batu-batu meteor
membuktikan adanya bekas zat organik di dalamnya. Bakteri yang telah berusia jutaan tahun bangun dan
menunjukkan kehidupan baru. Spora-spora yang melayang-layang di ruang angkasa melintasi alam semesta
dan kadang-kadang tertangkap oleh lapangan gravitasi dari sesuatu planet. Kehidupan baru telah berjalan dan
berkembang dalam siklus abadi dari penciptaan selama berjuta-juta tahun.
Sekian banyak penelitian yang berhati-hati atas jenis batu-batuan dari segenap penjuru dunia, membuktikan
bahwa kerak bumi ini telah terbentuk empat ribu juta tahun yang lalu. Dan dari segala apa yang diungkapkan
oleh ilmu pengetahuan itu di antaranya diketahui bahwa sesuatu makhluk hidup yang menyerupai manusia
telah ada sejak 1.000.000 tahun yang lalu. Dari masa satu juta tahun itu hanya 7.000 tahun saja yang dikenal
sebagai sejarah hidup manusia. Itupun dicapai dengan banyak mengorbankan tenaga, petualangan dan
sebagian besar karena kepenasaran. Tetapi apa artinya 7.000 tahun sejarah hidup menusia jika dibandingkan
dengan ribuan juta tahun sejarah alam semesta ?
Kita telah membutuhkan waktu 400.000 tahun untuk mencapai kemajuan keadaan sekarang ini. Adakah
orang yang dapat membuktikan secara kongkrit mengapa planet lain tidak dapat memberikan keadaan yang
lebih menguntungkan bagi perkembangan intelegensi yang lain dari pada yang ada di muka bumi kita. Adakah
alasan bahwa kita tidak mungkin mempunyai saingan di planet lain yang dapat menyamai atau melebihi kita?
Berhakkah kita untuk meniadakan kemungkinan ini? Yakni kemungkinan adanya saingan? Padahal sampai
sekarang kita telah berbuat atau beranggapan demikian. Sampai sekarang kita telah beranggapan bahwa di
planet lain tidak ada “saingan” kita. Beberapa kali sudah sokoguru kearifan kita ambruk remuk menjadi debu ?
Beratus-ratus generasi menduga bahwa dunia ini dulunya pipih. Hukum yang menetapkan bahwa matahari
beredar mengitari bumi, tetap tak boleh dibantah selama ribuan tahun yang lalu. Kita masih tetap yakin bahwa
dunia kita ini adalah pusat dari segala-galanya, walaupun telah dibuktikan bahwa dunia ini hanyalah suatu
bintang biasa semata yang besarnya tak berarti dan yang letaknya sejauh 30.000 tahun cahaya dari titik pusat
bima sakti.
Telah tiba waktunya bagi kita untuk mengetahui kesepelean kita dengan jalan membuat penemuan-penemuan
dalam kosmos yang belum terselidiki dan tak terbatas luasnya. Hanya dengan cara itulah nanti kita akan sadar
bahwa kita ini bukan apa-apa melainkan hanya merupakan semut-semut dalam alam semesta yang amat luas
ini. Namun demikian masa depan dan kesempatan-kesempatan kita terletak di dalam alam semesta itu di
mana para dewa telah menjanjikannya. Jauh sebelum kita sempat melihat masa depan kita, kita harus sudah
cukup kuat dan cukup berani untuk menyelidiki masa lalu kita dengan jujur dan adil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar