Sabtu, 13 Oktober 2012

Analisis Gaya Bahasa Lirik Lagu Letto "Ruang Rindu"

Analisis Gaya Bahasa Lirik Lagu Letto dalam album Truth, Cry and Lie


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Sastra adalah institusi sosial yang menggunakan medium bahasa (Wellek & Warren dalam Najid, 2003:9). Karya sastra sebagai hasil kreasi pengarang (Aminuddin, 1995:49).
Genre sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra imajinatif dan nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra nonimajinatif terdiri atas karya-karya yang berbentuk esei, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah. Yang termasuk sastra imajinatif ialah karya prosa fiksi (cerpen, novelet, novel atau roman), puisi (puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik), dan drama (drama komedi, drama tragedi, melodrama, dan drama tragikomedi), (Najid, 2003:12).
Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Jadi lirik sama dengan puisi tetapi disajikan dengan nyanyian yang termasuk dalam genre sastra imajinatif.
 Berbicara tentang lirik lagu pasti akan berbicara juga mengenai musik. Musik merupakan salah satu hiburan yang sangat digemari oleh masyarakat yang sudah mendarah daging di kehidupan masyarakat. Bahkan ada yang berpendapat hidup tanpa adanya musik di kehidupan masyarakat dikatakan serasa makan tanpa garam. Musik telah mengibarkan bendera-benderanya di panggung-panggung kesenian, konser-konser, televisi, toko-toko, pusat-pusat perbelanjaan, di rumah bahkan di kantor-kantor pada saat jam istirahat. Musik senantiasa menemani di setiap kegiatan manusia. Begitu pula dengan perkembangan teknologi rekaman dan alat-alat canggih yang menyebabkan semua orang dapat menikmati alunan musik dengan mudahnya.
Musik dapat didefinisikan sebagai sebuah ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 413). Bunyi-bunyi tersebut diorganisasikan sedemekian rupa sehingga tidak sekedar bunyi asal-asalan saja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik dapat didefinisikan sebagai (1) Ilmu atau seni menyusun nada atau suara, diurutkan, dikombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan keseimbangan, (2) Nada dan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan terutama yang menggunakan alat. Dari kedua definisi tersebut dapat dilihat bagaimana suatu perasaan atau pengalaman jiwa disampaikan dengan kiasan atau bunyi-bunyian yang indah.  
B.     Analisis Puisi Lirik Lagu 
Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Lagu adalah berbagai irama yang meliputi suara instrumen dan bernyanyi dan sebagainya, nyanyian, tingkah laku, cara, lagak (KBBI, 2003:401). Lagu adalah ragam suara yang berirama, nyanyian, ragam, nyanyi, dan tingkah laku (KBBI, 2003:624). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili, 2007:10).
Berbicara mengenai puisi tidak akan terlepas dari bahasa kias, pengimajinasian, dan perlambangan atau gaya bahasa.  Penggunaan gaya bahasa dalam puisi terutama puisi dalam lirik lagu banyak diminati oleh penyair dalam hal penciptaan lirik lagu. Karena dapat menimbulkan kesan indah, sekaligus banyak makna, seperti yang terdapat dalam karya-karya Noe, band Letto dalam album Truth, Cry and Lie, disana banyak dijumpai penggunaan gaya bahasa dan berbeda dalam pengungkapannya dengan penyair yang lain. Dari sini, tentunya banyak masalah yang dapat diteliti oleh para ahli bahasa.
Kiat penyair dalam mengungkapkan perasaannya/menggambarkan pemikirannya dalam kata-kata pada bait-bait puisi maupun lirik lagu, salah satunya dengan bahasa kias atau gaya bahasa. Bahasa kiasan berarti bahasa yang menggunakan kata-kata yang susunan dan artinya sengaja disimpangkan, dengan maksud agar memperoleh kesegaran dan kekuasaan berekspresi. (Muliono, 1998: 63).
Dalam menulis lagu, pada umumnya para pengarang menggunakan bahasa yang khas atau indah, sehingga lagu yang diciptakan mempunyai nilai lebih yang bisa dilihat dari bahasanya. Dalam hal ini pengarang menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan diterima, sehingga karangan isinya dalam sebuah lagu mudah untuk diketahui maksudnya.
Untuk menuliskan puisi lirik lagu penyair memilih kata-kata yang tepat dan bermakna kias, sangat dalam, dan bergaya bahasa. Gaya bahasa merupakan bentuk retorika, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan dan mempengaruhi penyimak atau pembaca. (Tarigan, 1985:5).
Gaya bahasa adalah pengungkapan ide, gagasan, pikiran-pikiran seorang penulis yang meliputi hierarki kebahasaan yaitu kata, frasa, klausa, bahkan wacana untuk menghadapi situasi tertentu (Rahayu, 2005:11).
Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas citraan, pola rima, matra yang digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Jadi majas merupakan bagian dari gaya bahasa (Sudjiman dalam Fillaili, 2007:14). Majas merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiah (Sudjiman dalam Fillaili, 2007:13). Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati pengarang (Slamet Mujana dalam Pradopo dalam Sowikromo, 2007:7).
Dalam menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam puisi lirik lagu karya Noe (yang menjadi vokalis band Letto dan sekaligus pengarang lirik lagu) dalam album Truth, Cry and Lie tersebut penulis menggunakan gaya bahasa metafora, metonimia, simile, paradoks dan antitesis. Gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang berisi ungkapan yang membandingkan dua hal secara langsung, biasanya dalam bentuk yang singkat. Metonimia, yaitu gaya bahasa yang dipakai untuk mengungkapkan sebuah kata untuk menyatakan sesuatu yang lain karena terdapat pertalian yang erat. Hubungan tersebut dapat berupa nama penemu, hasil temuannya, akibat untuk sebab dan sebaliknya, isi untuk menyatakan kulit, dan sebagainya. Persamaan atau Simile yaitu gaya bahasa yang membandingkan sesuatu dengan yang lain. Perbandingan tersebut diyatakan secara eksplisit dengan memakai kata-kata seperti, sama, sebagai, laksana dan sebagainya. Paradoks, yaitu gaya bahasa yang berupa ungkapan yang mengandung pernyataan yang bersifat kontradiksi. Antitesis, yaitu gaya bahasa yang mengandung rentangan makna yang berlawanan baik yang berupa kata, kelompok kata, maupun kalimat.  (Fananie, 2000: 30-39)
1.      Bait Tipografi
Sebuah karya puisi, baru bisa disebut bernilai apabila unsur-unsur pembentuknya tercermin dalam strukturnya, baik bentuk luar atau ekstrinsik, atau fisik maupun bentuk dalam atau intrinsik, atau batin. Bentuk struktur disini adalah bentuk susunan unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling menentukan, saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantungan. Bangunan struktur puisi pada dasarnya mempunyai dua unsur pembentuknya, yakni (1) struktur luar (surface struktur) atau struktur permukaan atau ekstrinsik, atau fisik, atau Richards (1976: 129-225) metode, atau bentuk atau bahasa (tradisional), yang terdiri atas, yakni diksi atau pilihan kata (bahasa kiasan, citraan, sarana retorika), unsur bunyi, kata, kalimat, bait, tipografi, rima, stanza dan orkestrasi; dan (2) struktur dalam (deep structure) atau intrinsik, atau batin, atau (Richards, 1976: 129-225) hakikat, atau isi, atau makna, yang terdiri atas tema, amanat/tujuan, nada, dan suasana, dan jaringan makna. Struktur luar (surface structure) atau ekstrinsik, atau fisik berkaitan dengan bentuk, sedangkan struktur dalam (deep structure) atau intrinsik, atau batin berkaitan dengan isi atau makna.
2.      Rima
Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak. Rima merupakan salah satu unsur penting dalam puisi. Melalui rima inilah, keindahan suatu puisi tercipta. Rima tidak selalu berada di akhir baris dalam satu bait. Rima juga dapat ditemukan dalam satu baris. Jenis/macam rima yaitu:
Ø  Rima akhir, yaitu persamaan bunyi pada akhir baris.
Macam rima akhir adalah
v  Rima silang [a-b-a-b],
Contoh:
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk menghempas emas
ari ke gunung memuncak sunyi
erayun-ayun di atas alas
(Amir Hamzah)
v  Rima terus [a-a-a-a],
Contoh:
Di lereng gunung lembah menghijau
Air terjun menghimbau-himbau
Meraih beta pelipur risau
Turut hasrat hendak menjangkau
(Dali S. Sinaga)
v  Rima pasang [a-a-b-b],
Contoh:
Indonesia tanah airku
tanah tumpah darahku
di sanalah aku digusur
dari tanah leluhur ……
(Husni Djamaludin)
v  Rima patah [a-a-a-b/a-b-a-a/a-a-b-a],
Contoh:
Selalu kau teringat padaku?
Seperti aku tak pernah lupa padamu?
Tak sepatah keluar dari mulutmu
Tapi setitik air mata tercurah
(Sitor Situmorang)
v  Rima peluk [a-b-b-a]
Contoh:
Di lengkung cahaya berhias bintang
Cahaya bulan di ombak menitik
Embun berdikit turun merintik
Engkau menantikan ikan datang …….
(J.E. Tatengkeng)
Ø  Rima datar yaitu persamaan bunyi pada tiap-tiap larik sajak.
Macam rima datar adalah
v  Rima asonansi [pengulangan bunyi vokal]
Contoh:
burung perkutut di ladang berumput
neba berkawan menelani kerikil
kami segan memasang pulut
memikat burung begitu mungil
(Piek  Ardijanto Soeprijadi)
v  Rima aliterasi [pengulangan bunyi konsonan]
Contoh:
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu ……
(Amir Hamzah)
1.      Diksi
Menurut wikipedia: diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Menurut KBBI, diksi berarti pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Secara umum diksi adalah pilihan kata, yang merupakan satu kesatuan dari keutuhan puisi. Jadi bukan berarti memakai kata-kata yang artinya baru diketahui setelah memeriksa KBBI, lantas puisi tersebut baru dianggap keren dan mengandung nilai sastra. Penyair-penyair besar Indonesia banyak menggunakan diksi yang sederhana dan gampang dimengerti, tapi puisi yang dihasilkannya pun sungguh indah.
2.      Ketidaklangsungan Ekspresi
Ketidaklangsungan ekspresi dalam lirik lagu karya Noe (vokalis band Letto) dapat dikategorikan atas pengganti arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning).
Lirik lagu karya Noe mempunyai aspek bunyi yang terdapat pada sarana persajakannya. Keberadaan sarana persajakan pada lirik-lirik lagu tersebut tentunya dimunculkan untuk memperkuat efek ekspresi dan emotif. Efek-efek tersebut berupa gambaran imajinasi yang terdapat dalam keindahan bunyi. Misalnya dalam lirik lagu Letto yang berjudul Sandaran Hati berikut:
Inikah yang kau mau
Benarkah ini jalanmu
Hanyalah engkau yang ku tuju
Pegang erat tanganku
Bimbing langkah kakiku


Penggalan lirik lagu diatas memiliki struktur ritmik asonansi berupa pengulangan huruf vokal ‘u’. Pengulangan huruf vokal ‘u’ pada kata ...jalanmu...yang ku tuju, menimbulkan efek tentang sebuah harapan. Secara keseluruhan efek nuansa yang ditimbulkan berupa perasaan kerinduan yang mendalam dan harapan untuk bisa segera bertemu.
Selain unsur bunyi yang secara teratur terletak di dalam baris lirik baik terletak diawal, ditengah, maupun akhir, lirik-lirik lagu karya Noe banyak terdapat kombinasi huruf-huruf berpasangan baik yang berupa huruf vokal (asonansi), maupun huruf konsonan (aliterasi) sehingga menimbulkan efek tertentu baik berupa efek indah (euphoni) maupun efek sedih (kakofoni).
Simbol dalam lirik lagu karya Noe dalam kategori pergantian arti merupakan perbandingan yang membandingkan dua hakikat yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Berikut ini adalah lirik-lirik lagu band Letto dalam album Truth, Cry and Lie:
Ø  Sampai Nanti, Sampai Mati
Kalau kau pernah takut mati, sama
Kalau kau pernah patah hati, aku juga iya
Dan seringkali sial datang dan pergi
Tanpa permisi kepadamu suasana hati
Tak peduli

Kalau kau kejar mimpimu, selalu
Kalau kau ingin berhenti, ingat tuk mulai lagi
Tetap semangat dan teguhkan hati
Di setiap hari sampai nanti, sampai mati
 kadang memang cinta yang terbagi, kadang memang 
 seringkali mimpi tak terpenuhi, seringkali
 tetap semangat dan teguhkan hati
di setiap hari sampai nanti
tetap melangkah dan keraskan hati
di setiap hari sampai, sampai mati
sampai mati
 
Gaya bahasa metafora dalam lirik lagu diatas adalah: Kalau kau kejar mimpimu, selalu Kalau kau ingin berhenti, ingat tuk mulai lagi Karena mengandung unsur tujuan yang sama mewakili dari segi maknanya.Gaya bahasa metonimia dalam lirik lagu diatas adalah: Di setiap hari sampai nanti, sampai mati  kadang memang cinta yang terbagi, kadang memang seringkali mimpi tak terpenuhi, karena mengungkapkan sesuatu yang mempunyai hubungan yang erat. Gaya bahasa simile dalam lirik lagu diatas adalah:Kalau kau pernah takut mati, sama,Kalau kau pernah patah hati, aku juga iya Karena mengandung unsur perbandingan yang bermakna eksplisit. Gaya bahasa paradoks dalam lirik lagu diatas adalah: Kalau kau ingin berhenti, ingat tuk mulai lagi, mengandung ungkapan yang bersifat kontradiksi. Gaya bahasa antitesis dalam lirik lagu diatas adalah: Dan seringkali sial datang dan pergi, karena datang dan pergi mengandung rentangan makna yang berlawanan.
Ø  Ruang Rindu
Di daun yang ikut mengalir lembut
Terbawa sungai ke ujung mata
Dan aku mulai takut terbawa cinta
Menghirup rindu yang sesakkan dada
Jalanku hampa dan kusentuh dia
Terasa hangat oh didalam hati
Kupegang erat dan kuhalangi waktu
Tak urung jua kulihatnya pergi
Tak pernah kuragu dan slalu kuingat
Kerlingan matamu dan sentuhan hangat
Ku saat itu mencari makna
Tumbuhkan rasa yg sesakkan dada
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
*
Kau datang dan pergi oh begitu saja
Semua kutrima apa adanya
Mata terpejam dan hati menggumam
Di ruang rindu kita bertemu
*
Bertemu
Gaya bahasa metafora dalam lirik lagu diatas adalah: Menghirup rindu yang sesakkan dada Jalanku hampa dan kusentuh dia. Karena mengandung unsur tujuan yang sama mewakili dari segi maknanya yaitu kerinduan. Gaya bahasa metonimia dalam lirik lagu diatas adalah: Jalanku hampa dan kusentuh dia Terasa hangat oh didalam hati Karena mengungkapkan sesuatu yang mempunyai hubungan yang erat. Gaya bahasa simile dalam lirik lagu diatas adalah:Tidak ada. Gaya bahasa paradoks dalam lirik lagu diatas adalah: Mata terpejam dan hati menggumam, mengandung ungkapan yang bersifat kontradiksi. Gaya bahasa antitesis dalam lirik lagu diatas adalah: Kau datang dan pergi oh begitu saja Semua kutrima apa adanya Karena mengandung rentangan makna yang berlawanan.
Ø  Sandaran Hati
Yakinkah ku berdiri
Di hempa tanpa tepi
Bolehkah aku
Mendengarmu

Terkubur dalam emosi
Tanpa bisa bersembunyi
Aku dan nafasku
Merindukanmu
Terpuruk ku di sini
Terangi dia yang sepi
Dan ku tahu pasti
Kau menemani
Dalam hidupku
Kesendirianku
Teringat ku teringat
Pada janjimu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati
Peduli ku peduli
Siang dan malam yang berganti
Pedihku ini tak ada arti
Jika kaulah sandaran hati
Kaulah sandaran hati
Sandaran hati
Inikah yang kau mau
Benarkah ini jalanmu
Hanyalah engkau yang ku tuju
Pegang erat tanganku
Bimbing langkah kakiku
Aku hilang arah
Tanpa hadirmu
Dalam gelapnya
Malam hariku
Gaya bahasa metafora dalam lirik lagu diatas adalah: Yakinkah ku berdiri
Di hempa tanpa tepi, Pedihku ini tak ada arti Jika kaulah sandaran hati
. Karena kata mengandung ungkapan membandingkan dua hal langsung secara singkat. Gaya bahasa metonimia dalam lirik lagu diatas adalah: Pegang erat tanganku
Bimbing langkah kakiku Aku hilang arah Tanpa hadirmu Dalam gelapnya Malam hariku
Karena mengungkapkan sesuatu lain yang mempunyai hubungan yang erat. Gaya bahasa simile dalam lirik lagu diatas adalah: Terkubur dalam emosi Tanpa bisa bersembunyi Karena mengandung unsur perbandingan yang bermakna eksplisit. Gaya bahasa paradoks dalam lirik lagu diatas adalah: Terpuruk ku di sini Terangi dia yang sepi Mengandung ungkapan yang bersifat kontradiksi.  Gaya bahasa antitesis dalam lirik lagu diatas adalah: Siang dan malam yang berganti. Karena mengandung rentangan makna yang berlawanan.
Ø  Tak Bisa Biasa
Lirik lagu:
Terasa, kuterasa ketika
Tampakkan muka
Tak bisa, tak bisa kumembaca
Ada apa sebenarnya
Karena senyuman itu tak biasa
Kalau kau mau tolong beritahu aku
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
… kau bisa, kau bisa tak percaya
Padaku di sini
Tak akan, tak akan kubiarkan
Kau menangis sendiri
Kuyakin kamu juga tahu itu
Kalau kau bisa biar hatimu yang bicara
Dimana harus kucari kan kucari
Kusudah tak mampu dan tak mampu lagi
Melihatmu terkulai tidak berdaya
Berjalan gontai dan tundukkan kepala
Harus kemana kucari senyumanmu
Dan sinar yang ada di mata
Inilah, inilah saatnya waktu yang bicara
Dan bila kau tak sabar menunggu
Hanya satu usulku jangan kau larut dalam sendu
Ku kan temanimu walau hanya duduk termangu
Gaya bahasa metafora dalam lirik lagu diatas adalah: Tidak ada.Gaya bahasa metonimia dalam lirik lagu diatas adalah: Melihatmu terkulai tidak berdaya,
Berjalan gontai dan tundukkan kepala.
Karena mengungkapkan sesuatu lain yang mempunyai hubungan yang erat. Gaya bahasa simile dalam lirik lagu diatas adalah:Hanya satu usulku jangan kau larut dalam sendu,Ku kan temanimu walau hanya duduk termangu. Karena mengandung unsur perbandingan yang bermakna eksplisit. Gaya bahasa paradoks dalam lirik lagu diatas adalah: kau bisa, kau bisa tak percaya. Mengandung ungkapan yang bersifat kontradiksi. Gaya bahasa antitesis dalam lirik lagu diatas adalah: Tidak ada
Ø  Truth, Cry, and Lie
A red rose cheeks
A drop of tear to weep
Reminds me of you.
A long side a sigh
A long side of cry
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
A soft summer rain, a smile that hides a pain
Why should you be ashamed
Cause in every life.
A little rain must fall
And you are my friend
Charmingly sentimental brain
There’s truth behind a cry
And there’s a cry behind a lie
On every words that come out strong
Just let them go and lets get along
On every grudge and every fight
I miss u all day and night
Have you had your time off today
To bring a cup of tea and smile away
Sometimes I wonder
Will ever see you
Without all your game plan
When all you have is
Nothing but a pure bliss
I will wait that day
When you can find your way
Out of this maze of love
And you can laugh
To see cries and lies
Coz u know better than me
Only the truth will set you free
There’s a truth behind a cry
And there’s a cry behind a lie
On every thought that come out wrong
Just learn from it and please stay strong
On every grudge and every fight
I miss u all day and night
It’s not easy to understand
But you must hold on you stand
I know u know, u know i know
There’s a truth behind a cry
And there’s a cry behind a lie
On every thought that come out wrong
Just learn from it and please stay strong
There’s a truth behind a cry
And there’s a cry behind a lie
There’s a hope on every fright
There’s a light on every night
Gaya bahasa metafora dalam lirik lagu diatas adalah: A red rose cheeks
A drop of tear to weep
‘Seekor kuda merah tersenyum’ ‘Sebuah linangan airmata untuk diusap’. Karena kata mengandung ungkapan membandingkan dua hal langsung secara singkat. Gaya bahasa metonimia dalam lirik lagu diatas adalah: There’s a hope on every fright,There’s a light on every night ‘Ada secerca harapan disetiap ketakutan’ ‘Ada sebuah cahaya disetiap malam ’Karena mengungkapkan sesuatu lain yang mempunyai hubungan yang erat. Gaya bahasa simile dalam lirik lagu diatas adalah:Gaya bahasa paradoks dalam lirik lagu diatas adalah:There’s a truth behind a cry And there’s a cry behind a lie ‘Ada sebuah kebenaran dibelakang tangisan’ ‘Ada sebuah tangisan dibelakang kebohongan ’Mengandung ungkapan yang bersifat kontradiksi. Gaya bahasa antitesis dalam lirik lagu diatas adalah: A long side a sigh A long side of cry ‘Sepanjang mata memandang’, ‘Sepanjang mata menangis’ Karena mengandung rentangan makna yang berlawanan.
Ø  No One Talk About Love Tonite
Its not a very nice thing to say
That i’m ”not good enough” for you anyway
For real i care, i care for u
Though u don’t have to know it today
There’s a time when love’s around
With many things i saw, i dun think it’s a good time
Let me tonite keep my mouth shut
I want to follow my moody side
*
Take me on it on the dance floor tonite
It won’t to be a prime time (allright)
But i’m gonna make a hell of booty ride
… take a look around at your side
No one talk about love tonite
… its just so irritating
To say every little thing
When its just so obvious
About my brittle feeling
I do… i do… like u
But maybe u just have to
Postpone your love
.. tonite
.. i know u always like a cup of coffee latte
Go take a sip and forget about this date today
I think right now i need my medicine
I know what to do to earn my heartburn
There’s a time when love’s around
With many things i saw, i dun think it’s good time
Let me tonite keep my mouth shut
I want to follow my moody side 
Gaya bahasa metafora dalam lirik lagu diatas adalah: But i’m gonna make a hell of booty ride… take a look around at your side ‘Tapi ku telah pergi membuat sebuah neraka sebagai perjalanan yang lain’...‘lihatlah disekeliingmu’. Karena kata mengandung ungkapan mewakili makna perumpamaan. Gaya bahasa metonimia dalam lirik lagu diatas adalah: Let me tonite keep my mouth shut, I want to follow my moody side ‘Ijinkan ak u membungkam mulutku malam ini’ ‘Ku ingin ikut termenung disisi’ Karena mengungkapkan sesuatu  yang mempunyai hubungan yang erat. Gaya bahasa simile dalam lirik lagu diatas adalah: Gaya bahasa paradoks dalam lirik lagu diatas adalah: For real i care, i care for u, Though u don’t have to know it today. Mengandung ungkapan yang bersifat kontradiksi. Gaya bahasa antitesis dalam lirik lagu diatas adalah: There’s a time when love’s around With many things i saw, i dun think it’s a good time. ‘Adakalanya waktu cinta berada disisi’ ‘Dengan banyak hal yang ku lihat’, ‘Ku tak berpikir itu waktu yang baik’. Karena mengandung rentangan makna yang berlawanan.
Ø  I’ll Find A Way
And the time want by swift
When you have love in your hand
And the sun that i call his
Hold me tight and show me how to see

… this passion i show
Yes i’m sure that you know
You cast your spell
On me darling
… you’re a shiver on my lips
You’re a tremble on my feet
You’re a rain on the share
The only thing i want to keep
When everything’s fallin down
So let the time goes day by day
With you in my mind
And in the end we will find love
That is our kind’a will find a way
To breathe this dream everyday
.. oh dear please come and dance with me
Under the moonshine
Baby it’s al right, it’s all right
It will be just fine
And i don’t have to say
That i adore you in everyday
Gaya bahasa metafora dalam lirik lagu diatas adalah: That is our kind’a will find a way To breathe this dream everyday ‘Kebaikan yang kita miliki adalah sebuah kemauan yang dicari’ ‘Untuk menghembuskan nafas dalam setiap impian ini’ Karena kata mengandung ungkapan membandingkan dua hal langsung secara singkat. Gaya bahasa metonimia dalam lirik lagu diatas adalah: Gaya bahasa simile dalam lirik lagu diatas adalah:You’re a tremble on my feet You’re a rain on the share ‘Engkau yang menjadikan kakiku bergetar’ ‘Engkau seperti air hujan yang biasa dibagi’ Karena menyatakan suatu perbandingan yang eksplisit. Gaya bahasa paradoks dalam lirik lagu diatas adalah: Gaya bahasa antitesis dalam lirik lagu diatas adalah:
A.    Penutup
Dari hasil analisis lirik lagu-lagu Letto dalam album Truth, Cry and Lie dapat disimpulkan bahwa lirik lagu letto tidak hanya didominasi oleh gaya bahasa metafora dan metonimia, simile, paradoks dan antitesis saja tetapi juga asonansi, aliterasi, repetisi, pleonasme, dan personifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Aminudddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang : IKIP Semarang Press.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Fananie, Z. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Luxemburg, J. 1991. Tentang Sastra. Jakarta: Intermassa.
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya : University Press dengan Kreasi Media Promo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar