Minggu, 02 September 2012

Dasar-Dasar Sintaksis

Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem); tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hirarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.
  1. Frase
Kridalaksana (2008: 66) menjelaskan bahwa frase adalah gabungan dua kata atau lebuh yang sifatnya tidak predikatif, gabungan itu dapat rapat, dapat renggang.
Chaer (2007:225) membagi frase menjadi empat, yaitu (1) frase eksosestrik, (2) frase endosentrik, (3) frase koordinatif, dan (4) frase apositif.
  1. Klausa
Kridalaksana, (2008: 124) menjelaskan bahwa klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi menjadi kalimat.
Chaer (2007:225) membagi klausa menjadi dua, yaitu klausa bebas dan klausa terikat
  1. Kalimat
Alwi, dll. (2003: 311), memberikan definisi kalimat, adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Selanjutnya Chaer (2007: 240), juga memberikan definisi bahwa kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Kedua definisi tersebut tidak jauh bedah karena sama-sama mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil atau susunan kata-kata yang dalam wujud lisan maupun tulisan dan berisikan pikiran yang lengkap.
Kalimat dapat ditinjau dari sudut (a) Jumlah Klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c), kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan jumlah klausa, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat Tunggal dibedakan lagi menjadi (1) kalimat berpredikat verbal, (2) kalimat berpredikat adjectival, (3) kalimat berpredikat nominal (termasuk pronominal), (4) kalimat berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa preposisional. Kalimat verba dapat dikelompokkan berdasarkan, berdasarkan kemungkinan kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya, atas (i) kalimat taktransitif, (ii) kalimat ekatransitif, dan (iii) kalimat dwitransitif. Kalimat majemuk juga dapat dibagi menjadi (1) kalimat majemuk setara, dan (2) kalimat majemuk bertingkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar