Senin, 30 April 2012

Pendidikan Seks di Sekolah, Perlukah?


Pada suatu kesempatan, saya berbincang dengan guru-guru SMA yang mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) di Bondowoso dan Jember Jawa Timur. Mereka mengaku mendapat pekerjaan tambahan. Disamping sebagai guru agama, mereka juga menjadi guru “BP” (Bimbingan dan Penyuluhan) yang menampung “curhat” murid muridnya terkait persoalan yang dihadapi mereka.
Persoalan yang dihadapi murid-murid itu, menurut para guru, terkait masalah pacaran, penggunaan miras, narkoba, hubungan seks di luar nikah, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) sampai pada masalah aborsi.
Masalah-masalah yang dialami oleh murid-murid di Bondowoso dan Jember ternyata juga dialami oleh temen-temen di sekolah lain. Persoalan yang dihadapi pun relatif tidak beda. Kepala BKKBN Pusat, Sugiri Syarif mengatakan, sebanyak 52% remaja di Kota Medan mengaku pernah berhubungan seks di luar nikah.Data tersebut berdasarkan hasil penelitian survei DKT Indonesia, PKBI, Rakyat Merdeka, Komnas PA dan analisa SKRRI 2002.Selain itu, menurut dia, sebanyak 51% terdapat di Jabotabek, 54% di Surabaya dan juga 47% terdapat di Bandung yang remajanya pernah melakukan hubungan seks pra nikah. (http://www.seksehat.info)
Dengan kondisi persoalan murid di sekolah dan para remaja pada umunya demikin besar, para guru berfikir keras bagaimana menangani persoalan itu. Apa yang perlu diberikan pada para remaja tersebut?
Guru agama memang menjadi pihak yang “tertuduh”. Dianggap tidak mampu memberikan rambu-rambu moral bagi para muridnya. Pendidikan agama yang selama ini diberikan pada para siswa ternyata tidak bisa membendung pergaulan bebas dan hasrat seksual para siswa.
Sebagian guru agama berfikir, banyaknya persoalan yang dialami para siswa atau remaja pada umumnya karena kurangnya pelajaran agama yang diterima. Solusi yang ditawarkannya pun terkait dengan pelajaran agama yaitu penambahan pelajaran agama dari dua jam seminggu menjadi empat jam. Solusi ini sepintas tampak simpatik. Tetapi memang perlu dikaji lebih jauh lagi apa itu yang dibutuhkan para siswa atau remaja secara umum? Pendidikan agama yang terjadi dikebanyakan sekolah-sekolah umum yang cenderung formalistik dan mengarah radikal seringkali menjadi persoalan lain yang harus dihadapi ketimbang menjadi solusi.
Solusi lain yang ditawarkan adalah pendidikan seks di sekolah. Tawaran ini pun mendapat respon dengan nada kekhawatiran. “Pendidikan seks di sekolah dikhawatirkan semakin memperlancar seks bebas pada siswa” demikian keluh seorang guru. Menurutnya “siswa termotivasi untuk mempraktikkan apa yang sudah diketahuinya”.
Perdebatan pendidikan seks di sekolah masih terus berlangsung. - Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menyatakan, tidak setuju dengan keinginan sejumlah pihak agar diberikan pendidikan seks di sekolah kepada murid.
“Saya mungkin sebagai orang yang kuno. Tapi saya melihat bahwa pendidikan seks di sekolah tidak perlu.” Lebih lanjut Mohammad Nuh mengatakan “Soal seks setiap masyarakat tentunya akan memiliki pengetahuan secara alamiah tanpa harus ada yang mengajarkan. Jadi saya tidak setuju dengan keinginan pendidikan seks di sekolah,” katanya. (ANTARA News, 09 Juni 2010).
Saya sendiri berfikir, pendidikan seks di sekolah tidak hanya perlu tetapi mendesak diadakan. Selain terkait dengan persoalan-persoalan yang dialami remaja saat ini, pendidikan seks di sekolah juga penting karena berbagai alasan.
Pertama, pemahaman tentang seks dan seksualitas perlu menjadi dasar pengetahuan bagi para remaja. Seks tidak hanya dipahami sebagai prilaku seksual saja tetapi menjadi pengetahuan yang menyeluruh menyangkut kesehatan reproduksi, norma-norma dan tanggungjawab sosial.
Kedua, teknologi informasi berjalan sangat cepat. Informasi terkait prornografi dan seksualitas tersaji dengan terbuka. Dibutuhkan pengetahuan yang memadai untuk bisa menyaring membludaknya informasi. Sehingga menjadi tahu mana informasi yang berguna mana yang tidak.
Ketiga, pendidikan seks yang benar pada remaja diharapkan dapat menekan kasus-kasus Kekerasan Dalam Pacaran (KDP), pernikahan dini, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi tidak aman dan kasus-kasus kesehatan reproduksi lainnya.
Keempat, pendidikan seks di sekolah juga diharapkan para remaja semakin mengenal tubuhnya dan tahu cara merawatnya.
Penggabungan pemecahan masalah dengan pendekatan agama yang mementingkan kesadaran kemanusiaan dan ketuhanan dan pendidikan seks yang memberikan informasi yang benar di sekolah diharapkan dapat mengurangi persoalan-persoalan kesehatan reproduksi remaja di sekolah.
Upaya-upaya ini tentu tidak akan berhasil maksimal tanpa dukungan dan peran orang tua serta masyarakat dalam memberikan pendidikan pada remaja dengan memberikan contoh yang baik.
Dikutip:

1 komentar:

  1. AGENS128 Adalah Situs Judi Online Taruhan Sepak Bola, Casino, Sabung Ayam, Tangkas, Togel & Poker Terpopuler di Indonesia
    Pasang Taruhan Online Melalui Agen Judi Terpercaya Indonesia Agens128, Proses Cepat, Banyak Bonus, Online 24 Jam dan Pasti Bayar!
    Sabung ayam
    sbobet online
    casino online
    tembak ikan
    daftar bisa langsung ke:
    LINE : agens1288
    WhatsApp : 085222555128

    BalasHapus