Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu-lagu Ungu :
(Kajian Stilistika)
Oleh Rudi Umar Susanto
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sastra
adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan
keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Sastra
adalah institusi sosial yang menggunakan medium bahasa (Wellek & Warren
dalam Najid, 2003:9). Karya sastra sebagai hasil kreasi pengarang (Aminuddin,
1995:49).
Genre
sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra
imajinatif dan nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra nonimajinatif terdiri
atas karya-karya yang berbentuk esei, kritik, biografi, otobiografi, dan
sejarah. Yang termasuk sastra imajinatif ialah karya prosa fiksi (cerpen,
novelet, novel atau roman), puisi (puisi epik, puisi lirik, dan puisi
dramatik), dan drama (drama komedi, drama tragedi, melodrama, dan drama
tragikomedi), (Najid, 2003:12).
Lirik
lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang
berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678).
Jadi lirik sama dengan puisi tetapi disajikan dengan nyanyian yang termasuk
dalam genre sastra imajinatif.
Setiap
lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat
sebagai pendengarnya. Lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik
dengan gaya bahasa yang menarik oleh komposer dan dibawakan dengan suara indah
penyanyi. Penelitian ini menganalisis lirik lagu-lagu Ungu karena memiliki
kemenarikan liriknya yang bervariasi.
Dalam
penelitian ini akan diteliti mengenai gaya bahasa yang terkandung pada lirik
lagu-lagu Ungu ditinjau dari kajian stilistika. Penelitian ini ditinjau dari
kajian stilistika yang berkaitan dengan gaya yang meliputi konsep-konsep tentang
pilihan leksikal seperti pengunaan bahasa daerah, bahasa asing, mengenai
ungkapan dan majas (Nurgiyantoro dalam Sarjiyanto, 2004:8).
2. Permasalahan
Permasalahan
yang mendasari penelitian ini adalah penelusuran tentang :
1) Apakah wujud gaya bahasa dalam lirik lagu-lagu Ungu?
3. Tujuan Penelitian
1) Menganalisis wujud gaya bahasa dari lirik lagu-lagu Ungu
dengan mendeskripksikan fakta berupa liriknya dan mengidentifikasi gaya bahasa
yang sesuai.
4. Manfaat Penelitian
1) Menambah wawasan tentang stilistika berkaitan dengan
analisis lirik lagu-lagu Ungu.
2) Membuat masyarakat pecinta Ungu lebih memahami gaya bahasa
dalam lirik lagu-lagu Ungu.
3) Membantu masyarakat penikmat musik lebih kritis menanggapi
lagu-lagu Ungu.
5. Batasan Istilah/Kata Kunci
Gaya
bahasa adalah pengungkapan ide, gagasan, pikiran-pikiran seorang penulis yang
meliputi hierarki kebahasaan yaitu kata, frasa, klausa, bahkan wacana untuk
menghadapi situasi tertentu (Rahayu, 2005:11).
Gaya
bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas citraan,
pola rima, matra yang digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya
sastra. Jadi majas merupakan bagian dari gaya bahasa (Sudjiman dalam Fillaili,
2007:14). Majas merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas
maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiah (Sudjiman dalam Fillaili,
2007:13). Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan
yang timbul atau hidup dalam hati pengarang (Slamet Mujana dalam Pradopo dalam
Sowikromo, 2007:7).
Lirik
adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata
sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Lagu adalah berbagai irama yang meliputi
suara instrumen dan bernyanyi dan sebagainya, nyanyian, tingkah laku, cara,
lagak (KBBI, 2003:401). Lagu adalah ragam suara yang berirama, nyanyian, ragam,
nyanyi, dan tingkah laku (KBBI, 2003:624). Lagu adalah suatu kesatuan musik
yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia
dalam Fillaili, 2007:10).
Lirik
lagu terbentuk dari bahasa yang dihasilkan dari komunikasi antara pencipta lagu
dengan masyarakat penikmat lagu sebagai wacana tulis karena disampaikan dengan
media tulis pada sampul albumnya dapat juga sebagai wacana lisan melalui kaset.
Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari dalam batinnya tentang sesuatu hal
baik yang sudah dilihat, didengar maupun dialami. Lirik lagu memiliki
kekhususan dan ciri tersendiri dibandingkan dengan sajak karena penuangan ide
lewat lirik lagu diperkuat dengan melodi dan jenis irama yang disesuaikan
dengan lirik lagu (Fauzi, 2006:3).
Ungu
adalah salah satu band Indonesia yang namanya ada di urutan atas band-band atas
dan lagu-lagunya sudah populer dikalangan anak muda khususnya.
Stilistika
berkaitan dengan gaya (style). Gaya dalam kaitan ini tentu saja mengacu pada
pemakaian atau penggunaan bahasa dalam karya sastra. Stilistika merupakan
kajian terhadap wujud performansi kebahasaan khususnya dalam karya sastra.
Analisis stilistika dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu yang pada umumnya
pada dunia kasastraan untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi
artistik dari maknanya (Wellek & Warren dalam Sarjiyanto, 2004:8).
Stilistika
kesusastraan merupakan metode analisis karya sastra. Stilistika meliputi
konsep-konsep tentang pilihan leksikal seperti pengunaan bahasa daerah, bahasa
asing, mengenai ungkapan dan majas (Nurgiyantoro dalam Sarjiyanto, 2004:8).
Stilistika mengkaji cara sastrawan memanipulasi dengan arti memanfaatkan unsur
dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek yang ditimbulkan oleh
penggunaannya itu (Sudjiman dalam Sarjiyanto, 2004:10). Jadi stilistika adalah
kajian terhadap karya sastra yang berpusat pada pemakaian bahasa.
B. KAJIAN
PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
1. Kajian Pustaka
Penelitian
sebelumnya tentang gaya bahasa yang relevan dengan penelitian ini pernah
dilakukan oleh Choirul Asyhar dalam skripsinya berjudul “Gaya Bahasa dan Fungsi
Bahasa dalam Lagu Permainan Anak di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo” 2007.
Masalah yang dibahas adalah bagaimana gaya bahasa dan fungsi bahasa dalam lagu
permainan anak di kecamatan Krian kabupaten Sidoarjo.
Penelitian
yang relevan lainnya dilakukan oleh Diana Yusuf dalam skripsinya yang berjudul
“Diksi dan Gaya Bahasa dalam Antologi Geguritan Medhitasi Alang-alang karya
Widodo Basuki (Kajian Stilistika) 2005. Masalah yang dibahas adalah bagaimana
penggunaan diksi dan gaya bahasa dalam antologi geguritan medhitasi Alang-alang
karya Widodo Basuki.
Penelitian
lainnya dilakukan oleh Vinna Reindah Sowikromo dalam skripsinya “Gaya Bahasa
dalam Puisi Lery Hermann Hesse” 2007. Pernah juga dilakukan oleh Elisa
Nugraheni dalam skripsinya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa lirik lagu
Ebiet. G. Ade” 2004. Penelitian dalam skripsi “Analisis Wacana Kumpulan Lirik
Lagu Nasyid Taqwa karya Hawari (Tinjauan Aspek Gramatikal)” 2006 oleh Achmat
Fauzi.
Penelitian
sebelumnya tentang kajian stilistika yang relevan pernah dilakukan oleh Agus
Sarjiyanto dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Stilistika Kumpulan Cerpen
Lebaran di Karet, di Karet karya Umar Kayam” 2004. Masalah yang dibahas adalah
bagaimana penggunaan pilihan leksikal yang berupa unsur bahasa daerah, bahasa
Inggris, ungkapan, dan majas dan efek atau makna yang didukung dalam kumpulan
cerpen Lebaran di Karet, di Karet.
Penelitian
yang relevan lainnya dilakukan oleh Yessi Malesi dalam skripsinya yang berjudul
“Analisis Stilistika Novel Supernova 1 : Ksatria Putri dan Bintang Jatuh karya
Dewi Lestari” 2004. Pernah juga dilakukan oleh Nanik Eka Rahmawati dalam
skripsinya berjudul “Diksi dalam Novel Larung karya Ayu Utami : Kajian
Stilistika” 2004. Dan oleh Sirtu Fillaili dalam skripsi “Lagu Permainan rakyat
Madura” 2007.
2. Kerangka Teori
Karya
sastra yang dibahas dalam penelitian ini adalah lirik lagu dengan fokus gaya
bahasa dengan menggunakan teori stilistika. Lirik adalah karya sastra (puisi)
yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI,
2003:678). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai
nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili).
Jika
dalam bahasa lisan nada tampak dalam intonasi, dalam bahasa tulis nada
merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap masalah yang
dikemukakan dan juga merupakan sikap pengarang terhadap pembaca. Nada sangat
bergantung pada gaya (Najid, 2003:27).
Gaya
bahasa yang dimaksud adalah gaya bahasa yang mencakup diksi atau pilihan
leksikal, struktur kalimat, majas citraan, pola rima, matra yang digunakan
sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Jadi majas merupakan bagian
dari gaya bahasa (Sudjiman dalam Fillaili, 2007:14).
Gaya
bahasa sebagai gejala penggunaan sistem tanda , dapat dipahami bahwa gaya
bahasa pada dasarnya memiliki sejumlah matra hubungan. Matra hubungan tersebut
dapat dikaitkan dengan dunia proses kreatif pengarang, dunia luar yang
dijadikan obyek dan bahan penciptaan, fakta yang terkait dengan aspek internal
kebahasaan itu sendiri, dan dunia penafsiran penanggapnya (Aminuddin, 1995:54).
Sesuai
dengan pengertian stilistika sebagai studi tentang cara pengarang dalam
menggunakan sistem tanda sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan, dari
kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk karya sastra itu yang dijadikan
sasaran kajian hanya pada wujud penggunaan sistem tandanya (Aminuddin, 1995:46).
Teori
stilistika berkaitan gaya yang meliputi konsep-konsep tentang pilihan leksikal
seperti pengunaan bahasa daerah, bahasa asing, mengenai ungkapan dan majas
(Nurgiyantoro dalam Sarjiyanto, 2004:8).
Hubungan
antara lirik lagu dengan teori stilistika sangat erat maksudnya stilistika
sebagai studi menggunakan sistem tanda (di dalamnya gaya bahasa merupakan
gejala penggunaan sistem tanda tersebut) berpusat pada fakta yang terkait
dengan aspek internal kebahasaan itu sendiri (pemakaian bahasa yang dilihat dalam
lirik lagu yang tertuang melalui bahasa tulis nada).
Konsep
teori yang secara spesifik digunakan dalam melakukan penelitian ini terangkum
dalam gaya bahasanya. Gaya bahasa yang digunakan dalam menganalisis lirik lagu
Ungu adalah :
1)
Personifikasi adalah gaya bahasa
kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau sesuatu yang tidak bernyawa
memiliki sifat kemanusiaan.
2)
Hiperbola adalah menyatakan sesuatu
secara melebih-lebihkan.
3)
Asonansi adalah pengulangan bunyi
vokal yang sama.
4)
Aliterasi adalah pengulangan bunyi
konsonan yang sama.
5)
Repetisi adalah kata yang digunakan
diulang beberapa kali secara berturut-turut.
6)
Pleonasme adalah acuan memakai
kata-kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu
pikiran atau gagasan.
7)
Simploke adalah pengulangan yang
sama pada awal dan akhir kalimat.
8)
Inversi adalah susunan yang dapat
dibalik atau dipermutasikan.
9)
Klimaks adalah gaya bahasa yang
urutannya semakin meningkat dari gagasan sebelumnya.
10)
Antitesis adalah gaya bahasa yang
mengandung gagasan bertentangan dengan menggunakan kata-kata atau kelompok kata
yang berlawanan.
11)
Sinekdok pars pro toto adalah gaya
bahasa yang dinyatakan oleh seluruh bagian tetapi sebenarnya mewakili satu
maksud (Asyhar, 2004:5).
C. METODE
PENELITIAN
Metode
penelitian yang digunakan untuk menganalisis lirik lagu-lagu Ungu adalah metode
deskriptif analisis. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2001:63).
Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta
yang kemudian disusul dengan analisis (Kutha ratna, 2004:53).
Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif.
Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan
apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri
(Kutha Ratna, 2007:73). Dalam pendekatan obektif harus dicari dalam karya
sastra seperti citra bahasa, stilistika, dan aspek-aspek lain yang berfungsi
untuk menimbulkan kualitas estetis (Kutha Ratna, 2007:74). Pendekatan objektif
memandang karya sastra sebagai dunia otonom yang dapat dilepaskan dari pencipta
dan lingkungan sosial-budaya zamannya, sehingga karya sastra dapat dianalisis
berdasarkan strukturnya (Sudikan, 2001:6).
Asumsi
yang disusun sebagai dasar pemilihan pendekatan adalah :
1. Karya sastra adalah gejala sistem tanda yang secara
potensial mengandung gambaran obyek, gagasan, pesan, dan nilai ideologis
2. Karya sastra adalah gejala komunikasi puitik yang secara
imajinatif dapat mengandaikan adanya penutur, tanda yang dapat
ditransformasikan ke dalam kode kebahasaan, dan penanggap
3. Dalam kesadaran batin penanggap karya sastra dapat
menggambarkan unsur-unsur yang ada dalam tingkatan dan hubungan tertentu secara
sistematis
4. Unsur-unsur dalam karya sastra secara konkret terwujud dalam
bentuk penggunaan sistem tanda sesuai dengan cara yang ditempuh pengarang dalam
menyampaikan gagasannya
5. Cara yang digunakan dalam memaparkan gagasannya dapat
ditentukan berdasarkan deskripsi ciri pemaparan sistem tandanya (Aminuddin,
1995:48).
Asumsi
itu bersifat substantif, dalam arti hanya memiliki hubungan dengan substansi
fakta yang akan digarap. Asumsi ini diperankan sebagai landasan dalam menyusun
sistematika konsep dan prosedur pemaknaan aspek gaya dalam teks sastra.
(Aminuddin, 1995:49).
Kajian
sastra yang memusatkan perhatiannya pada unsur dan hubungan antarunsur dalam
work atau dalam karya sastra secara internal adalah kajian yang bertolak dari
pendekatan obyektif sedangkan pendekatan lainnya seperti pendekatan mimetik,
pragmatik, dan ekspresif adalah kajian secara ekstrinsik. Dihubungkan dengan
terdapatnya pendekatan ekspresif, mimetik, obyektif, dan pragmatik, kajian
stilistik merupakan bentuk kajian yang menggunakan pendekatan obyektif
(Aminuddin, 1995:52). Jadi pendekatan obyektif sesuai dalam penelitian ini
karena merupakan kajian stilistik dan memusatkan pada unsur internal (dalam hal
ini adalah gaya bahasanya).
Dengan
demikian pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur
yang dikenal dengan analisis intrinsik dan mengabaikan segala unsur ekstrinsik.
Tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala yang ditemukan
berdasarkan fakta-fakta untuk memberikan penafsiran dan analisis serta
interpretasi tentang data itu. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap
unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak
dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain.
D. PEMBAHASAN
ANALISIS DATA
Hasil
penelitian mengenai lirik lagu-lagu Ungu dilakukan melalui pendekatan objektif
dengan mendeskripsikan fakta berupa lirik dan menganalisis gaya bahasanya.
1. Mendeskripsikan fakta pada lirik lagu “Melayang” :
Disini dibatas rindu mencoba
menegarkan langkahku
Mencari rasa yang hilang bersamamu
Dan ku beranikan diri berlari
mengejar bayanganmu
Yang datang menghantui disetiap
malamku
Terhempas tubuhku ingin memeluk
tubuhmu
Terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku
Kini ku terbang melayang mencoba
kepakkan sayap
Ku berharap ku akan temukan dirimu untuk ...
Ku terbang melayang menyusuri ruang cinta
Ku berharap ku akan temukan dirimu untuk ...
Analisis gaya bahasanya :
Gaya bahasa asonansi terdapat pada
baris 1—6 dengan ditandai “u” karena ada pengulangan bunyi vokal yang
sama pada akhir tiap baris. Gaya bahasa hiperbola terdapat pada baris ke-5 “terhempas
tubuhku ingin memeluk tubuhmu” yang menyatakan sesuatu secara berlebihan.
Gaya bahasa personifikasi terdapat pada baris ke-6 “terjerat mimpi-mimpi”
karena mimpi adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki
sifat kemanusiaan yaitu terjerat. Gaya bahasa simploke terdapat pada baris ke-8
dan 10 “ku berharap ... untuk” karena terjadi pengulangan kata yang sama
pada awal dan akhir baris. Gaya bahasa repetisi terdapat pada baris ke-5 “tubuh”
dan kata “ku terbang” pada baris ke-7 dan 9 karena kata ini diulang
beberapa kali yaitu 2x secara berturut-turut. Gaya bahasa pleonasme terdapat
pada ‘terbang melayang” pada baris ke-7 dan 9 karena memakai kata-kata
yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran yaitu
terbang saja tanpa melayang karena kemiripan arti.
2.
Mendeskripsikan fakta pada lirik
lagu “Berikan Aku Cinta” :
Bermandikan air surga membasuh
jiwa
Menghempaskan seluruh dahaga
Berikan aku cinta
suci yang terdalam dari hatimu
Berikan aku kasih
putih yang tulus darimu
Peluklah diriku kasih terbangkan
aku melayang bersamamu
Analisis gaya bahasanya :
Gaya
bahasa personifikasi terdapat pada baris 1 “membasuh jiwa” karena jiwa
adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat
kemanusiaan yaitu membasuh. Gaya bahasa personifikasi juga terdapat pada baris
ke-2 “menghempaskan ... dahaga” karena dahaga adalah sesuatu yang tidak
bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu menghempaskan.
Gaya bahasa aliterasi terdapat pada baris ke-3 dan 4 dengan ditandai “B”
karena ada pengulangan bunyi konsonan yang sama pada awal bait. Gaya bahasa
repetisi terdapat pada baris ke-3 dan 4 pada “berikan” karena kata ini
diulang beberapa kali yaitu 2x secara berturut-turut. Gaya bahasa asonansi
terdapat pada baris ke-3 dan 4 dengan ditandai “u” karena ada
pengulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris. Gaya bahasa pleonasme
terdapat pada baris ke-5 “terbang ... melayang” karena memakai kata-kata
yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran yaitu
terbang saja tanpa melayang karena kemiripan arti.
3. Mendeskripsikan fakta pada lirik lagu “Tercipta Untukku” :
Menatap indahnya senyuman
diwajahmu
Membuatku terdiam dan terpaku
Mengerti akan hadirnya cinta
terindah
Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan kepada dirimu
Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku
Disetiap langkah yang meyakiniku
kau tercipta untukku sepanjang hidupku
Meski waktu akan mampu memanggil
seluruh ragaku
Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu
Yang mencintaimu sepanjang hidupku
Analisis gaya bahasanya :
Gaya bahasa inversi terdapat pada
baris 1 “indahnya senyuman” karena susunannya terbalik yang dalam tata
bahasa Indonesia mengenal hukum DM (Diterangkan Menerangkan) yang seharusnya
senyuman indahnya. Gaya bahasa sinekdok pars pro toto terdapat pada baris 1 “senyuman
diwajahmu” karena semua bagian untuk 1 bagian maksudnya semua bagian wajah
mewakili 1 bagian yaitu bibir. Gaya bahasa klimaks terdapat pada baris ke-2 “terdiam
... terpaku” karena urutannya semakin meningkat dari gagasan sebelumnya.
Gaya bahasa personifikasi terdapat pada baris ke-3 “hadir ... cinta”
cinta adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat
kemanusiaan yaitu hadir. Gaya bahasa personifikasi juga terdapat pada baris
ke-6 “langkah ... meyakini” karena langkah adalah kegiatan yang
dilakukan oleh salah bagian dari organ manusia yaitu kaki yang diibaratkan
memiliki sifat kemanusiaan yaitu meyakini. Gaya bahasa personifikasi lainnya
terdapat pada baris ke-7 “waktu ... memanggil” karena waktu adalah
sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu
memanggil. Gaya bahasa antitesis terdapat pada baris ke-4 “banyak kata ...
tak” karena mengandung gagasan dengan kelompok kata yang bertentangan. Gaya
bahasa repetisi terdapat pada baris ke-5 “ aku ...aku” karena kata ini
diulang beberapa kali yaitu 2x secara berurutan. Gaya bahasa asonansi terdapat
pada baris ke-5—9 dengan ditandai “u” karena ada pengulangan bunyi vokal
yang sama pada akhir tiap baris.
4. Mendeskripsikan fakta pada lirik lagu “Kekasih Gelapku” :
Ku mencintaimu lebih dari apapun
Meskipun tiada satu orang pun yang tahu
Ku mencintaimu sedalam-dalam hatiku
Meskipun engkau hanya kekasih gelapku
Ku tahu ku takkan selalu ada untukku
Di saat engkau merindukan diriku
Ku tahu ku takkan bisa memberikanmu waktu
Yang panjang dalam hidupku
Yakinlah bahwa engkau adalah cintaku
Yang ku cari selama ini dalam
hidupku
Dan hanya padamu ku berikan sisa
cintaku
Yang panjang dalam hidupku
Analisis gaya bahasanya :
Gaya bahasa hiperbola terdapat pada
baris 1 “ku mencintaimu lebih dari apapun” dan baris ke-3 “ku mencintaimu
sedalam-dalam hatiku” karena menyatakan sesuatu secara berlebihan. Gaya
bahasa antitesis terdapat pada baris ke-2 ‘tiada satu orang” karena
mengandung gagasan dengan kelompok kata yang bertentangan. Gaya bahasa repetisi
terdapat pada baris ke-1 dan 3 “ku mencintaimu” dan baris ke-2 dan 4 “meskipun”
dan baris ke-5 dan 7 “ku tahu” karena kata ini diulang beberapa kali
yaitu 2x secara berurutan. Gaya bahasa repetisi juga terdapat pada baris ke-8
dan 12 “yang panjang dalam hidupku” dan baris ke-9 dan 11 “cintaku”
karena kata ini diulang beberapa kali yaitu 2x secara berurutan. Gaya bahasa
asonansi terdapat pada baris 5—8 dengan ditandai “u” karena ada
pengulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris. Gaya bahasa simplike
terdapat pada baris ke-8 dan 12 “yang panjang ... hidupku” karena
terjadi pengulangan kata yang sama pada awal dan akhir baris tersebut.
5. Mendeskripsikan fakta pada lirik lagu “Saat Indah Bersama” :
Terbuai nafas cinta yang kau
hembuskan
Sampai mati pun ku takkan bisa melupakanmu
Dan bila waktu akan buktikan
janji itu
Harus ku akui aku sayang kamu aku
cinta kamu
Oh hanya pada dirimu
Ku ingin kau mampu terima hatiku
terima akan cintaku
Satu rasa yang haus
menyentuh bayangmu
Analisis gaya bahasanya :
Gaya bahasa personifikasi terdapat
pada baris 1 “nafas cinta” karena cinta adalah sesuatu yang tidak
bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu nafas/bernafas.
Gaya bahasa personifikasi juga terdapat pada baris ke-3 “waktu ... buktikan
janji” karena waktu adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan
memiliki sifat kemanusiaan yaitu buktikan janji. Gaya bahasa personifikasi
lainnya terdapat pada baris ke-7 “rasa ... haus” karena rasa adalah
sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu
haus. Gaya bahasa hiperbola terdapat pada baris ke-2 “sampai mati pun ku
takkan bisa melupakanmu” karena manyatakan sesuatu secara berlebihan. Gaya
bahasa repetisi terdapat pada baris ke-4 “aku ... kamu” dan baris ke-6 “terima”
karena kata ini diulang beberapa kali yaitu 2x secara berurutan. gaya bahasa
pleonasme terdapat pada baris ke-4 “aku sayang kamu aku cinta kamu” dan
baris ke-6 “terima hatiku terima ... cintaku” karena memakai kata-kata
yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran yang
mirip artinya yaitu aku sayang kamu mirip dengan aku cinta kamu dan terima
hatiku mirip dengan terima cintaku. Gaya bahasa asonansi terdapat pada baris
ke-4—6 dengan ditandai “u” karena ada pengulangan bunyi vokal yang sama
pada akhir tiap baris.
E. SIMPULAN
Dari hasil penelitian lirik
lagu-lagu Ungu dapat disimpulkan bahwa lirik lagu Ungu tidak hanya didominasi
oleh gaya bahasa personifikasi dan hiperbola tetapi juga asonansi, aliterasi,
repetisi, pleonasme, simploke, inversi, klimaks, antitesis, dan sinekdok pars
pro toto.
F. DAFTAR
PUSTAKA
Aminudddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa
dalam Karya Sastra. Semarang : IKIP Semarang Press.
Asyhar, Choirul. 2007. Skripsi “Gaya Bahasa dan Fungsi
Bahasa dalam Lagu Permainan Anak di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo”.
Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Fauzi, Achmat. 2006. Skripsi “Analisis Wacana Kumpulan Lirik
Lagu Nasyid Taqwa karya Hawari (Tinjauan Aspek Gramatikal)”. Surabaya :
Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.
Fillaili, Sirtu. 2007. Skripsi “Lagu Permainan Rakyat
Madura”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.
Kutha Ratna, Prof. Dr. Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan
Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Malesi, Yessi. 2004. Skripsi “Analisis Stilistika Novel
Supernova 1 : Ksatria Putri dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari”. Surabaya
: Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi.
Surabaya : University Press dengan Kreasi Media Promo.
Nawawi, Prof. DR. H. Hadari. 2001. Metode Penelitian
Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Nugraheni, Elisa. 2004. Skripsi “Diksi dan Gaya Bahasa
lirik lagu Ebiet. G. Ade”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan
Seni.
Rahayu. 2005. Skripsi “Register Reporter Sepak Bola Liga
Bank Mandiri Tabloid Soccer Edisi Agustus-September”. Surabaya :
Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.
Rahmawati, Nanik Eka. 2004. Skripsi “Diksi dalam Novel
Larung karya Ayu Utami : Kajian Stilistika”. Surabaya : Perpustakaan
Fakultas Bahasa dan Seni.
Sarjiyanto, Agus. 2004. Skripsi “Analisis Stilistika
Kumpulan Cerpen Lebaran di Karet, di Karet karya Umar Kayam”. Surabaya :
Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.
Sowikromo, Vinna Reindah. 2007. Skripsi “Gaya Bahasa
dalam Puisi Lery Hermann Hesse”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa
dan Seni.
Sudikan, Dr. Setya yuwana. 2001. Metode Penelitian Sastra
Lisan. Surabaya : Citra Wacana.
Yusuf, Diana. 2005. Skripsi “Diksi dan Gaya Bahasa dalam
Antologi Geguritan Medhitasi Alang-alang karya Widodo Basuki (Kajian
Stilistika)”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar