Pada suatu kesempatan, saya berbincang dengan guru-guru SMA
yang mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) di Bondowoso dan Jember Jawa Timur.
Mereka mengaku mendapat pekerjaan tambahan. Disamping sebagai guru agama,
mereka juga menjadi guru “BP” (Bimbingan dan Penyuluhan) yang menampung
“curhat” murid muridnya terkait persoalan yang dihadapi mereka.
Persoalan yang dihadapi murid-murid itu, menurut para guru,
terkait masalah pacaran, penggunaan miras, narkoba, hubungan seks di luar
nikah, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) sampai pada masalah aborsi.
Masalah-masalah yang dialami oleh murid-murid di Bondowoso
dan Jember ternyata juga dialami oleh temen-temen di sekolah lain. Persoalan
yang dihadapi pun relatif tidak beda. Kepala BKKBN Pusat, Sugiri Syarif
mengatakan, sebanyak 52% remaja di Kota Medan mengaku pernah berhubungan seks
di luar nikah.Data tersebut berdasarkan hasil penelitian survei DKT Indonesia,
PKBI, Rakyat Merdeka, Komnas PA dan analisa SKRRI 2002.Selain itu, menurut dia,
sebanyak 51% terdapat di Jabotabek, 54% di Surabaya dan juga 47% terdapat di
Bandung yang remajanya pernah melakukan hubungan seks pra nikah. (http://www.seksehat.info)
Dengan kondisi persoalan murid di sekolah dan para remaja
pada umunya demikin besar, para guru berfikir keras bagaimana menangani
persoalan itu. Apa yang perlu diberikan pada para remaja tersebut?
Guru agama memang menjadi pihak yang “tertuduh”. Dianggap
tidak mampu memberikan rambu-rambu moral bagi para muridnya. Pendidikan agama
yang selama ini diberikan pada para siswa ternyata tidak bisa membendung
pergaulan bebas dan hasrat seksual para siswa.
Sebagian guru agama berfikir, banyaknya persoalan yang
dialami para siswa atau remaja pada umumnya karena kurangnya pelajaran agama
yang diterima. Solusi yang ditawarkannya pun terkait dengan pelajaran agama
yaitu penambahan pelajaran agama dari dua jam seminggu menjadi empat jam.
Solusi ini sepintas tampak simpatik. Tetapi memang perlu dikaji lebih jauh lagi
apa itu yang dibutuhkan para siswa atau remaja secara umum? Pendidikan agama
yang terjadi dikebanyakan sekolah-sekolah umum yang cenderung formalistik dan
mengarah radikal seringkali menjadi persoalan lain yang harus dihadapi
ketimbang menjadi solusi.
Solusi lain yang ditawarkan adalah pendidikan seks di
sekolah. Tawaran ini pun mendapat respon dengan nada kekhawatiran. “Pendidikan
seks di sekolah dikhawatirkan semakin memperlancar seks bebas pada siswa”
demikian keluh seorang guru. Menurutnya “siswa termotivasi untuk mempraktikkan
apa yang sudah diketahuinya”.
Perdebatan pendidikan seks di sekolah masih terus
berlangsung. - Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menyatakan, tidak
setuju dengan keinginan sejumlah pihak agar diberikan pendidikan seks di
sekolah kepada murid.
“Saya mungkin sebagai orang yang kuno. Tapi saya melihat
bahwa pendidikan seks di sekolah tidak perlu.” Lebih lanjut Mohammad Nuh
mengatakan “Soal seks setiap masyarakat tentunya akan memiliki pengetahuan
secara alamiah tanpa harus ada yang mengajarkan. Jadi saya tidak setuju dengan
keinginan pendidikan seks di sekolah,” katanya. (ANTARA News, 09 Juni 2010).
Saya sendiri berfikir, pendidikan seks di sekolah tidak
hanya perlu tetapi mendesak diadakan. Selain terkait dengan persoalan-persoalan
yang dialami remaja saat ini, pendidikan seks di sekolah juga penting karena
berbagai alasan.
Pertama, pemahaman
tentang seks dan seksualitas perlu menjadi dasar pengetahuan bagi para remaja.
Seks tidak hanya dipahami sebagai prilaku seksual saja tetapi menjadi
pengetahuan yang menyeluruh menyangkut kesehatan reproduksi, norma-norma dan
tanggungjawab sosial.
Kedua, teknologi
informasi berjalan sangat cepat. Informasi terkait prornografi dan seksualitas
tersaji dengan terbuka. Dibutuhkan pengetahuan yang memadai untuk bisa
menyaring membludaknya informasi. Sehingga menjadi tahu mana informasi yang
berguna mana yang tidak.
Ketiga, pendidikan
seks yang benar pada remaja diharapkan dapat menekan kasus-kasus Kekerasan
Dalam Pacaran (KDP), pernikahan dini, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi
tidak aman dan kasus-kasus kesehatan reproduksi lainnya.
Keempat, pendidikan
seks di sekolah juga diharapkan para remaja semakin mengenal tubuhnya dan tahu
cara merawatnya.
Penggabungan
pemecahan masalah dengan pendekatan agama yang mementingkan kesadaran
kemanusiaan dan ketuhanan dan pendidikan seks yang memberikan informasi yang
benar di sekolah diharapkan dapat mengurangi persoalan-persoalan kesehatan
reproduksi remaja di sekolah.
Upaya-upaya ini
tentu tidak akan berhasil maksimal tanpa dukungan dan peran orang tua serta
masyarakat dalam memberikan pendidikan pada remaja dengan memberikan contoh
yang baik.
Dikutip:
AGENS128 Adalah Situs Judi Online Taruhan Sepak Bola, Casino, Sabung Ayam, Tangkas, Togel & Poker Terpopuler di Indonesia
BalasHapusPasang Taruhan Online Melalui Agen Judi Terpercaya Indonesia Agens128, Proses Cepat, Banyak Bonus, Online 24 Jam dan Pasti Bayar!
Sabung ayam
sbobet online
casino online
tembak ikan
daftar bisa langsung ke:
LINE : agens1288
WhatsApp : 085222555128