Sabtu, 06 April 2013

Hubungan Kritik sastra dengan kompetensi keterampilan berbahasa, materi kurikulum dan pembelajaran (penerapan kritik sastra di sekolah)


Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Bab Satu
TINJAUAN UMUM
I. Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa mencakup empat segi yaitu:
• keterampilan menyimak (listening skills)
• keterampilan berbicara (speaking skills)
• keterampilan membaca (reading skills)
• keterampilan menulis (writing skills)
Keempat keterampilan ini merupakan satu kesatuan atau catur tunggal. Semakin terampil seseorang berbahasa maka semakin jelas pula jalan pikirannya.
• Hubungan antara berbicara dengan menyimak
Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Anak akan belajar berbicara dari apa yang ia dengar atau yang ia simak. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
• Hubungan antara menyimak dengan berbicara.
Keterampilan menyimak juga menjadi dasar seseorang belajar membaca secara efektif. Peningkatan keterampilan menyimak juga akan meningkatkan keterampilan membaca. Untuk memperkaya kosa kata, meningkatkan pemahaman umum, dan memiliki ide-ide, kita perlu mengasahnya dengan membaca kemudian mendiskusikannya baik sebelum, selama, ataupu sesudah membaca.
• Hubungan berbicara dengan membaca.
Kemampuan umum bahasa lisan akan mempermudah pemahaman dalam membaca. Kemampuan umum disini misalnya pengucapan yang jelas (artikulasi), penggunaan kalimat yang tepat, perbendaharaan kosa katanya ba-nyak, dan mampu menghubungkan suatu peristiwa dalam urutan yang wajar.
• Hubungan antara ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
Ekspresi lisan dan tulis memiliki persamaan. Sebelum dapat menulis anak memiliki perbendaharaan kata, kosa kata, pola-pola kalimat dari ia belajar berbicara. Komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi, pikiran, struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide. Seorang penulis akan memperbaiki tulisannya sebelum menyelesaikan tulisannya.
II. Membaca
A. Pengertian batasan membaca
Membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa tulis.
Dari segi linguistik, membaca merupakan suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara menulis yang justru melibatkan penyandian. Sebuah aspek pembacaan sandi yaitu menghu-bungkan kata-kata dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Jadi, membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya.
B. Tujuan membaca
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi mencakup isi dan memahami makna bacaan.
• Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh, disebut juga membaca untuk memperoleh perincian atau fakta (reading for details or fact).
• Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
• Membaca untuk mengetahui urutan atau susuanan or ganisasi cerita (reading for sequance or organization).
• Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.
• Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (reading to classifity).
• Membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
• Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
C. Membaca sebagai suatu keterampilan
Dalam keterampilan membaca mencakup tiga komponen , yaitu :
• Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
Ketrampilan ini merupakan kemampuan untuk mengnal bentuk yang berupa gambar, lengkungan, garis, dan sebagainya.
• Korelasi aksara (tanda baca) dengan unsur linguistik yang formal.
• Hubungan lebih lanjut dari keduanya dengan makna.
D. Aspek-aspek membaca
Aspek-aspek yang penting dalam membaca adalah :
I. Ketrerampilan yang bersifat mekanis (mechanical kills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order ). Aspek ini mencakup :
• pengenalan bentuk huruf.
• pengenalan unsure-unsur linguistik (fonem/ grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).
• pengenalan hubungan/koresopondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).
• pecepatan membaca bertaraf lambat.
II. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprhension kills) yang dianggap pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup :
• memahami pengertian sederhana (leksikal, dramatikal, retorikal).
• memahami signifikansi atau makna (tujuan pengarang relevansi, reaksi pembaca).
• evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
• kecepatan membaca yanmg fleksibel, yang mudah disesuakan dengan keadaan.
Aktifitas yang sesuai dengan keterampilan mekanis adalah membaca nyaring dan membaca bersuara. Untuk keterampilan pemahaman maka yang tepat adalah dengan membaca dalam hati.
Membaca dibagi menjadi dua, yaitu: membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam hati terbagi menjadi :
(1) Membaca ekstensif dibagi menjadi: membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal.
(2) Membaca intensif dibagi menjadi:
a) Membaca telaah isi yang mencakup membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide-ide
b) Membaca telaah bahasa yang mencakup membaca bahasa dan membaca sastra.
E. Mengembangkan keterampilan membaca
Setiap guru bahasa harus dapat membantu serta membimbing pelajar untuk mengembangkan serta meningkatkan ketrampilan membaca mereka. Usaha untuk meningkatkan ketrampilan membaca antara lain:
1. Guru dapat menolong dengan memperkaya kosa kata.
2. Guru membantu memahami makna struktur kata, kalimat, dan sebagainya.
3. Guru memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, dan lain-lain.
4. Guru membantu meningkatkan kecepatan membaca dan memastikan pemahamannya.
Bab Dua
MEMBACA NYARING
2.1 Pengertian
Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca, proses membaca terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Membaca (bersuara, lisan) nyaring (reading out loud/aloud, oral reding)
Membaca nyaring adalah suatu kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid atau, pembaac bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang. Membaca nyaring merupakan sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah ketrampilan serta minat.
2. Membaca dalam hati (silent reading).
Pada membaca dalam hati kita hanya menggunakan ingatan visual. Dalam hal ini yang aktif adalah mata dan ingatan.
2.2 Keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring
Di bawah ini dikemukakan sejumlah ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring pada setiap kelas sekolah dasar.
Kelas I:
• Mempergunakan ucapan dan frase yang tepat.
• Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna terpahami.
• Memiliki perawakan, sikap, serta merawat buku dengan baik.
• Menguasai tanda baca sederhana, seperti tanda titik ( . ), tanda koma ( , ), tanda tanya ( ?), dan tanda seru (!).
Kelas II:
• Membaca dengan terang dan jelas.
• Membaca dengan penuh perasaan.
• Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata.
Kelas III:
• Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi.
• Mengerti serta memahami bahan bacaan.
Kelas IV:
• Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
• Kecepatan mata dan suara: tiga patah kata dalam satu detik.
Kelas V:
• Membaca dengan pemahaman dan perasaan.
• Aneka kecepatan membaca nyaring tergantung pada bahan bacaan.
• Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan.
Kelas VI:
• Membaca nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi.
• Membaca dengan penuh percaya diri dan mempergunakan frase atau susunan kata yang tepat.
2.3 Peningkatan keterampilan membaca nyaring
Agar dapat membaca nyaring dengan baik, maka sang pembaca haruslah menguasai ketramppilan persepsi sehingga dia memaami kata dengancepat dan tepat. Yang dilakukan pembaca agar pendengar memahami informasi yang disampaikan:
• Menyoroti ide baru dengan mempergunakan penekanan yang jelas.
• Menjelaskan perubahan dari satu id eke ide lain.
• Menerangkan kesatuan pikiran dalam satu kalimat dengan penyusunan kata yang tepat dan baik.
• Menghubungkan ide yang bertautan dengan jalan menjaga suara agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai.
• Menjelaskan klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang baik dan tepat.
Ketrampilan membaca nyaring juga akan berkembang secara wajar, secara lamiah dalam membaca drama. Dalam membaca drama dituntut untuk mengucapkan dialog dengan jelas dan tepat agar pendengar mengerti dengan apa yang dimaksud.
`
Bab Tiga
Membaca Dalam Hati
Tujuan utama membaca dalam hati adalah memperoleh informasi. Pada saat membaca dalam hati yang kita pergunakan adalah ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Secara garis besar membaca dalam hati terbagi atas :
A. Membaca ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas, obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
• Membaca survei
Yang perlu disurvei saat memilih bahan bacaan antara lain adalah :
- Memeriksa, meneliti indek-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku.
- Meliha-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan.
- Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan. Kecepatan dan ketepatan dalam mensurvei bahaqn bacaan sangatlah penting, hal ini juga turut menmentukan berhasil atau tidaknya seorang dalam studinya.
• Membaca sekilas
Membaca sekilas atau skimming adalah jenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan. Tujuan utama membaca sekilas adalah :
1. Untuk memperoleh kesan umum megenai suatu buku atau bahan bacaan (meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar isi dan sebagainya).
2. Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan (dengan menen-tukan fakta yang hendak dicari terlebih dahulu, melihat kata yang detail, dan secara cepat melirik tiap halaman untuk mencari kata yang diingini).
3. Menemukan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan (dengan membaca sekilas kartu katalog untuk mendapatkan buku)
Jika kita membiasakan diri membaca sekilas dengan tepat dan cerdas maka kita akan dapat memperoleh informasi dalam waktu yang singkat.
• Membaca dangkal (superficial reading)
Tujuan membaca dangkal adalah memperoleh pemahaman yang dangkal, yang bersifat luaran, tidak mendalam dari suatu bahan bacaan, membaca untuk kesenangan, dan membaca bacaan yang sifatnya ringan.
B. Membaca intensif
Membaca intensif adalah studi seksama, yang dilaksanakan secara bersama-sama di kelas. Teks yang diperlukan panjangnya tidak lebih dari 500 kata yang dapat dijangkau dalam waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 kata dalam satu detik.
Tujuan utama membaca ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang baik mengenai suatu argumen-argumen.
C. Ketrampilan yang dituntut pada membaca dalam hati
Sejumlah ketrampilan yang dituntut pada setiap kelas sekolah dasar khusus pada membaca dalam hati, agar tujuan dapat dicapai.
Kelas I:
• Membaca tanpa bersuara, tanpa gerakan bibir, tampa berbisik.
• Membaca tanpa gerakan kepala.
Kelas II:
• Membaca tanpa gerak bibir atau kepala.
• Membaca lebih cepat secara dalam hati tinimbang secara bersuara.
Kelas III:
• Membaca dalam hati tanpa menunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir.
• Memahami bahan bacaan secara diam atau dalam hati.
• Lebih cepat membaca dalam hati dari pada membaca bersuara.
Kelas IV:
• Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
• Kecepatan mata dalam membaca 3 kata per detik.
Kelas V:
• Membaca dalam hati jauh lebih cepat tinimbang bersuara.
• Membaca dengan pemahaman yang baik.
• Membaca tanpa gerakan bibir atau kepala atau menunjuk dengan jari.
• Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati; senang membaca dalam hati.
Bab Empat
MEMBACA TELAAH ISI
A. Membaca teliti
Keterampilan yang dibutuhkan dalam membaca teliti adalah :
• Survei yang cepat
• Membaca secara seksama dan dilakukan berulang-ulang untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting.
• Menemukan hubungan setiap paragraph dan keseluruhan dam sebuah bahan bacaan.
1. Membaca paragraf dengan pengertian
Paragraf yang tertulis rapi biasanya mengandung pikiran pokok.Untuk mengembangkan pikiran pokok dapat dilakukan dengan cara :
- Mengemukakan alasan-alasan
- Menguratakan perincian-perincian
- Mengetengahkan satu atau lebih contoh
- Memperbandingkan dua hal
2. Membaca pilihan yang lebih panjang
3. Membuat catatan
4. Dalam kelas
B. Membaca pemahaman
Jenis membaca yang bertujuan untuk memahami:
a. Standar-standar atau norma-norma kesusastraan (literary standards).
b. Resensi kritis (critical review).
c. Drama tulis (printed drama).
d. Pola-pola fiksi (patterns of fiction).
C. Membaca kritis
Adalah membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Dalam membaca kritis, pembaca dituntut untuk:
a. Memahami maksud penulis.
b. Memahami organisasi dasar tulisan.
c. Dapat menilai penyajian penulis / pengarang.
d. Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari.
e. Meningkatkan minat baca, kemampuan baca dan berfikir kritis.
f. Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan.
g. Membaca majalah atau publikasi-publikasi periodic yang serius.
D. Membaca ide
Membaca ide adalah jenis membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Syarat bagi para pembaca yaitu:
 Mengetahui mengapa dia membaca.
 Memahami apa yang dibacanya.
 Menguasai kecepatan membaca.
 Mengenal media cetak.
Bab Lima
Membaca Telaah Bahasa
Pada membaca telaah bahasa meliputi :
1. Membaca bahasa asing (language reading).
2. Membaca sastra (literary reading).
A. Membaca bahasa
Tujuan utamanya adalah :
 Memperbesar daya kata (increasing word power).
Dalam kegiatan membaca bahasa demi memperbesar daya kata, maka ada beberapa hal yang harus kita ketahui, antara lain:
1. ragam-ragam bahasa
Secara garis besar dibedakan menjadi 5 ragam bahsa:
a. bahasa formal atau resmi
adalah bahasa yang dipakai pada saat resmi oleh orang yang dianggap mempergunakan bahasa yang terbaik. Misalnya pidato kenegaraan, kuliah, tajuk rencana, dan sebagainya.
b. bahasa informal atau bahasa tidak resmi
adalah bahasa yang dipakai pada situasi yang tidak resmi. Lebih banyak dipakai secara lisan daripada tulisan, misalnya bahsa dalam lingkungan keluarga, dalam buku harian, dan sebagaiya.
c. bahasa percakapan
adalah bahasa yang umum dipakai dalam percakapan, baha yang telah biasa kita pakai semenjak kecil.
d. bahasa kasar
bahasa kasar disebut juga bahasa yang tidak baku, bahsa orag yang tidak berpendidikan, tetapi tidak dipergunakan oleh orang-orang yang telah mempelajari bentuk-bentuk baku.
e. bahasa slang
adalah bahaasa yang ditujukan pada kelompok khusus serta terbatas. Bahasa slang bersifat kesementaraan; hari ini bermakna sutu hal, besok lusa tidak lagi.
2. mempelajari makna kata dari konteks
Konteks dapat mencerminkan makna suatu kata.
a. konteks dapat membatasi kata
Cara yang palimg kelas dan nyata untuk mencerminkan makna adalah dengan definisi atau batsan yang ikhlas dan langsung.
b. konteks dapat memasukkan suatu perbandingan atau pertentangan, suatu komparasi atau kontras, yang dapat menolong kita memahami makna kata.
c. Suasana (mood atau sence) bagian sebagi suatu keseluruhan dapat mencerminkan makna kata
3. bagian-bagaian kata
Sebagai tambahn terhadap penggunaan petunjuk-petunjuk konteks untuk menentukan makna suatu kata baru, kadang-kadang kita dapat pula memperhitungkan maknanya dari pengetahuan mengenai bagian kata, yaitu prefiks, root (akar atau dasar kata), suffiks, dan infiks.
4. penggunaan kamus
Kamus akan mengatakan secara tegas apakah sesuatu kata benar atau tidak. Dari kamus kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata.
5. Aneka makna
Kita harus paham akan homonim yaitu kata-kata yang sama bentuk bunyinya, tetapi berlainan maknanya. Penggunaan kata yang tepat, menuntut kecermatan yang bijaksana dari embaca.
6. idiom
Idiom merupakana ekspresi yang tidak dapt dimengerti dari makna terpisah, makna sendiri-sendiri setiap kata dalam kelompok itu. Kata harus diperlakukan sebagai suatu keseluruhan.
7. sinonim dan antonim
Untuk memperoleh sukses yang lebih baik dalam pembangunan dan peningkatan daya kata, maka kita pun erlu mengetahui bagaimana cara mempergunakan sinonim dan antonim dalam berbicara dan menulis, serta memahami dalam kegiatan membaca.
8. konotasi dan denotasi
Denotasi mengacu pada batsan harfiah sesuatu kata dan konotasi mengacu pada segala sesuatu yang disarankan oleh sebuah kata: selra emosionalnya, nada yang menyenangkan atau tidak, dan sebagainya. Peguasaan serta pemahamna konotasi kata-kata sangat diperlukn bagi pembaca agar memperoleh sukses yang lebih baik dalam usaha peningkatan daya kata.
9. derivasi
Derivasi adala asal-usul kata. Hal ini sangat baik untuk meniingkatkan daya kata.
 Mengembangkan kosa kata kritik
Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik ini, perlu kita ketahui eberapa hal, antara lain:
1. Bahsa kritik sastra
2. Memetik makna dari konteks
Sebelum memperbincangkan petunjuk konteks secara rinci, baiklah kita singgung dulu tiga jenis makna, yaitu:
a. makna denotatif
adalah sesuatu atau segala sesuatu yang dapat diterapi oleh kata tersebut” atau segala sesuatu dalam duia pengalaman yang dapat dilukiskan atau diwakili pleh suatu lambang.
b. makna konotatif
adalah segala sesuatu yang disarankan, yang dianjurkan oleh kata itu; segala sesuatu yang teringat atau yang diingatkan kalau kita memikirkan sesuatu yang dinamai oleh benda itu.
c. makna designatif
adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu kalau kata itu diterapkan padanya.
3. petunjuk-petunjuk konteks
Secara garis besar, terdapat lima cara konteks mencerminkan makna, yaitu:
a. definisi atu batasan
Metode yang paling jelas dan langsung mencerminkan makna adalah dengan batasan atau definisi pada saat itu juga.
b. Contoh
c. Uraian baru
d. Mempergunkan pengubah
e. Mempergunakan kontras