Oleh
RUDI
UMAR SUSANTO
NIM
102074026
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
2012
2. Tersedianya Sarana dan Prasarana Penunjang Kelautan
4. Kemudahan Modal Usaha di Bidang Kelautan.
5. Peningkatan Fungsi Departemen Kelautan dan Perikanan.
A.
Latar
Belakang
Kabupaten
Gresik berada antara 7 derajat dan 8 derajat Lintang Selatan dan antara
112 derajat dan 113 derajat Bujur Timur. Sebagian besar wilayahnya merupakan
dataran rendah dengan ketinggian antara 0‑12 meter di atas permukaan laut
kecuali sebagian kecil di bagian utara (Kecamatan Panceng) mempunyai ketinggian
sampai 25 meter di atas permukaan laut. Bagian Utara Kabupaten Gresik dibatasi oleh Laut Jawa, bagian Timur
dibatasi oleh Selat Madura dan Kota Surabaya,
bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Sidoarjo dan Kabupaten
Mojokerto, sementara bagian Barat
berbatasan dengan Kabupaten Lamongan.
Kabupaten
Gresik mempunyai kawasan kepulauan yaitu Pulau Bawean dan beberapa pulau
kecil di sekitarnya. Luas wilayah Gresik seluruhnya 1.192,25 Km2 terdiri dari
996,14 Km2 luas daratan ditambah sekitar 196,11 Km2 luas Pulau Bawean. Sedangkan luas wilayah
perairan adalah 5.773,80 Km2 yang sangat potensial dari subsektor perikanan
laut.
Sebagian besar
tanah di wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari jenis Aluvial, Grumusol,
Mediteran Merah dan Litosol. Curah hujan di Kabupaten Gresik adalah relatif rendah, yaitu rata‑rata
2.000 mm per tahun sehingga hampir setiap tahun mengalami musim kering yang
panjang.
Berdasarkan ciri‑ciri
fisik tanahnya, Kabupaten Gresik dapat
dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:
a. Kabupaten
Gresik bagian Utara (meliputi wilayah Panceng, Ujung Pangkah, Sidayu,
Bungah, Dukun, Manyar) adalah bagian dari daerah pegunungan Kapur Utara yang
memiliki tanah relatif kurang subur
(wilayah Kecamatan Panceng). Sebagian dari daerah ini adalah daerah hilir
aliran Bengawan Solo yang bermuara di pantai Utara Kabupaten Gresik/Kecamatan Ujungpangkah Daerah hilir
Bengawan solo tersebut sangat potensial karena mampu menciptakan lahan yang
cocok untuk permukiman maupun usaha pertambakan. Potensi bahan‑bahan galian di
wilayah ini cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian
golongan C. Kondisi tanah tidak termasuk Pulau Bawean
b. Kabupaten
Gresik bagian Tengah (meliputi wilayah; Duduk Sampeyan, Balong Panggang,
Benjeng, Cerme, Gresik, Kebomas ) merupakan
kawasan dengan tanah relatif subur. Di wilayah ini terdapat sungai‑sungai kecil
antara lain Kali Lamong, Kali Corong, Kali Manyar sehingga di bagian tengah wilayah ini merupakan daerah
yang cocok untuk pertanian dan pertambakan.
c. Kabupaten
Gresik bagian Selatan ( meliputi Menganti, Kedamean, Driyorejo dan
Wringin Anom) adalah merupakan sebagian dataran rendah yang cukup subur dan
sebagian merupakan daerah bukit‑bukit (Gunung Kendeng). Potensi bahan‑bahan
galian di wilayah ini diduga cukup potensial terutama dengan adanya beberapa
jenis bahan galian golongan C, bahan galian yang bukan strategis dan juga bukan
vital seperti batu kapur, posphat, dolomit, batu bintang, tanah liat, pasir dan
bahan galian lainnya. Sebagian dari bahan golongan C ini telah diusahakan
dengan baik, dan sebagian lainnya masih dalam taraf eksplorasi.
d. Kabupaten Gresik Wilayah kepulauan Bawean dan pulau kecil sekitarnya yang
meliputi wilayah Kecamatan Sangkapura dan Tambak berpusat di Sangkapura.
Kabupaten Gresik adalah salah satu
dari wilayah penyanggah kota Surabaya.
Dimana Kota Surabaya adalah ibu kota
sekaligus pusat ekonomi Jawa Timur dan kawasan Indonesia Timur. Disamping
Kabupaten Gresik daerah lain yang juga dapat dikatakan sebagai kawasan
penyanggah Kota Surabaya adalah Kabupaten Sidoarjo, Bangkalan, Mojokerto dan
Lamongan. Keenam wilayah ini dikenal dengan istilah kawasan Gerbangkertosusila.
Fungsi wilayah penyanggah bagi Kabupaten Gresik dapat bernilai positif secara
ekonomis, jika Kabupaten Gresik dapat mengantisipasi dengan baik kejenuhan
perkembangan kegiatan industri Kota
Surabaya. Yaitu dengan menyediakan lahan
alternatif pembangunan kawasan industri yang representatif, kondusif, dan
strategis.
Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik
merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang 140 Km meliputi Kecamatan
Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan Bungah dan Kecamatan Ujungpangkah,
Sidayu dan Panceng, serta Kecamatan Tambak dan Kecamatan Sangkapura yang berada
di Pulau Bawean. Sebagai wilayah pesisir yang juga telah difasilitasi dengan
pelabuhan besar, maka Kabupaten Gresik
memiliki akses perdagangan regional, nasional bahkan internasional. Keunggulan
geografis ini menjadikan Gresik sebagai alternatif terbaik untuk investasi atau
penanaman modal.
Dengan fasilitas
pelabuhan yang ada, Gresik memiliki potensi akses regional maupun nasional
sebagai pintu masuk baru untuk kegiatan industri dan perdagangan untuk kawasan
Indonesia Timur setelah Surabaya mengalami kejenuhan. Disamping itu Kabupaten
Gresik merupakan kabupaten yang berpengalaman didalam mengelola kegiatan industri besar dan telah memiliki
reputasi nasional hingga internasional
selama puluhan tahun, seperti
industri Semen Gresik dan Petrokimia.
Demikian pula dengan dukungan sarana dan prasarana
transportasi darat, seperti; akses jalan tol menuju kota Surabaya, jarak yang
relatif dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, jalan beraspal dan
angkutan umum keseluruh pelosok wilayah kecamatan, dan sarana transportasi laut yang memadai berupa pelabuhan atau dermaga, Gresik
siap menunjang aktivitas berdagangan dalam taraf internasional.
B.
Masalah
Kelautan
1. Kondisi Terumbu Karang di Perairan
Gresik
Pada salah satu kasus kerusakan
terumbu karang di Indonesia, terjadi di perairan Gresik, Jawa Timur. Kerusakan
terumbu karang di perairan Gresik mayoritas diakibatkan karena masih maraknya
nelayan menggunakan trawl, pukat harimau, bahan peledak dan ditambah pencemaran
air laut. Data dari Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan (DKPP) Kabupaten
Gresik bahwa dari 85,5 hektar terumbu karang yang ada di perairan Gresik hampir
separuhnya sudah rusak parah.
Pada kondisi saat ini terumbu karang
yang masih bagus hanya berada di perairan Bawean. Kondisi terumbu karang di
Bawean yang terbilang masih bagus mencapai angka 80%, karena di daerah tersebut
tidak ada pencemaran. Kerusakan terumbu karang di wilayah Gresik terjadi hampir
di semua wilayah mulai dari Kecamatan Kebomas hingga Panceng. Kerusakan yang
dialami terumbu karang perairan Gresik sebagian besar di tepi laut atau daerah
pesisir pantai sebab terumbu karangnya mengalami coral bleaching atau
pemutihan. Kerusakan tersebut akibat kelalaian dan ketidakpedulian manusia
terhadap kelestarian terumbu karang, serta menggunakan zat-zat yang dapat
merusak kelestarian terumbu karang dan akan berdampak pada kepunahan terumbu
karang jika tidak diambil tindakan pencegahan. Selain itu, kerusakan terumbu
karang di wilayah Gresik juga disebabkan tingginya tingkat polusi di laut,
seperti, kapal yang membuang sampah sembarangan seperti oli di dan limbah
pabrik dan berbagai jenis polutan yang merusak terumbu karang. Kondisi buruk
lagi karena tidak adanya anggaran untuk perbaikan terumbu karang tahun 2011 ini
dengan alasan anggaran dari APBD terbatas, sehingga tidak ada sepeser pun
anggaran untuk pemulihan biota karang di Gresik dari APBD.
Berdasarkan data dari Badan
Lingkungan Hidup (BLH), membenarkan jika ada sejumlah industri besar yang
membuang limbah cairnya ke laut, yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Smelting, dan
PT Hess Indonesia. Izinnya dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) langsung,
sebelum limbah dibuang ke laut tentu diolah dulu, hingga berada di bawah kadar
berbahaya. Jika belum aman, tidak boleh limbah-limbah tersebut di buang ke
laut. Namun pada penerapannya kurang pegawasan, sehingga tidak diketahui pasti
apakah limbah tersebut aman untuk dibuang ke laut. Berdasarkan keterangan dari
Satuan Polisi Air (Kasatpolair) juga membenarkan jika di Gresik banyak sekali
nelayan yang menggunakan pukat harimau, jumlahnya ribuan. Hal ini disebabkan
karena peralatannya terbatas dan jumlah personil Polair Polres Gresik sangat
terbatas.
2.
Perairan
Kabupaten Gresik Tercemar
Kondisi perairan Gresik Jawa Timur baik di Gresik, Kebomas, Manyar,
Bungah, dan Ujungpangkah tercemar. Pencemaran itu beragam dengan berbagai
indikator penelitian sejumlah lembaga. Salah satu hasil penelitian Institut
Teknologi Bandung bersama Pemerintah Kabupaten Gresik menyebutkan di perairan
wilayah Ujungpangkah, indeks pencemaran, kawasan laut berada pada level 1-5
atau masuk kategori tercemar ringan. Beberapa zat ditemukan melebihi baku mutu
diantaranya tembaga, kandungan tembaga mencapai 0,218 miligram per liter dari
standar baku mutu 0.005 mg/L. Kandungan zat seng (Zn) mencapai 0,27 mg/L
melebihi baku mutu yang ditetapkan 0,1 mg/L. Tingginya indeks dua zat tersebut
tidak lepas dari berbagai kegiatan industri terutama produksi logam berat.
Mengacu pada parameter indeks diversitas (keragaman) kehidupan makhluk hidup di
laut, pencemaran di laut hampir masuk kategori berat. Indeks diversitasnya
berada pada level 1,5-1,0 (tercemar sedang dan berat).
Di kondisi di laut wilayah Manyar, Bungah, Kebomas dan Gresik ditemukan
parameter pencemaran. Menurut data neraca sumberdaya alam Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Gresik Gresik, kualitas air laut di wilayah tercemar. Dari
parameter uji analisa biologi (makhluk hidup) di kawasan pencemaran di empat
wilayah itu berada pada level tercemar ringan hingga tercemar berat. Kandungan
amoniak (NH3) serta logam berat di kawasan laut Gresik di atas standar baku
mutu pada level 0,3 mg/L. Kepala Bidang Kelautan Dinas Kelautan Dinas Kelautan
Perikanan dan Perternakan, Iwan Lukito, Senin (7/3/11), menyebutkan wilayah
laut kecamatan Manyar kadarnya mencapai 0,4 mg/L, di wilayah Kebomas berada di
level 0,55 mg/L, di Panceng 0,57 mg/L, sedangkan di Ujungpangkah mencapai 0,4
mg/L. Kandungan liquid hydrocarbon (hidrokarbon cair) juga mengkhawatirkan. Zat
tergolong berbahaya ini kebanyakan berasal dari tumpahan minyak dan gas ke
laut. Tingkat pencemaran laut di Gresik masih cukup mengkhawatirkan, kata Iwan.
Kondisi tersebut ditambah pencemaran terhadap sungai-sungai yang bermuara
di laut Gresik. Tiga sungai yang melintas di kabupaten ini saat ini juga sudah
tercemar yakni Bengawan Solo, Kali Lamong, dan Kali Tengah. Beberapa parameter
pencemar di tiga sungai itu sudah melebihi batas. Salah satunya adalah kandung
oksigen lewat paramater BOD (biochemical oxygen demand).
Kadar BOD di Bengawan Solo BOD mencapai 5,1 mg/ L atau melebihi batas
normal 2 mg/liter. Di Kalilamong kadar BOD-nya mencapai 8 mg/liter. Jumlah
residu yang terlarut juga masih di atas normal. Di Kali Sukomulyo, residu
terlarut mencapai 1.600 mg/L melebihi batas normal 1.000 mg/L. Pencemaran
tersebut belum termasuk pencemaran melalui limbah-limbah industri, terutama
yang ada di bibir laut. Parameter pencemaran yang ditemukan terkait jenis
produk yang dihasilkan industri di wilayah tersebut. Penyebab melubernya liquid
hydrocarbon (hidrokarbon cair). Penyebabnya beragam, diantaranya tumpahan bahan
bakar perahu yang langsung terbuang ke laut, hingga limbah aktivitas kapal.
Iwan menyatakan meskipun pencemaran itu ada tetapi juga susah untuk
mendeteksinya. "Banyak cara yang dilakukan sumber pencemar untuk berkelit,
sementara fasilitas pendeteksi pencemaran minim. Kami lakukan adalah
sosialisasi serta pengawasan," katanya.
Secara geografis, Gresik memiliki luas wilayah laut mencapai 5.773,8 km2
dan wilayah daratan hanya 1.192 km2. Sepertiga wilayah Gresik merupakan pesisir
pantai dengan panjang pantai 140 kilometer terbentang mulai Kecamatan Kebomas,
Gresik, Bungah, Panceng dan Ujungpangkah. Selain sebagai kota pantai Gresik
juga menjadi kota industri, yang memberi kontribusi terhadap pencemaran
perairan di Gresik. Tercemarnya perairan Gresik sangat dirasakan nelayan dan
petambak. Keberadaan ikan-ikan di laut Gresik mulai berkurang. Budi daya tambak
juga tidak maksimal lagi karena daya dukung tambak terus menurun. Aktivitas
kepelabuhanan, banyaknya industri dan dermaga untuk kepentingan sendiri sudah
membuat nelayan pusing karena kerena mereka harus memutar saat mau melaut.
Sementara ikan-ikan semakin sepi. Sekali melaut butuh 30 liter solar, sementara
tangkapan sedikit. "Lima tahun lalu kami bisa mendapatkan hasil Rp 50.000
per hari, sekarang susah," kata Rokhim (53) salah seorang nelayan di
Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik. Nelayan yang beraktivitas di muara Kali Lamong
seperti Zainuddin warga Sukorejo Kecamatan Kebomas juga mengeluh karena
seringnya ikan mati. Bahkan setahun bisa tiga kali ditemukan kasus ikan mati
yang diduga terkena polusi. Petambak juga was-was wilayahnya tercemar terutama
yang ada di kawasan Manyar. Hasil budidaya ikan juga menurun, bahkan sejumlah
petambak ada yang berunjuk rasa ke perusahaan yang dianggap biang pencemar.
(http://nasional.kompas.com/read/2011/03/07/17564828/)
C.
Gambaran
Potensi Kelautan
1.
Potensi
Perairan Bawean
Pulau Bawean
merupakan pulau kecil yang letaknya di pulau Jawa, tepatnya 120 Km sebelah
utara Gresik, yang posisinya berada antara 50 42'-50 53' LS dan 112"
34'-112" 57 BT. Secara administratif, pulau Bawean termasuk ke dalam
wilayah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, dan terbagi menjadi dua
Kecamatan yaitu Kecamatan Sangkapura dan Tambak. Kawasan pesisir pulau Bawean
juga memiliki suatu ekosistem yang sangat komplit yaitu, hutan mangrouve,
padang lamun, dan terumbu karang. Ekosistem tersebut memiliki produktifitas
tinggi yang berperan dan menopang kehidupan berbagai biota laut. Ketiga
ekosistem tersebut saling berinteraksi baik itu secara fisik, bahan organik
terlarut, bahan organik partikel, migrasi fauna, dan juga dampak kegiatan
manusia. Oleh sebab itu kawasan pesisir sangat perlu dijaga kelestariannya
karena memegang kunci yang sangat penting dalam perputaran nutrient sehingga
ekosistemnya dapat berperan dalam menopang dan memberikan kehidupan bagi
berbagai biota laut apabila lingkungan kawasan tersebut relative, stabil,
kondusif, dan tidak berfluktuatif.
Pulau Bawean juga merupakan daerah jalur migrasi ikan dari laut Cina selatan menuju laut Hindia melewati selat Sunda dan selat Bali dan demikian sebaliknya dari laut Hindia menuju laut Cina selatan, selat Makasar dan sebagiannya. Ikan yang migrasi dari apa yang kita sebutkan tadi diatas pulau Bawean sebagai jalur yang dilewatinya, selain dari hal tersebut Bawean juga dikelilingi gugusan karang sepanjang pantainya. Dimana gugusan karang yang berada disepanjang pantai Bawean merupakan tempat yang sangat aman bagi ikan untuk berlindung, bertelur dan mencari makan, sehingga ikan yang migrasi tersebut sebagian akan singgah di gugusan karang mencari makan, berlindung dan bertelur, oleh sebab itu pulau Bawean di jadikan daerah fishing ground oleh nelayan lokal maupun nelayan pantai utara Jawa. Kondisi tersebut sangat erat kaitanya dengan dengan peran ekosistem seperti ekosistem mangrouve, padang lamun dan terumbu karang.
Pulau Bawean juga merupakan daerah jalur migrasi ikan dari laut Cina selatan menuju laut Hindia melewati selat Sunda dan selat Bali dan demikian sebaliknya dari laut Hindia menuju laut Cina selatan, selat Makasar dan sebagiannya. Ikan yang migrasi dari apa yang kita sebutkan tadi diatas pulau Bawean sebagai jalur yang dilewatinya, selain dari hal tersebut Bawean juga dikelilingi gugusan karang sepanjang pantainya. Dimana gugusan karang yang berada disepanjang pantai Bawean merupakan tempat yang sangat aman bagi ikan untuk berlindung, bertelur dan mencari makan, sehingga ikan yang migrasi tersebut sebagian akan singgah di gugusan karang mencari makan, berlindung dan bertelur, oleh sebab itu pulau Bawean di jadikan daerah fishing ground oleh nelayan lokal maupun nelayan pantai utara Jawa. Kondisi tersebut sangat erat kaitanya dengan dengan peran ekosistem seperti ekosistem mangrouve, padang lamun dan terumbu karang.
Selain
potensi yang dimiliki oleh perairan Bawean yaitu segala jenis ikan, Bawean juga
sangat baik sebagai daerah tujuan wisata apabila semua itu dikelola dengan baik
dan bertanggung jawab, karena pantai Bawean memiliki panorama alam yang indah
dan menawan. Berangkat dari hal tersebut diatas maka itu semua adalah merupakan
suatu modal, kekuatan yang potensial untuk didayagunakan dalam melaksanakan
pembangunan khususnya bidang perianan. Untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki
oleh pulau Bawean baik potensi sumberdaya ikan dan sumberdaya alam sebagai daerah
tujuan wisata, maka pemanfaatanya harus secara optimal, benar, rasional, dan
terkendali sehingga sumberdaya yang ada bisa dimanfaatkan secara bertanggung
jawab dan berkelanjutan, untuk itu fungsi pengawasan sangat strategis dan
diperlukan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan
agar tidak terjadi kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya. Seperti yang
telah diamanatkan dalam undang –undang No.31 tahun 2004 yang telah diubah
menjadi undang-undang No. 45 tahun 2009 pada pasal 66 tentang pengawasan
perikanan yang mempunyai tugas untuk mengawasi tertib pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan dibidang perikanan, agar sumberdaya ikan yang
terkandung didalamnya dapat terjaga dari pelaku usaha yang tidak bertanggung
jawab, dalam arti sumberdaya ikan dapat lestari dan lingkungannya.
Salah satu
strategi yang dilakukan untuk menjaga potensi serta melestarikan sumberdaya
ikan yang ada maka masyarakat Bawean membuat suatu langkah Budidaya ikan air
laut dalam hal ini seperti keramba jaring apung (KJA) yang bertujuan untuk
memberi kesempatan pada ikan agar dapat berkembang biak dan mingkatkan kembali
produktifitas ikan yang berada di laut.
Tahap uji
coba bidadaya ikan air laut (KJA) ini berada di pulau Gili yang terletak
disebelah timur pulau Bawean, Di pilih pulau Gili sebagai tempat budidaya
karena perairannya yang sangat baik serta aman dari benturan gelombang dan
bebas dari jalur pelayaran. Pulau gili merupakan pualu terpencil yang terletak
di sebelah timur pulau Bawean yang bagian dari desa Sidogedung batu kecamatan
Sangkapura. Mata pencaharian masyarakatnya sebagian besar adalah nelayan
tradisional yang mengandalkan dari sumberdaya ikan yang berada diperairan, oleh
sebab itu dengan adanya KJA ini diharapkan agar dapat membuka lapangan
pekerjaan sehingga mengurangi angka pengangguran serta dapat miningkatkan taraf
hidup masyarakat pesisir, adanya tahap uji coba ini tidak terlepas dari peran
para investor yang berada di pulau Jawa (Surabaya) dan masyarakat Gili yang
masih perduli pada kelestarian sumberdaya perairan, mengingat pemanfaatan
sumberdaya ikan yang telah melampaui batas serta maraknya pencurian ikan, serta
penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan beracun.
2.
Potensi
Wisata Laut di Pantai Delegan Panceng Gresik
Menikmati liburan bersama kerabat atau teman, tanpa perlu mengeluarkan
biaya besar, obyek Wisata Segara Indah Delegan di Kecamatan Panceng, Kabupaten
Gresik, Jawa Timur, tempatnya. Hamparan pasir putih diiringi lenggak-lenggok
ombak dapat mengusir kepenatan para turis setelah menempuh perjalanan 40
kilometer dari Kota Gresik. Bagi
Isminarti (45), warga Surabaya, liburan ke Wisata Segara Indah Delegan (Wisid)
terasa asyik untuk bersantai bersama keluarga. Pada akhir Desember lalu,
bersama suami dan tiga anaknya, mereka betah berlama-lama di pantai itu.
”Tekstur pasirnya lembut. Ombaknya juga tidak begitu besar sehingga aman buat
anak-anak yang suka bermain hingga ke bibir pantai. Bahkan, berenang agak ke
tengah,” katanya. Agus, pengunjung lain, juga mengajak anaknya ke Pantai
Delegan untuk menumbuhkan rasa cinta anaknya pada laut. Menurut dia, berwisata
ke obyek wisata itu dari segi biaya sangat murah. Namun, manfaatnya besar.
”Selama di pantai, kami sekeluarga bisa membangun kebersamaan, apalagi anak
tunggalnya senang berenang di laut. ”Bagi keluarga dengan kondisi ekonomi
pas-pasan, piknik di pantai ini cocok karena bisa rileks, sehingga pikiran
kembali segar,” ujarnya.
Sejumlah pengunjung, terutama anak-anak, memilih bermain pasir dengan
membuat istana pasir, menimbun kaki pakai pasir putih dan halus. Sebagian lagi
berenang menggunakan pelampung atau bahkan ban serta menggunakan ayunan ombak
dengan kano dan perahu nelayan. Pantai Delegan ramai pengunjung pada musim
liburan atau setiap akhir pekan. Sebanyak 60 persen pengunjung wisatawan lokal
Gresik dan 40 persen pengunjung dari luar kota. Selama 2010, jumlah pengunjung
mencapai 53.000 orang, dan hingga akhir Desember 2011 jumlah pengunjung
sebanyak 60.000 orang. Manajer Pengelola Wisid Muzaroddin menyatakan, daya
tarik obyek wisata itu karena mudah dijangkau dan murah. Pengunjung bisa
menikmati hamparan pasir putih dan deburan ombak sambil membaringkan diri
beralaskan tikar. Wisatawan yang ingin bermain ombak bisa menyewa ban dengan
tarif Rp 3.000 sampai Rp 7.000, dan digunakan sepuasnya karena tidak ada
batasan dari penyewa. Tiket masuk ke kawasan pantai pun cuma Rp 3.000 (anak-
anak) dan Rp 4.000 untuk dewasa. Ketika liburan sekolah, harga tiket masuk
menjadi Rp 5.000 per orang. Sejak 2007, wisata pantai dikelola desa sehingga
memberi kontribusi pada pendapatan asli desa (Pades). Muzaroddin menyebutkan,
pada 2010 kontribusi Wisid ke pendapatan daerah asli daerah (PAD) Gresik
sebesar Rp 750 juta dan 2011 diperkirakan Rp 825 juta. ”Nilai itu belum
dipotong pajak dan retribusi ke Pemkab (Pemerintah Kabupaten) Gresik dan biaya
operasional,” ujarnya. Menurut Muzaroddin, yang juga Kepala Desa Delegan, saat
liburan sekolah, hari raya, dan akhir tahun, Pantai Delegan selalu ramai
pengunjung. Jumlahnya bisa mencapai 13.000 orang.
Tambah
wahana
Awalnya kawasan wisata itu dikelola oleh perorangan. Baru pada 2007 desa
terlibat, dan secara bertahap manajemen disempurnakan. Pengelola tak sekadar
menjual keelokan pantai, tetapi juga menambah beberapa wahana bermain. Kini, Wisid
menjadi tempat wisata alternatif karena lokasinya relatif strategis, berada di
jalur wisata ziarah wali mulai dari Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim di
Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, hingga Sunan Bonang di Tuban. Pengunjung
Wisid didominasi dari Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Surabaya. Keberadaan
obyek wisata pantai Delegan benar-benar mampu mendongkrak ekonomi desa dan
pendapatan warga sekitar. Pengunjung yang semakin ramai, terutama pada musim
liburan, meski mayoritas turis domestik, cukup mampu mendongkrak ekonomi warga
sekitar. Meski demikian, memang masih ada beberapa sarana terutama di sekitar
pantai yang belum ditata secara baik. Pemkab Gresik pernah menggagas kawasan
wisata itu disulap jadi Pusat Wisata Bahari dan Bumi Perkemahan Padang Bulan,
termasuk mereklamasi sebagai areal pantai. Namun, hingga kini rencana itu masih
sekadar wacana. Padahal lokasinya berdampingan dengan tempat pelelangan ikan.
Artinya, daya tarik pantai tak hanya pasir putih dan deburan ombak, tetapi juga
wisatawan bisa menikmati ikan segar hasil tangkapan nelayan.
Tetap
merakyat
Penduduk Delegan berharap kawasan pantai tetap sebagai tempat piknik
keluarga yang merakyat dan terjangkau semua kalangan masyarakat. Kini ada
kekhawatiran, jika Wisid dikelola dan dikuasai pemilik modal, melancong ke
Pantai Delegan tak semurah dan semudah sekarang. Apalagi ada beberapa rencana
untuk mengembangkan obyek wisata itu tanpa keterlibatan Pemkab Gresik. Warga
Desa Delegan bahkan mulai mengembangkan kawasan menjadi desa wisata. Pada 2012
direncanakan kawasan itu disulap dengan sebuah konsep terpadu antara wisata
perbukitan, waduk, dan pantai. ”Pengunjung yang ingin menggelar pelatihan di
luar ruang atau outbound tinggal memilih lokasi, perbukitan, waduk dekat
persawahan, atau pantai,” ujar Muzaroddin. Masyarakat Desa Delegan berharap
pemerintah daerah hanya memberikan bantuan fasilitas sarana dan prasarana
sehingga warga tetap bisa berpartisipasi dalam pengelolaan. Ramainya pengunjung
juga menjadi berkah bagi pemilik ban, pemilik perahu untuk mengelilingi pinggir
pantai, atau sekadar berenang. Paling tidak satu pemilik ban bisa menyewakan
sedikitnya 30 ban per hari.
Pengelola berbagai sarana untuk disewakan kepada turis juga terus
menambah berbagai fasilitas, seperti perahu jenis kayak dan kano, dan flying
fox (berseluncur dengan tali). Sarana berseluncur sepanjang 60 meter dengan
lebar 8 meter, untuk menguji adrenalin, sangat diminati anak-anak dan remaja.
Tak kurang dari 50 orang menggunakan sarana ini, terutama pada akhir pekan.
Pantai Delegan sepertinya menarik untuk dikunjungi, apalagi tak butuh dana
besar. Berbagai sarana bermain atapun sekadar menguji adrenalin juga
terjangkau, tanpa harus merogoh kantong lebih dalam. Apalagi warga setempat
juga mulai banyak yang membuka warung sederhana, dengan menu utama ikan bakar,
hasil tangkapan nelayan pada hari itu juga. Deburan ombak juga bisa menambah
nikmatnya menyantap ikan gurih di pinggir pantai. Piknik ke Pantai Delegan
benar-benar dapat melenyapkan kepenatan, apalagi tiket masuk serta biaya
sewa-menyewa berbagai peralatan tak terlalu mahal. Tidak ada salahnya kita
mencoba berwisata religi ke Gresik, dan mampir di pantai yang berjarak sekitar
60 kilometer dari Kota Surabaya ini.
(http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/17/melepas-kepenatan-di-pantai-delegan-gresik/).
D.
Konsep
Pengembangan atau Pemberdayaan Potensi Kelautan
1.
Peningkatan
Mutu Sumber Daya Manusia Indonesia sebagai Subjek Penggali Potensi Bahari.
Manusia merupakan subjek yang terpenting dalam upaya
pemberdayaan potensi bahari Indonesia. Upaya yang dilakukan hendaknya dapat
membangun manusia Indonesia yang seutuhnya, bermutu dan peduli terhadap potensi
bahari Indonesia sehingga dapat membangun peradaban bangsa. Karena hal terberat
yang harus dilalui bangsa ini untuk pemberdayaan potensi baharinya adalah
menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu dan bermoral dalam mengembangkan
potensi laut kita sebagai aset dan modal dalam membangun bangsa menjadi sebuah
bangsa yang berperadapan serta mampu bersaing di dunia Internasional. Kencenderungan
sikap dan pemahaman yang masih berkembang di masyarakat Indonesia adalah
melihat daratan sebagai satu satunya sumber kehidupan. Hal ini bisa terlihat
dari jumlah usaha yang bergerak di bidang kelautan masih rendah dibanding usaha
lainnya dan jumlah petani yang lebih besar dari nelayan, bahkan bisa dilihat
dari jumlah armada laut dan perwira laut yang jumlahnya lebih kecil dibanding
darat. Struktur mental dan pengetahuan seperti ini berakibat pada rendahnya
partisipasi rakyat dalam upaya memberdayakan potensi laut yang sangat besar di
Indonesia.
Kondisi sumber daya manusia di daerah pesisir
sebagai komunitas masyarakat yang berlokasi terdekat dengan lautan juga tidak
bisa dikatakan bermutu. Berdasarkan data COREMAP Desember 2001 menunjukkan
bahwa dari 4 daerah pesisir yang menjadi daerah binaan, masih terdapat penduduk
yang tidak bersekolah bahkan salah satu daerah mencapai angka 12%. Rata rata
tingkat pendidikan tertinggi penduduknya adalah sekolah menengah atas dan hanya
berjumlah 21%. Sedangkan penduduk yang berpendidikan akademi atau universitas
masih sangat sedikit dan bahkan ada desa yang tidak mempunyai penduduk dengan
tingkat pendidikan ini.
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan rendahnya
daya serap terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga sering menjadi
kendala bagi peningkatan produksi dan pertumbuhan ekonomi wilayahnya.
Seharusnya, untuk mengelola sumberdaya laut yang kaya dibutuhkan sumberdaya
manusia yang berkualitas sesuai bidangnya, karena pengelolaan sumberdaya pesisir
dan laut membutuhkan penerapan teknologi, mulai dari teknologi yang sederhana
sampai teknologi yang canggih. Untuk mengatasi persoalan peningkatan sumber
daya manusia perlu dilakukan upaya peningkatan pendidikan berbasis kebaharian.
Hal ini bisa dilakukan dengan pengenalan laut secara lebih mendalam di sekolah
sekolah dasar. Diberikannya pengenalan, pemahaman, kesadaran, dan kecintaan
anak didik sejak dini terhadap laut dapat meningkatkan semangat jiwa bahari
demi terwujudnya generasi muda potensial di bidang kelautan yang nyata dan
andal secara praktis.
Pemberian muatan lokal bidang kelautan, pada
sekolah-sekolah menengah, terutama di daerah pesisir akan mampu mengasah
potensi kecerdasan dan ketrampilan manusia-manusia Indonesia. Dibukanya lebih
banyak pendidikan tinggi berbasis kelautan akan memperkuat sumber daya manusia
di bidang kelautan. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan program pelatihan
dan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya laut. Dengan
diterapkannya pendidikan serta ketrampilan yang ada diharapkan kedepannya
mereka mampu mengelola kekayaan alam laut Indonesia secara handal, efektif dan
bermoral, sebagai implikasi dan tuntutan era milenium baru yang terbentang luas
di depan. Pemerataan pendidikan yang berkualitas disemua daerah di Indonesia
termasuk daerah daerah pesisir akan membantu terbentuknya sumber daya manusia
handal pembangun peradaban bangsa ini.
Sekolah-sekolah di daerah pesisir seharusnya
mendapatkan fasilitas standar untuk menunjang berjalannya kegiatan belajar
mengajar. Memberikan fasilitas dan peningkatan mutu pendidikan melalui proses
pengajaran serta peran optimal pengajar di semua jenjang pendidikan yang ada
dapat mendorong pemberdayaan sektor kelautan yang menjadi landasan pembangunan
peradaban bangsa. Peningkatan pembinaan tersebut harus dilakukan secara terpadu
dengan partisipasi aktif masyarakat, pemerintah dan sektor swasta. Rasa
tanggung jawab dan kebersamaan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya
perlu ditingkatkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sehingga kedepannya pelaksanaan proses pendidikan di semua jenjang harus dapat
mengembangkan kemauan belajar, meningkatkan kreativitas dan inovasi baru,
memperdalam dan memperluas pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berbasiskan kebaharian.
2. Tersedianya Sarana dan Prasarana Penunjang Kelautan
Dalam upaya pemberdayaan potensi kelautan Indonesia,
pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan kelautan sangat diperlukan.
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, khususnya di sektor kelautan. Minimnya sarana dan prasarana kelautan
akan berakibat rendahnya kegiatan eksplorasi laut maupun penelitian kelautan. Pembangunan
sarana dan prasarana di bidang perikanan yang sangat dibutuhkan misalnya
pelabuhan perikanan atau tempat pendaratan ikan. Pelabuhan perikanan dan juga
tempat pendaratan ikan merupakan pusat pengembangan masyarakat nelayan dan
pertumbuhan ekonomi perikanan, pengembangan agribisnis dan agroindustri
perikanan. Pusat pelayanan tambat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan
hasil tangkapan dan hasil budidayaan, tempat pelayanan kegiatan operasi
kapal-kapal perikanan, pusat pemasaran dan distribusi perikanan, tempat
pengembangan usaha industi perikanan dan pelayan eksport, tempat pelaksanaan
pengawasan, penyuluhan dan pengumpulan data. Mengingat fungsi pelabuhan
perikanan sangat luas dan memiliki kekhususan, maka keberadaan pelabuhan
perikanan harus merupakan wilayah kerja tersendiri dan tidak dapat disatukan
dengan pelabuhan umum. Dengan dibangunnya sarana dan prasarana penunjang
kelautan yang representatif dan merata disemua wilayah Indonesia berdampak pada
peningkatan pemberdayaan potensi bahari. Namun yang perlu diingat adalah
pembangunan sarana dan prasarana tersebut harus dilakukan secara transparan,
sesuai prosedur yang ada dan berbasiskan kebutuhan.
3.
Pengembangan
Penelitian dan Teknologi Berbasis Kebaharian.
Pemberdayaan potensi kebaharian Indonesia untuk
membangun peradaban bangsa perlu dipacu melalui berbagai pengembangan
penelitian dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran pengembangan
ilmu pengetahun dan teknologi sangat diperlukan karena wilayah laut Indonesia
serta kekayaan laut didalamnya sangat besar, sehingga teknologi tradisional tidaklah
cukup untuk mendukung pemberdayaannya. Penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi
kelautan Indonesia di setiap jenjang sekolah dan pengkajian dalam litbang
kelautan di perguruan tinggi akan mampu mendorong pengusahaan sumber daya alam
laut Indonesia ditangan putra-putri bangsa. Dengan peralatan yang lebih modern,
baik dalam hal armada penangkapan ikan, teknologi pemantauan, teknologi
eksplorasi, teknologi pengolahan, teknologi pemetaan laut, serta teknologi
pasca panen, kekayaan alam laut Indonesia bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran
bangsa Indonesia dan tidak dicuri bangsa lain.
Pengembangan ini dapat dilakukan secara bersama-sama antara instansi pemerintah, perguruan tinggi maupun pihak swasta yang bergerak dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan secara menyeluruh. Kerjasama semua pihak ini akan mampu mendorong pemberdayaan potensi bahari Indonesia sebagai landasan peradaban bangsa dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Pengembangan ini dapat dilakukan secara bersama-sama antara instansi pemerintah, perguruan tinggi maupun pihak swasta yang bergerak dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan secara menyeluruh. Kerjasama semua pihak ini akan mampu mendorong pemberdayaan potensi bahari Indonesia sebagai landasan peradaban bangsa dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
4. Kemudahan Modal Usaha di Bidang Kelautan.
Untuk meningkatkan berbagai kegiatan kelautan dan
mendorong regulasi perekonomian kelautan, maka diperlukan suatu sistem
permodalan yang memberikan kemudahan modal bagi nelayan. Kemudahan modal perlu
secepatnya terlaksana karena fenomena yang terjadi sekarang adalah banyaknya
nelayan kecil yang meminjam modal pada tengkulak, karena dianggap prosesnya
lebih mudah. Tentunya praktek pinjam meminjam modal yang serupa sistem ijon
dalam pertanian dan disebut Langgan ini memberikan bunga besar yang akan
semakin menjerat masa depan nelayan. Peningkatan kemampuan terutama nelayan
dalam penyediaan permodalan dalam usaha penangkapan ikan, memerlukan
keterlibatan sektor keuangan di negara ini, seperti bank, koperasi dan lembaga
lembaga peminjam modal lain dengan persyaratan dan bunga yang lunak. Selain
itu, perlu dilakukan kerjasama secara adil antara nelayan kecil dan pengusaha
besar untuk mendorong keterpaduan dan kesinambungan kegiatan pemberdayaan
potensi laut Indonesia.
5. Peningkatan Fungsi Departemen Kelautan dan Perikanan.
Kunci keberhasilan dalam suatu pembangunan adalah
komitmen dan dukungan dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan di negara ini.
Komitmen pemerintah untuk mendukung pemberdayaan potensi kelautan dapat
dilakukan dengan membuat kebijakan yang berimbang untuk kesejahteraan
masyarakat. Secara kelembagaan Departemen Kelautan dan Perikanan merupakan
pelaku kebijakan pemerintah di bidang kelautan dan bertanggung jawab pada
sektor ini. Peningkatan fungsi departemen ini dapat dilakukan dengan
mengefektifkan seluruh jajarannya, baik yang berada di tingkat pusat maupun
daerah. Kemampuan lembaga ini untuk menunjang pemberdayaan potensi bahari
Indonesia juga ditunjukkan melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga lain yang
berkaitan, baik lembaga formal maupun informal. Karena untuk mengembangkan
sektor kelautan diperlukan kerjasama dan peran aktif seluruh lembaga yang
berkaitan sesuai dengan wewenang dan fungsinya.
6.
Penguatan
Sistem Keamanan dan Pertahanan Laut.
Kondisi geografis Indonesia dengan 2/3 lautan memberikan
potensi besar untuk kemajuan bangsa sekaligus mengundang ketertarikan
masyarakat asing dan negara lain untuk memanfaatkannya. Negara Indonesia yang
mempunyai banyak pulau rawan penyelundupan, pencurian sumber daya alam dan
sebagainya. Hal ini terbukti dengan bertambah banyak jumlah nelayan asing yang
berlayar di perairan Indonesia secara illegal. Berdasarkan perkiraan dari kasus
nelayan asing yang ditangkap dan hasil deteksi dari data citra Satelit
diperkirakan lebih dari 20 trilyun/tahun kerugian Indonesia terjadi akibat
illegal fishing ini. Dirjen Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
mengeluarkan data yang menyebutkan bahwa jumlah kapal-kapal asing yang
beroperasi di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) sekitar 7.000 buah. Besarnya jumlah pelanggaran di kawasan laut
Indonesia terjadi tidak hanya dikarenakan sumber daya alam Indonesia yang
sangat menarik bagi bangsa lain, tetapi juga disebabkan oleh rendahnya
pemberdayaan dan pengamanan sumber daya alam laut Indonesia. Hal ini terlihat
dengan rendahnya kualitas dan kuantitas kekuatan TNI AL sebagai tulang punggung
keamanan maritim di Indonesia. TNI AL hanya memiliki jumlah perwira kurang dari
25% jumlah perwira angkatan darat, sedangkan wilayah pengawasan yang harus
dilakukan adalah 2/3 dari seluruh wilayah Indonesia. Tidak hanya sumber daya
manusia yang masih sedikit, peralatannya pun sudah tidak layak digunakan karena
sudah berumur rata-rata 40 tahun.
Pentingnya peningkatan keamanan laut dengan armada
laut dan perwira lautnya yang handal telah terbukti dalam sejarah mampu membawa
kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi kerajaan yang besar. Kekuatan ini
mampu mendorong sektor perekonomian melalui perdagangan dan pada akhirnya
membawa kesejahteraan bagi warganya. Kejayaan dimasa lalu ini seharusnya bisa
menyadarkan bangsa ini bahwa sektor kelautan merupakan sektor yang penting
untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Oleh sebab itu, diperlukan
peningkatan keamanan laut dengan armada laut dan perwira laut yang handal sebagai
salah satu cara penting untuk memberdayakan potensi bahari Indonesia. Keberadaan armada laut, baik armada niaga
maupun armada perang diperlukan tidak hanya sebagai pertahanan kedaulatan dan
keutuhan wilayah Indonesia yang lahir sebagai negara merdeka sejak 1945, namun
keberadaan armada ini penting untuk melindungi sumber daya alam kelautan. Untuk
perlindungan sumber daya alam laut juga diperlukan kinerja yang kuat dan kerja
sama antar departemen dan institusi yang terkait sehingga nantinya akan dapat
membawa Indonesia menuju bangsa yang berperadaban besar.
E.
Analisis
Pengembangan Potensi Kelautan
Dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan
hendaknya mempertimbangkan tiga aspek, yaitu aspek sosial, ekonomi dan
ekologis. Analisa wilayah pengelolaan potensi pesisir dan lautan di Kabupaten
Lamongan akan difokuskan pada tiga hal tersebut, yaitu :
1. Aspek
Sosial
Masyarakat di wilayah pesisir dan lautan di Kabupaten
Gresik, yaitu Kec. Panceng, Ujung
Pangkah, Sidayu, Bungah, Manyar, Gresik, Sangkapura, dan Tambak.
mayoritas sumber mata pencahariannya nelayan, mayoritas beragam Islam dan
memiliki nilai-nilai religius tinggi. Sedangkan karakter masyarakatnya sangat
keras dan sangat heterogen sehingga kompetensi sangat tinggi. Potensi
terjadinya konflik sangat tinggi hal ini dipicu oleh pemanfaatan lahan di
sekitar pesisir sehingga mengakibatkan rebutan pemanfaatan lahan, misalkan
untuk pemukiman. Disamping itu karena masih ada anggapan bahwa laut merupakan
tempat terbuka yang secara bebas mencari ikan tanpa terbatasi oleh kewenangan
masing-masing daerah dan wilayah maka sering melalampui batas wilayah tersebut,
akibatnya terjadi konflik nelayan antar daerah. Upaya-upaya guna mengatasi
dampak sosial tersebut sering dilakukan oleh Instansi terkait, diantaranya
adalah sosialisasi tentang status lahan disekitar pesisir dan laut;
memfasilitasi konflik antar nelayan lokal maupun dengan daerah lain, khusus
untuk wilayah berbatasan telah dilakukan perjanjian melalui MOU (memorandum of
under standing) yang bersifat mengikat kedua belah pihak.
2. Aspek Ekonomi
Dari beberapa kegiatan yang telah dilakukan di wilayah pesisir dan lautan
Kabupaten Gresik maka telah memberikan kontribusi yang besar bagi struktur
perekonomian Kabupaten Gresik. Sektor terbesar disumbangkan oleh perikanan
tambak, perikanan tangkap dan wisata bahari, adapun industri telah mempengaruhi
sebagian besar di kawasan Kabupaten Gresik. Disamping itu dengan adanya
kegiatan-kegiatan baru akan menampung atau menyerap tenaga kerja lokal,
munculnya sektor informal (warung-warung, toko-toko) disekitar kegiatan,
sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Upaya yang dilakukan oleh
instansi terkait guna mendorong perekonomian masyarakat pesisir adalah
mengadakan kursus-kursus tentang pengelolaan budidaya perikanan, dan industri
pengolahan ikan serta memperkuat pasar melalui distribusi hasil-hasil perikanan
dan mengoptimalkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
3. Aspek Ekologis
Aspek ekologis merupakan aspek terpenting dalam pengelolaan pesisir dan luatan
karena sumber daya pesisir dan kelautan pada prinsipnya sangat terbatas untuk
itu harus harus dipelihara daya dukungnya. Dalam pengelolaan pesisir dan lautan
di Kabupaten Gresik ada beberapa hal yang harus diperhatikan : 1). Hutan
mangrove telah banyak mengalami kerusakan akibat konversi lahan pemukiman
pertambakan, pariwisata dan industri, maka guna memelihara potensinya maka
dilakukan upaya-upaya penetapan lahan konservasi hutan mangrove melalui
kebijakan peraturan daerah (Perda) yaitu penetapan kawasan-kawasan lindung di
wilayah Kabupaten Gresik. Sedangkan upaya rehabilitasi atau reboisasi hutan
mangrove terus di lakukan oleh Pemerintah Kabupaten melalui Bagian Lingkungan
Hidup yang bekerja sama dengan tokoh masyarakat, LSM dan masyarakat setempat
namun prosentase keberhasilan upaya tersebut relatif kecil karena penanaman
pohon mangrove sangat spesifik. Faktor utama kegagalannya adalah kurangnya
monitoring instansi terkait dan kurangnya keterlibatan masyarakat secara
mandiri untuk menjaga kelestarian mangrove. 2). Terumbu Karang keberadaanya
sudah hampir tidak ada, namun telah dbuat terumbu karang buatan sebanyak
tiga buah. Guna menjaga terumbu karang buatan ini maka dilakukan dimonitoring
terus menerus oleh Dinas Perikanan dan Kelauatan di Kabupaten Gresik melalui
tindakan-tindakan preventif yaitu sosialisasi penggunaan alat penangkap ikan
yang ramah lingkungan. 3). Usaha Perikanan Tambak berdasarkan kondisi fisik
kimia tanah dan kimia fisik perairan masih cukup potensial di kembangkan di Kabupaten
Gresik, namun harus memperhatikan ekosistem mangrove disekitar tambak, karena
sangat baik untuk mem-filtrasi penyakit yang terbawa oleh air laut terhadap
udang maupun ikan bandeng. 4). Kondisi Perikanan Tangkap, berdasarkan
perhitungan, maka diketahui bahwa kondisi perairan wilayah Pesisir dan Lautan
Kabupaten Gresik terjadi tangkap lebih (over fishing) maka apabila ada
penambahan alat tangkap (effort) lebih lanjut dalam jangka panjang akan
mengakibatkan tidak hanya over fishing, tetapi bahkan menyebabkan
hilangnya potensi sumberdaya ikan. Sehingga paling tidak jumlah alat tangkap
atau effort harus dipertahankan seperti sekarang atau bahkan diturunkan untuk
sementara waktu agar stok biomass mampu melakukan pemulihan (recovery).
5). Pariwisata yang dikembangkan di wilayah Pesisir dan Lautan Kabupaten Gresik
adalah pariwisata bahari yang memadukan konsep keindahan alam dengan paduan
teknologi sehingga tidak membahayakan lingkungan. 6). Kegiatan usaha pengolahan
ikan skala industri belum berkembang, mengingat tersedianya bahan baku dan
jenis ikan yang cukup, maka perlu dikembangkan industri pengolahan perikanan di
Kabupaten Gresik.
F. Strategi Pengimplementasian Potensi
Kelautan
Prinsip pemanfaatan potensi sumber daya pesisir dan
lautan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan, dengan memperhatikan
secara sungguh-sungguh keterbatasan sumber daya. Oleh karena itu agar potensi
wilayah pesisir dan lautan dapat dikelola secara optimal bagi kepentingan
masyarakat, khususnya Kabupaten Gresik maka dengan memperhatikan
permasalahan-permasalahan di atas maka strategi kebijakan yang dilaksanakan
adalah :
a. Penatanaan ruang pengelolaan wilayah
pesisir dan lautan secara terpadu, yang sekarang belum tersedia di Kabupaten Gresik.
b. Revitalisasi kawasan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung sesuai dengan Perda Kawasan Lindung. Hal ini diarahkan untuk
menyelamatkan biota dan abiota di perairan, memperbaiki dan melestarikan
kualitas lingkungan hidup sekaligus mengamankan kawasan pesisir dari ancaman
bencana alam.
c. Penegakan hukum yang adil serta tegas bagi
pengusaha maupun masyarakat yang melakukan kegiatan yang berpotensi merusak
wilayah pesisir dan lauatand. Pengembangan ekonomi masyarakat pesisir berbasis
potensi dan kondisi sosial budaya setempat.
e. Perbaikan dan Peningkatan sarana prasarana
serta aksesibilitas wilayah pesisir dan lautan sehingga dapat menunjang laju
perekonomian masyarakat pesisir dan lautan f. Mereview dan memantapkan
perjanjian bersifat mengikat (Memorandum Of Understanding) dengan wilayah
pesisir dan lautan Kabupaten yang berbatasan. Hal ini diarahkan guna
memperbarui dan membuat peta batas yang jelas antar wilayah pesisir dan laut
Kabupaten yang di fasilitasi propinsi.
g. Menjaga dan memelihara kondisi wilayah pesisir
yang kondusif melalui operasi kerjasama antara Kabupaten dengan Kantor
Perhubungan Laut di Kabupaten Gresik
f. Peningkatan peran masyarakat dalam
pengelolaan wilayah laut dan pesisir. Hal ini diarahkan untuk meningkatkan
kapasitas masyarakat pesisir dan efektifitas pengelolaan pesisir dan laut.
g. Mengembangkan data dan infomasi kelauatan.
Hal ini dimaksudkan agar seluruh potensi wilayah pesisir dan lautan di Kabupaten
Gresik dapat dimasukkan dalam data base sistem informasi wilayah pesisir dan
laut yang menginventarisasi potensi-potensi laut, kondisi sosial masyarakat
nelayan dan utamanya adalah kapasitas poduksi dan produktivitas perikanan
tangkap.
G.
Simpulan
Berbagai
potensi kebaharian yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan landasan utama
dalam membangun peradaban bangsa. Kekayaan alam ini seharusnya membuat kita
sadar untuk mulai bergerak mendayagunakan potensi laut dalam segala aspek
kehidupan. Dengan terbedayanya berbagai potensi alam laut di negara ini maka
dapat membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju, berkualitas, cerdas,
dan mampu bersaing dalam percaturan Internasional.
H.
Saran
atau Rekomendasi
Melihat beberapa hambatan yang ada pada permasalahan
dan potensi kelautan diatas maka adapun saran yang dapat kami sampaikan, yaitu
:
1). Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan dan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah laut untuk menciptakan sumber pendapatan masyarakat. 2). Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pesisir dan pemerintah dalam melestarikan lingkungan kelautan, sehingga tercipta kesinergisan dalam membangun peradaban bahari. 3). Meningkatkan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan wilayah laut, sehingga masyarakat merasa perlu untuk menjaga dan dapat memanfaatkan potensi laut secara optimal. Demikianlah saran-saran yang dapat kami ajukan, semoga dapat bermanfaat dalam penambahan khazanah keilmuan bagi semuanya.
1). Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan dan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah laut untuk menciptakan sumber pendapatan masyarakat. 2). Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pesisir dan pemerintah dalam melestarikan lingkungan kelautan, sehingga tercipta kesinergisan dalam membangun peradaban bahari. 3). Meningkatkan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan wilayah laut, sehingga masyarakat merasa perlu untuk menjaga dan dapat memanfaatkan potensi laut secara optimal. Demikianlah saran-saran yang dapat kami ajukan, semoga dapat bermanfaat dalam penambahan khazanah keilmuan bagi semuanya.